Lawan Donald Trump, Pembuat Film Kampanyekan 'We are All Muslim'

Pembuat film dokumenter dan aktivis Michael Moore menyebut Trump 'benci Muslim tanpa alasan'.

oleh Indy Keningar diperbarui 17 Des 2015, 22:00 WIB
Pembuat film dokumenter dan aktivis Michael Moore menyebut Trump 'benci Muslim tanpa alasan'.

Liputan6.com, Jakarta - Pembuat film dokumenter AS, Michael Moore menulis surat kepada Donald Trump, mengkritik kebenciannya kepada muslim, dan melabeli pengusaha nyentrik itu "si kulit putih pemarah."

Dilaporkan News.com.au, Kamis (17/12/2015), melalui Facebook, Moore menulis surat untuk kandidat presiden Republikan tersebut. Sebelumnya, ia berdiri di luar menara Trump dengan tulisan 'We are All Muslim' -- "Kita Semua Muslim" sampai-sampai polisi dikerahkan untuk mengusirnya.

Moore merupakan pembuat film dan penulis. Tahun 1989 lalu, film besutannya, Roger & Me memenangkan Piala Emmy. Ia juga aktivis politik yang kontroversial. Tahun 1998 lalu ia tampil di acara TV bersama Donald Trump.

Kesan pertama Moore, adalah Trump takut dengannya.

"...sebelum masuk, saya ditarik oleh produser acara yang mengatakan kau 'gugup berada set bersama saya. Ia mengatakan kau tak mau dimaki dan kau ingin memastikan saya tak akan mengejarmu setelah wawancara," tulis Moore di pembuka surat, mengenang kejadian yang terjadi hampir dua dekade lalu.

"Kau seakan merasa lega, lalu mengatakan kepada saya, 'saya tak mau ada masalah, dan saya ingin kau yakin bahwa kau dan saya bisa akur. Kau tak akan mengerjai saya untuk sesuatu yang tak penting."

"'Mengerjai'? Pikir saya, memangnya kami anak kelas 3 SD? Saya kaget bagaimana kamu yang mengaku si pria pemberani dari Queens ternyata bernyali ciut."

Moore kembali mengatai Trump, menyebut si calon presiden takut pada Muslim tanpa alasan.

"...di tahun 2015 ini, seperti para kulit putih pemarah lainnya, kau takut pada 'bogeyman' yang mengincarmu. Bogeyman dalam pikiranmu itu adalah Muslim. Tak hanya yang sudah kau bunuh saja, namun Semua Muslim," tulis Moore.

Moore juga mengkritik proposal Trump terbaru untuk mengusir seluruh Muslim dari AS, dan mengatakan tak semua penduduk AS berpikiran seperti dirinya.

"Untungnya, Donald, kau dan pendukungmu tak lagi terlihat seperti Amerika saat ini," ungkapnya.

"Kita bukan lagi negara dengan sekumpulan orang kulit putih pemarah. Ini statistik yang akan membuatmu pusing: Delapan puluh satu persen pemilih presiden berikutnya adalah kaum wanita, kaum kulit berwarna, dan pemuda-pemudi berusia 10 sampai 35 tahun. Dengan kata lain, bukan kamu. Dan bukan orang-orang yang ingin kau memimpin negara mereka.

"Jadi, dengan putus asa dan kegilaan, kau ingin melarang semua Muslim masuk negara ini. Saya dibesarkan untuk percaya bahwa kita semua bersaudara, tak peduli warna kulit dan kepercayaan. Artinya, jika kau ingin melarang masuk Muslim, pertama-tama kau harus melarang saya. Dan orang-orang lain."

 

Michael Moore dengan tanda

Moore mengulang apa yang ditulisnya saat melakukan protes.

"Kita semua Muslim."

"Seperti halnya kami semua orang Meksiko, kami semua Katolik dan Yahudi, dan putih dan hitam, dan warna-warna lainnya. Kita semua anak Tuhan (atau apapun yang Anda percayai), bagian dari keluarga manusia, dan tak ada yang bisa kau katakan untuk mengubah fakta itu. Jika tak ingin hidup dengan aturan Amerika itu, kau harus pergi ke ruang hukuman di menaramu, duduk, dan berpikir mengenai apa yang sudah kau katakan."

Lalu ia 'menyuruh' Trump untuk pergi dari AS, sehingga mereka bisa memilih kandidat presiden yang lebih baik.

Pernyataan Trump untuk melarang muslim masuk AS menuai kemarahan dari seluruh dunia. Pada debat calon presiden GOP atau Partai Republik, ia disoraki.

Pada debat yang diadakan di Las Vegas, pernyataannya mengantarkan pada "diskusi besar-besaran yang harus diperjelas"  terkait "teroris radikal Islam."

Trump ingin melarang Muslim masuk AS, sampai-sampai berencana membangun tembok di Selatan untuk membentengi para imigran.

"Kita tak bicara mengenai isolasi. Kita bicara mengenai keamanan," ungkapnya, ketika ditanyakan dalam debat mengenai ide melarang Muslim masuk AS.

Kerumunan pun menyoraki Trump, yang sebelumnya mengaku ingin membunuh keluarga teroris dan menutup internet di tempat-tempat seperti Irak dan Suriah.

Pernyataan Trump tak hanya mendapatkan ketidaksetujuan dari kerumunan dalam debat presiden, namun juga seluruh dunia. Berbagai bentuk protes diajukan, mulai dari surat hingga dokumenter.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya