Pernikahan Berisiko Paling Tinggi Picu Stres?

Dalam suatu hubungan, pasti ada harapan dan ekspektasi yang berbeda tiap individu.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 28 Nov 2015, 08:00 WIB
Dekorasi dan gaun pernikahan Sofia Vergara dan Joe Manganiello mengusung konsep modern

Liputan6.com, Jakarta Dalam suatu hubungan, pasti ada harapan dan ekspektasi yang berbeda tiap individu. Namun bila perjuangan cinta saja tidak cukup, maka akan muncul kekecawaan yang menjadi pemicu stres negatif.

Lantas, apakah benar perkawinan sangat rentan menunjukkan gangguan jiwa?

Menurut dr. Safyuni Naswati, Sp KJ dari RS Soeharto Heerdjan, hubungan pernikahan memang menjadi salah satu indikator stres dalam kehidupan seseorang. Namun belum tentu setiap pernikahan ada indikasi gangguan jiwa. Sebab ada salah tes untuk mengujinya, seperti misalnya yang disebut dengan skala Holmes.

"Ada 36 butir pertanyaan yang bisa dijawab. Tentu tidak semua diisi, namun skor tinggi dan paling banyak memang terdapat pada hubungan pernikahan misalnya apakah muncul masalah saat istri hamil atau melahirkan, perceraian, konflik dengan keluarga pasangan dan sebagainya," katanya saat menyambangi kantor redaksi Liputan6.com, Jumat (27/11/2015).

Safyuni menuturkan, selama dalam perjalanan kehidupan dia tidak cepat beradaptasi dan terus berlarut-larut maka derajat stres akan semakin tinggi dan perlu penanganan dokter lebih lanjut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya