Sampaikan Dukacita Tragedi Mina, Pemimpin DPR Apresiasi Menag

Tim Pengawas Haji DPR RI mendesak pemerintah Arab Saudi segera merilis jumlah korban tragedi Mina.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Sep 2015, 14:15 WIB
Ketua DPR Setya Novanto. (Liputan6.com/Gerardus Septian Kalis)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPR Setya Novanto mengucapkan belasungkawa dan dukacita kepada korban tragedi Mina, Arab Saudi.

"DPR mengucapkan dukacita atas terjadinya peristiwa Mina. Kami juga mendoakan seluruh jemaah haji yang meninggal dunia khusnul khotimah, diberi tempat terindah di sisi Allah SWT," ujar Novanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (25/9/2015).
 
"Bagi keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan kesabaran dan kekuatan atas musibah ini," sambung pria yang akrab disapa Setnov ini.

Politikus dari Fraksi Partai Golkar ini berharap agar tidak ada lagi peristiwa lainnya, hingga seluruh jemaah haji dapat menyelesaikan ibadah haji dan kembali ke Tanah Air dengan sehat dan selamat.

Senada dengan Setnov, Wakil Ketua DPR RI koordinator bidang kesejahteraan rakyat Fahri Hamzah, mengucapkan belasungkawa atas tragedi Mina. Fahri mengatakan, secara kronologis tragedi Mina diduga terjadi akibat antrean jemaah yang seolah tidak diatur dan tidak bisa dihindari dalam menjalankan setiap prosesi ibadah haji.

"Hanya prosesi wukuf di Arafah yang disepakati sebagai titik di mana seluruh jemaah haji dari seluruh negara dan mazhab berada di padang Arafah pada 9 Zulhijah (23 September 2015)," kata dia.

Dengan demikian, kata Fahri, seluruh jemaah haji usai wukuf di Arafah melontar jumrah tidak diatur, tidak dikomunikasikan secara ketat, dan diserahkan kepada masing-masing negara, dan bahkan masing-masing jemaah.

"Maka berbondong-bondonglah mereka yang ingin segera menuntaskan rukun dan wajib haji ke Mina, untuk melontarkan jumroh pada saat yang sama. Inilah yang terjadi pada jalur musibah itu," jelas dia.

Dengan demikian, kata Fahri, dapat dipastikan yang menjadi korban tragedi Mina adalah mereka yang berangkat lempar jumrah usai subuh, karena kejadiannya sekitar pukul 09.00 waktu Arab Saudi. Pada saat yang sama, Masjidil Haram sedang berlangsung salat Iduladha.

"Memang pemerintah Saudi sudah membangun banyak jalur setelah kejadian Mina yang menelan korban hampir 1.500 orang pada tahun 1990. Tetapi, rasanya pergerakan jemaah masih sangat tidak terkendali dan tidak terfasilitasi," ujar dia.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan, setelah tragedi ambruknya crane beberapa waktu lalu dan tragedi Mina, selayaknya Pemerintah RI mengambil inisiatif mendesak pemerintah Arab Saudi agar membicarakan penyelenggaraan haji secara bersama-sama.

Meskipun demikian, Fahri mengapresiasi Amirul Hajj sekaligus Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, yang berani menyentil pemerintah Arab Saudi dalam sambutan menjelang wukuf.

"Menteri Agama RI kemarin menyatakan bahwa Saudi harusnya bisa membangun fasilitas yang lebih baik bagi jemaah, karena Saudi punya segala kemampuan untuk itu, agar tragedi yang berulang ini tidak boleh dianggap sebagai bagian dari haji. Padahal, ini adalah musibah yang harus dihindari," pungkas Fahri.

Jumlah Korban

Tim Pengawas Haji DPR RI mendesak pemerintah Arab Saudi segera merilis jumlah korban tragedi Mina. Itu karena hingga saat ini jumlah korban yang diumumkan masih simpang siur dan terus bertambah. Asal negara-negara korban juga belum pernah disampaikan secara resmi.

"Sekarang ini, yang disampaikan hanyalah total jumlah korban. Sementara, negara-negara korban belum pernah diumumkan. Bahkan, jenis kelamin para korban saja tidak disampaikan," ujar Ketua Komisi VIII DPR, Saleh Partaonan Daulay.

Saleh mengatakan, pemberitahuan jumlah korban dan asal negaranya dinilai sangat penting, terutama untuk menenangkan keluarga para jemaah haji yang ada di negara masing-masing. Delapan jam pascatragedi Mina, seharusnya informasi tentang asal negara korban sudah bisa diketahui.

"Kalau nama dan negara-negara korban tidak diumumkan, ada kesan seolah-olah ada yang ditutup-tutupi. Sebagai penanggung jawab haji, pemerintah Saudi tentu memiliki tanggung jawab besar dalam menangani masalah ini," ujar politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini.

Menurut Saleh, saat tim pengawas DPR RI mengunjungi langsung tempat pelontaran jumrah pada Jumat dini hari, tim bertemu jemaah haji dari berbagai negara. Hampir semua jemaah menyatakan belum mengetahui jumlah korban dari negaranya. Itu berarti, masing-masing negara memperoleh informasi dari tim dan misi haji mereka.

"Info yang diperoleh negara-negara yang jadi korban adalah atas usaha mereka sendiri, bukan atas informasi resmi pemerintah Saudi ke misi haji negara-negara asal korban," ujar Saleh.

Tragedi Mina terjadi pada Kamis, 24 September kemarin, saat jemaah haji tengah melontar jumrah di Arab Saudi. Namun hingga kini jumlah korban jiwa masih belum jelas. Dugaan sementara tewasnya ratusan jemaah haji itu akibat kelelahan dan terinjak-injak jemaah lainnya. (Rmn/Mut/Sar)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya