Garuda dan Citilink Siap Tampung Penumpang Lion Air

Maskapai Lion Air mengajukan pengurangan atau penundaan frekuensi beberapa rute penerbangan kepada Kementerian Perhubungan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Mei 2016, 08:00 WIB
Pesawat Citilink (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai penerbangan Lion Air memangkas 127 frekuensi penerbangan selama periode 18 Mei 2016-17 Juni 2016. PT Garuda Indonesia Tbk dan anak usahanya PT Citilink Indonesia siap menampung para penumpang Lion Air yang sudah terlanjur membeli tiket penerbangan di periode tersebut.

Vice President Garuda Indonesia Benny Butarbutar mengaku siap melayani para penumpang Lion Air yang mengalihkan penerbangan ke Garuda maupun Citilink sebagai imbas dari pengurangan 127 frekuensi penerbangan Lion Air.

Manajemen Lion Air seperti yang dikatakan Kementerian Perhubungan akan bertanggungjawab terhadap penumpang yang telah memiliki tiket dan memindahkan ke maskapai lain.

"Sepanjang mekanisme dan aturan bisnis jelas, kami siap saja. Tapi kami masih melihat apakah dampaknya sudah ada, dan apakah penumpang dialihkan ke Garuda atau Citilink. Ini masih terus dipantau," jelasnya saat dihubungi Liputan6.com,Jakarta, Senin (23/5/2016).

Benny mengungkapkan, pihaknya belum dapat mengetahui seberapa besar peningkatan jumlah penumpang dari Lion Air, mengingat maskapai penerbangan berlogo Singa Merah itu belum mengumumkan jumlah penumpang yang siap dipindahkan penerbangannya ke maskapai lain.

"Kami belum bisa lihat pengaruhnya berapa persen, karena Lion sendiri belum mengumumkan berapa penumpangnya. Pasti sih ada kenaikan, tapi tidak tahu jumlahnya, apakah lari ke Citilink, Garuda atau maskapai lain, seperti Sriwijaya. Sejauh ini belum lihat pembukuannya karena saat ini masih tercatat penumpang Garuda dan Citilink saja," ‎terang dia.

Lebih jauh Benny mengatakan, penumpang harus membayar lebih mahal jika ingin menggunakan maskapai Garuda‎. Namun mengikuti mekanisme pasar mengingat kelas penerbangan Garuda dan Lion Air berbeda. Lion Air adalah penerbangan bertarif rendah (Low Cost Carrier/LCC), sementara Garuda non LCC.

"Kalau Garuda kan sudah ketahuan harganya, kalau Lion kan LCC. Apalagi kalau ternyata rute dan jam penerbangan penumpang sedang ramai atau sibuk, pasti harganya beda. Tapi tetap mengikuti tarif batas atas dan bawah. Kalau mau lebih terjangkau bisa ke Citilink," terangnya.

Untuk diketahui, Maskapai Lion Air mengajukan pengurangan atau penundaan frekuensi beberapa rute penerbangan kepada Kementerian Perhubungan. Pengurangan frekuensi pada beberapa rute penerbangan tersebut untuk kurun waktu satu bulan atau tepatnya mulai 18 Mei hingga 17 Juni 2016.

Terdapat 127 frekuensi penerbangan Lion Air yang telah mendapat persetujuan dari Kementerian Perhubungan untuk dikurangi.

Rute-rute yang dikurangi antara lain dari Banjarmasin (BDJ) menuju Jakarta (CGK) dan sebaliknya dari Jakarta (CGK) menjuju Banjarmasin (BDJ) dengan jumlah pengurangan masing-masing 3 frekuensi.

Lion Air juga mengurangi frekuensi untuk rute penerbangan dari Banjarmasin (BDJ) menuju Surabaya (SUB) dengan jumlah pengurangan 4 frekuensi. Untuk rute sebaliknya yaitu dari Surabaya (SUB) menuju Banjarmasin (BDJ) juga dikurangi 4 frekuensi.

Untuk rute Bandung (BDO) menuju Denpasar (DPS), Lion Air mengurangi satu penerbangan dan sebaliknya dari Denpasar (DPS) menuju Bandung (BDO) juga dikurangi satu frekuensi. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya