4 Hari Tertimbun Puing, 'Bayi Ajaib' Selamat Berkat Ember

Di tengah keputusasaan itu, salah satu penyelamat Kenya menemukan bayi kecil berusia 12 bulan terkubur dalam reruntuhan sebuah bangunan.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 03 Mei 2016, 20:08 WIB
Bayi tertimbun reruntuhan puing bangunan runtuh di Kenya. (Kenyan Red Cross)

Liputan6.com, Nairobi - Jumat 29 April 2016 lalu, bangunan perumahan yang dihuni warga berpenghasilan rendah di Nairobi, Huruma runtuh. Sebanyak 21 orang dilaporkan tewas akibat insiden tersebut.

Puluhan orang dilaporkan masih hilang. Mereka dikhawatirkan tertimbun reruntuhan bangunan ambruk. Pencarian korban pun dilanjutkan pada Senin 2 Mei, meski peluang menemukan lagi korban selamat sangat tipis.

Personel militer Kenya yang memimpin operasi penyelamatan, menggunakan mesin-mesin berat untuk menyingkirkan beton. Sekitar 300 warga dari dua bangunan yang berdekatan -- juga didirikan dekat sungai-- pun dievakuasi.

Di tengah keputusasaan itu, salah satu penyelamat Kenya menemukan bayi berusia 12 bulan terkubur dalam reruntuhan sebuah bangunan hunian. Ia masih hidup, meski tak terjamah 80 jam atau sekitar 4 hari di bawah timbunan logam bengkok dan beton.

"Tim penyelamat menemukan bayi kecil di ember, terbungkus selimut. Mereka menariknya dari reruntuhan pada pukul 04.00 pagi," kata Palang Merah Kenya seperti dikutip dari CBS News, Selasa (3/5/2016).

"Dia menderita dehidrasi parah, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda cedera fisik dari bencana yang diperkirakan merenggut 21 nyawa," imbuh badan bantuan hukum itu.

Menurut keterangan dari pihak berwenang, bangunan yang ambruk itu memiliki enam lantai. Bagian bahwa tanah dan lantai pertamanya tenggelam setelah hujan deras.

Meski bangunan yang berada di sebelah sungai tersebut dinyatakan tak layak huni oleh Otoritas Konstruksi Nasional Kenya, namun tak diambil langkah untuk meruntuhkannya.

"Petugas pemerintah daerah yang menerima suap bertanggung jawab, karena membiarkan kontraktor memangkas anggaran bangunan," kata Gubernur Nairobi, Evan Kidero yang bersumpah untuk memecat mereka yang terlibat.

Sementara pemilik bangunan bekerja sama dengan pihak berwenang dalam investigasi.

"Pemilik mematuhi perintah polisi dan menyerahkan diri untuk ditanyai," jelas Kepala Polisi Nairobi, Yafet Koome.

Produk Korupsi

Menurut legislator Johnson Sakaja, korban jiwa dalam insiden bangunan runtuh di Kenya tak seharusnya menjadi korban jiwa.

"Orang-orang yang meninggal di Huruma tak seharusnya menjadi korban. Kematian itu adalah produk korupsi ... seseorang membayar US$ 10.000 atau US$ 20.000 untuk menyetujui bangunan yang malah menelan korban warga Kenya," tutur Sakaja.

Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta pada tahun lalu memerintahkan audit semua bangunan di negaranya. Langkah itu diambil setelah delapan bangunan runtuh, menewaskan sedikitnya 15 orang.

Laporan dari audit oleh Otoritas Konstruksi Nasional menemukan bahwa 58 persen bangunan di ibukota yang tidak layak huni. Mayoritas warga di Nairobi diperkirakan 4 juta orang di antaranya tinggal di daerah berpenghasilan rendah atau daerah kumuh.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya