Sosok Nenek Rauf 'Ini Budi' di Mata Mendikbud Anies Baswedan

Nenek Rauf mengajarkan cara membaca dengan metode struktur analitik sintesis (SAS).

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 11 Mei 2016, 19:21 WIB
Mendikbud, Anies Baswedan (kiri) memberikan pernyataan di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Kamis (8/10/2015). Anies memberikan beberapa pernyataan seputar 50 thn SEAMEO (Organisasi Menteri Pendidikan Se Asia Tenggara). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengucapkan bela sungkawa atas wafatnya Siti Rahmani Rauf atau biasa disapa Nenek Rauf. Pengajar yang dikenal karena metode belajar membaca 'Ini Budi' itu meninggal pada usia 96 tahun.

"Kita semua berduka atas berpulangnya Ibu Siti Rahmani Rauf. Beliau meninggalkan sidik jari yang menempel di puluhan juta anak Indonesia," ujar Anies di Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Rabu (11/5/2016).

Anies menjelaskan, sidik jari yang dimaksud adalah cara membaca dengan metode struktur analitik sintesis (SAS) yang dikenalkan Nenek Rauf kepada para pelajar di Indonesia.

 

"Ini ibu Budi, ini Budi, ini kakak Budi, ini ayah Budi. Itu kata-kata yang puluhan juta anak Indonesia belajar, dan itu alat peraganya yang disebut sebagai SAS Bahasa Indonesia yang dipakai oleh beliau menempel sampai sekarang," jelas dia.

Mantan Rektor Universitas Paramadina itu meyakini, Nenek Rauf meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dan mendapat pahala yang terus mengalir dari ilmu yang ia amalkan. Anies merujuk pada hadis Nabi Muhammad tentang 3 amalan manusia yang tak putus saat meninggal dunia.

"Ibu Siti Rahmani Rauf memberikan teladan kepada kita, ilmu yang bermanfaat. Itu akan memberikan aliran pahala yang tanpa henti untuk almarhum," ucap Anies.

"Kita atas nama pemerintah berduka, dan Insya Allah kita doakan agar beliau mendapatkan tempat termulia di sisi Allah," doa Anies.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya