Paris Diserang Bom, Perdagangan RI-Prancis Terganggu?

Data BPS, neraca perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa secara kumulatif di Januari-Oktober 2015 mengalami surplus sebesar US$ 3,14 miliar.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Nov 2015, 09:45 WIB
Presiden Perancis Francois Hollande (kedua kanan) melakukan a minute of silence atau hening selama semenit di Universitas Sorbonne, Perancis, (16/11/2015). Ini dilakukan sebagai penghormatan bagi korban serangan di Paris. (REUTERS/Stephane de Sakutin)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, tragedi serangan bom dan penembakan di kota Paris, Prancis tidak akan berpengaruh terhadap kerjasama perdagangan antara Indonesia dengan negara tersebut. Pasalnya ekspor Indonesia ke Prancis kurang dari satu persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo menyatakan, peristiwa tersebut akan membuat pemerintah setempat melakukan pengetatan pemeriksaan terhadap barang dan penumpang.

"Mungkin ada delay sedikit dan sementara saja. Tapi rasanya tidak akan mengganggu perdagangan Indonesia dengan Prancis karena ekspor kita ke Prancis kurang dari satu persen terhadap total ekspor Indonesia," jelasnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Selasa (17/11/2015).

Peningkatan keamanan, sambung Sasmito, juga terjadi di sistem pemeriksaan pelabuhan Indonesia maupun tujuan Prancis. "Termasuk adanya balai karantina di setiap pelabuhan," terang Sasmito.



Dari data BPS, neraca perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa secara kumulatif pada Januari-Oktober 2015 mengalami surplus sebesar US$ 3,14 miliar. Pasalnya nilai ekspor US$ 12,45 miliar lebih besar dibanding impor sebesar US$ 9,31 miliar. Khusus untuk Oktober ini, surplus neraca perdagangan Indonesia-Uni Eropa sebesar US$ 409,4 juta.

Di periode 10 bulan tersebut, diantara negara-negara Uni Eropa, neraca perdagangan Indonesia hanya mengalami defisit dengan Jerman sebesar US$ 665 juta. Sementara dengan Belanda, Italia dan Uni Eropa lain masing-masing tercatat surplus sebesar US$ 2,20 miliar, US$ 485,9 juta dan US$ 1,11 miliar.

Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, meski merupakan negara Muslim terbesar, namun Indonesia bukan negara yang terlibat dalam konflik di Timur Tengah.

Itu sebabnya serangan bom di Paris dinilai tidak akan mempengaruhi hubungan negara ini baik dengan Prancis maupun negara negara Eropa pada umumnya.

"Kerjasama perdagangan seharusnya tidak berdampak karena keamanan Paris dan Eropa mungkin ada ketekaitan dengan Syiria," ujar dia.

Namun demikian, akibat insiden serangan bom bunuh diri dan penembakan ini membuat setiap negara semakin berhati-hati untuk memberikan izin bagi warga negaranya berlibur ke negara lain, termasuk ke Indonesia.

"Berdampak kepada pariwisata, praktis ya. Kalau ke (ekonomi) Indonesia tentu nggak ada. Tapi kita harus waspada, terutama pariwisata jangan sampai terganggu lah," lanjut dia.

Untuk itu, Suryo berharap insiden semacam ini tidak kembali terulang, terutama di Indonesia. Apalagi, pemerintah saat ini tengah menggenjot masuknya investasi di dalam negeri. Untuk itu dibutuhkan kepastian soal keamanan di dalam negeri. (Fik/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya