Jokowi Ingin Stok Bulog 10 Juta Ton, Ini Tanggapan Mentan

Untuk meningkatkan cadangan beras nasional, Indonesia perlu membangun infrastruktur yang memadai.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 30 Sep 2015, 10:16 WIB
Menteri Pertanian Amran Sulaiman membuka panen raya di Desa Siraman, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Jawa Timur Selasa (29/9/2015). (Foto: Achmad Dwi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Kediri - Untuk mendorong ketahanan pangan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin memperbanyak cadangan beras nasional. Jokowi mengatakan, cadangan beras Indonesia yang ada saat ini masih sangat kecil. Ia menconothkan cadangan beras yang dimiliki oleh China bisa mencapai 40 juta ton. Oleh sebab itu sebagai tahap awal presiden Jokowi meminta kepada Perum Bulog untuk memiliki cadangan beras di atas 10 juta ton.

Untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah perkara mudah namun bukan tidak mungkin. Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengapresiasi target yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo tersebut. "Bagus, Presiden memotivasi kita supaya cadangan pangan aman," ungkapnya seperti ditulis Rabu (30/9/2015).

Amran melanjutkan, untuk mewujudkan target cadangan beras tersebut Indonesia perlu untuk membangun infrastruktur yang memadai. "Kita harus kerja keras, yang jelas semua infrastruktur harus dipasang dengan baik," tuturnya.

Infrastruktur yang dimaksudnya adalah infrastruktur mulai dari awal seperti irigasi untuk menciptakan sawah yang baik hingga sampai dengan pasca panen dengan menyiapkan lumbung-lumbung yang mumpuni. Untuk mewujudkan hal tersebut memang membutuhkan kerja keras semua pihak.

Sebelumnya, Jokowi mengingatkan pentingnya kemandirian pangan. Pasalnya, Indonesia sebagai negara agraria yang mempunyai ketersediaan pangan cukup besar dan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa harus impor.

"Ini adalah sesuatu yang sudah kita dambakan lama, dan ini perlu didukung oleh semuanya. Baik petani, setelah itu di penggilingan. Setelah itu di pedagang, dan kalau Jakarta di Pasar Cipinang," ujar Jokowi di Istana Senin, 28 September 2015.

Dia berkata dalam kunjungannya bertemu dengan para petani di Karawang, dirinya meminta para petani terus meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian yang ditanam.

"Kalau kemarin di Karawang saya melihat 1 hektare bisa dihitung sampling 13,4 ton, tapi dalam fakta mungkin hanya 10,7 ton per hektare. Ini kan besar sekali, kalau bisa nanti dilarikan ke semua persawahan di Indonesia, peningkatan intensifikasi yang sangat besar sekali. Dan juga oleh Pak Mentan juga dibuka sawah-sawah yang baru," ucap Jokowi.

Presiden juga menyampaikan, peningkatan produksi beras harus membuat untung semua pihak. Petani, penggiling, penjual harus mendapatkan keuntungan dari melimpahnya hasil pertanian.

Namun, dia meminta agar masyarakat juga harus diuntungkan dengan harga yang dapat dijangkau dan mendapatkan kualitas beras yang baik. "Tidak ada satu pihak yang diuntungkan, dan tidak ada satu pihak yang dirugikan," kata Jokowi.

Sejauh ini, berdasarkan hasil pantauannya, ketersediaan stok beras cukup dan harga relatif stabil. Namun menurutnya, pemerintah sudah menyiapkan langkah antisipasi bila tiba-tiba harga sulit untuk dikendalikan.

Dia mengingatkan bahwa cadangan beras negara saat ini terlalu sedikit dibanding negara lain. "Filipina memiliki cadangan besar sebesar 2,5 juta ton padahal penduduknya 90 juta. Artinya Bulog paling tidak stoknya di atas 10 juta ton," tutupnya. (Amd/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya