Cerita Pilot Marda Terbangkan Pesawat T50i Sebelum Ajal Menjemput

Marda merasa tertantang dengan jarak landasan pacu di Yogyakarta yang lebih pendek.

oleh Yanuar H diperbarui 22 Des 2015, 09:56 WIB
Pesawat T50i Golden Eagle terparkir rapi di Lanud Adi Sucipto, Yogyakarta. (Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Liputan6.com, Yogyakarta - Dua hari sebelum tragedi jatuhnya pesawat supersonik T-50i Golden Eagle, Liputan6.com sempat mewawancarai salah satu korban tewas, yakni Komandan Skuadron Udara 15 Letkol Pnb Marda Sarjono, sesaat setelah mendarat di Lanud Adisutjipto, Yogyakarta.

Alumni Akademi Angkatan Udara 1997 itu sempat mengungkapkan tantangan yang dihadapinya, saat mendaratkan pesawat buatan Amerika-Korea itu pertama kali di Lanud Adisutjipto. Menurut dia, tantangan utama ialah jarak landasan yang dihadapi lebih pendek dibandingkan landasan home base T50i di Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur.

Perhitungan matang menjadi syarat wajib agar pesawat mampu mendarat dengan baik.

"Di sini lebih pendek. Kita gunakan aproach speed sepresisi mungkin. Diharapkan landing roll-nya tidak terlalu jauh. Saya gunakan teknik breaking tadi, pakai aero dynamic break. Tadi agak naik kan pas landing, jadi agak menantang. Kalau di Iswayudi lebih panjang, jadi aman," tutur Marda, Jumat, 18 Desember 2015.


Percobaan terbang perdana di langit Yogyakarta saat itu adalah untuk menyambut tamu dari Royal Thai Air Force (RATF), yang akan diselenggarakan keesokan harinya, Sabtu 19 Desember 2015. Marda menyatakan, Thailand sangat ingin menyaksikan kinerja pesawat yang diawakinya tersebut sebelum membelinya dari Korea.  

"Kedatangan kita dalam rangka static show kerjasama bilateral Royal Thai Air Force (RTAF) dengan Indonesian Air Force. Mereka akan melihat pesawat T50 karena akan membeli T50i setelah melihat kemampuannya, kapabilitasnya, manuverbility-nya T50 ini meyakinkan mereka," kata Marda.

Marda mengungkapkan, Thailand sangat menginginkan pesawat T50i itu karena kemampuan dan fungsinya sebagai pesawat LIFT (Lead In Fighter Trainer). Sebagai pesawat tempur ringan, kata Marda, pesawat itu bisa menjembatani untuk menuju pesawat yang lebih tinggi dan lebih canggih seperti F16 dan Sukhoi.

Ia juga mengungkapkan, Indonesia saat ini memiliki 16 unit T-50i yang memperkuat Skadron Udara 15 yang dikirim secara bertahap sejak September 2013.

Dia menerangkan, "keunggulan pesawat ini sudah fly by wire digital flight control, HUD (head up display), Smart Multi Function Display (SMFD) dan avioniknya cukup bagus hampir setara dengan F16."

Hal senada juga sempat diungkapkan rekan Marda, Mayor Pnb Dharma G. Sebagai pengalaman perdana mendarat di Lanud Adisutjipto, Dharma menyatakan perhitungan matang harus dilakukan agar pendaratan berjalan lancar dan aman.

"Ya, ini pertama kali landing di Yogya. Jadi, semua penuh perhitungan. Panjang landasan berapa, requirement berapa, kita semua perhitungan dari weight pesawat, kecepatan angin, sehingga kita mendarat dengan baik," sahut Dharma.

Marda akhirnya gugur setelah pesawat T50i Golden Eagle yang diterbangkannya dalam Adisutjipto Air Force Open Base bersama Kapten Dwi Cahyadi terjun bebas di kawasan Lanud Adi Sucipto.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya