Inggris Larang 'Barang Mewah' untuk Pengungsi Suriah

Dewan kota menganggap peraturan tersebut itu membingungkan, karena 'barang mewah' yang disebut merupakan kebutuhan dasar di kamp.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 11 Okt 2015, 13:03 WIB
Ribuan imigran tiba di Stasiun Nickelsdorf, Austria, Sabtu (5/9/2015). Sekitar 2.000 imigran menembus Austria setelah pemerintah Hungaria mengizinkan para pencari suaka ke negara selanjutnya. (REUTERS/Heinz-Peter Bader)

Liputan6.com, London - Kementerian Dalam Negeri Inggris memperingatkan para dewan-dewan kota untuk tidak menyediakan 'barang mewah' bagi para pengungsi Suriah. Hal ini diumumkan selang beberapa hari setelah menteri dalam negeri, Theresa Mei, menyampaikan pidato tanpa kompromi yang membatasi hak untuk para pencari suaka di Inggris, Selasa lalu.

Pemerintah setempat dikirimi rancangan pedoman baru tersebut yang menjelaskan bahwa bebarapa daftar barang yang tidak harus dan tidak perlu disediakan di kamp-kamp pengungsi. Daftar barang yang tidak diizinkan meliputi lemari es, kompor, radio, komputer, TV dan DVD.

Mendengar peraturan tersebut, kelompok badan amal di Inggris menyatakan keprihatinannya. Mereka menekankan bahwa pemerintah seharusnya berkonsentrasi pada pengaturan standar minimum untuk semua warga Suriah yang mencari perlindungan di Inggris, bukannya menyatakan apa yang seharusnya tidak diperbolehkan.

"Pengungsi terutama anak-anak tidak datang ke sini untuk layanan kami, mereka datang untuk perlindungan kami. Kita harus memberikan dengan senang hati, "kata Kirsty McNeill, kampanye direktur untuk amal Save the Children, seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (11/10/2015)

Kepala khusus pengungsi di Palang Merah Inggris, Alex Fraser, mengatakan bahwa semua akomodasi yang disediakan harusnya mampu memenuhi martabat dan keamanan.

"Orang-orang yang melarikan diri dari kekerasan dan penganiayaan telah dipaksa untuk menanggung cobaan yang paling mengerikan, dan ketika mereka tiba di Inggris mereka harus diberikan bantuan terbaik," katanya.

"Masuknya pengungsi ke Inggris seharusnya tidak hanya untuk bertahan hidup. Setiap orang perlu diberi alat untuk membangun kehidupan," tambah Lisa Doyle, Kepala advokasi di Dewan Pengungsi.

Pemerintah Inggris telah dituduh memberi respons yang tidak memadai terhadap krisis pengungsi Suriah dalam beberapa bulan terakhir. Pada awal September, di bawah tekanan yang cukup besar, akhirnya PM Inggris David Cameron berjanji Inggris akan menerima 20.000 pengungsi dari kamp berbatasan Suriah selama lima tahun ke depan.

Selain itu, program pemukiman kembali atau Vulnerable Person Resettlement (VPR) akan memprioritaskan anak-anak, lanjut usia, orang difabel dan perempuan korban kekerasan perang dan seksual dari mayoritas Yazidi dan Nasrani. 

Salah satu otoritas lokal, Islington, dewan di utara London, menegaskan pihaknya telah menerima rancangan pedoman baru yang diizinkan penyediaan barang fasilitas penyimpanan makanan, memasak dan mencuci, tetapi peraturan itu dinilainya bertolak belakang seperti melarang kulkas dan kompor. 

"Ini agak membingungkan bagi kami," tuturnya. "Bagi dewan, bagaimana menyediakan fasilitas akomodasi bagi pengungsi ketika sebuah properti yang kosong namun barang-barang di rumah tersebut melebihi spesifikasi daftar barang itu."

"Apakah kami harus membuang barang-barang tersebut? Padahal rumah-rumah kosong yang bisa digunakan pengungsi telah memiliki barang-barang yang kami anggap barang kebutuhan dasar. Bangunan itu ada yang punya kompor, kulkas, TV, tempat tidur, bahkan microwave, " tambah dia lagi.

Disanggah

Namun juru bicara departeman dalam negeri menyanggah bahwa pedoman barang tersebut melanggar hak dasar para pengungsi. Ia juga menekanan bahwa pedoman untuk pengungsi yang dikirimkan ke dewan kota telah dibuat dan disosialisasikan sejak 2014.

"Pedoman tersebut berisi barang-barang yang wajib disediakan dewan kota untuk akomodasi pengungsi, antara lain menyediakan tempat makanan, memasak dan mencuci, di antaranya diperbolehkan menyediakan kulkas, kompor, dan pemanggang roti. Namun, TV, pemutar DVD dan peralataan hiburan listrik, seperti Radio, pemutar CD, komputer dan lainnya tidak dibenarkan untuk disediakan dewan kota," ujar juru bicara tersebut.

Angka 20 ribu yang ditetapkan Inggris untuk menampung pengungsi Suriah di Eropa adalah angka terendah dalam sejarah negara Monarki. 10 tahun lalu, Inggris menerima lebih dari 100 ribu pengungsi.

Status pengungsi Suriah di Inggris pun juga begitu kompleks. Mereka diterima London sebagai bagian skema Vulnerable Person Resettlement (VPR). Ini berarti mereka tidak serta merta menerima status suaka yang membuat mereka berhak untuk tinggal. Namun, status kemanusiaan ini membuat mereka bisa mengajukan diri sebagai pencari suaka di akhir tahun kelima setelah mereka berada di Inggris. (Rie/Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya