Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa mengimbau kepada pemerintah agar tidak menyetujui permintaan Saudi Aramco yang berniat masuk ke bisnis penjualan bahan bakar minyak (BBM) secara ritel di Indonesia.
Perusahaan minyak asal Arab Saudi ini sebelumnya sudah menyatakan minat membangun kilang pengolahan minyak dan tangki penyimpanan di Tanah Air. Komitmen kerjasama tersebut dimanfaatkan Saudi Aramco supaya pemerintah Indonesia mau membuka peluang masuk ke bisnis hilir.
"Pertamina jelas keberatan. Saya setuju sama Pertamina. Kalau (Saudi Aramco) mau investasi di kilang, silakan saja sudah untung kok, tapi jangan menyerahkan pasar kita yang besar ke asing," tegas Purbaya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Kamis (24/9/2015).
Mantan Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis Kantor Staf Presiden itu, mengakui masuknya asing ke bisnis penjualan BBM di Tanah Air akan memicu kompetisi sehat dengan Pertamina. Sebab bisnis penjualan BBM sampai ke tangan konsumen sudah dilakoni Badan Usaha Milik Negara (BUMN) migas ini sejak lama.
"Tapi apa kita akan memberi pasar ke mereka? Lalu kita untung sedikit. Intinya jangan menyerahkan pasar kita ke mereka," ucap dia.
Purbaya mengatakan, apabila bisnis hilir penjualan BBM itu bisa diimplementasikan atau dikerjakan perusahaan dalam negeri, maka buka saja peluang itu untuk perusahaan nasional.
"Kalau untuk Saudi Aramco, kasih saja risiko yang lebih tinggi. Jika ke pasar kan risikonya sudah jelas, jadi beri ke domestik. Kita mesti ada keberpihakan dengan perusahaan dalam negeri, jangan menyerahkan apa yang seharusnya tidak kita serahkan," harap Purbaya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution sebelumnya pernah mengatakan, permintaan Saudi Aramco membangun kilang dan tangki penyimpanan minyak bukan lagi pada insentif, melainkan jatah berbisnis di Indonesia.
Saudi Aramco pernah meminta insentif tax holiday kepada pemerintah Indonesia selama 30 tahun untuk merealisasikan pembangunan kilang minyak. Namun klausul itu ditolak pemerintah.
"Perbedaannya saat ini mereka meminta bisa masuk ke hilir. Untuk distribusi sampai ke hilir (penjualan BBM). Mereka ingin bisa menjual ke hilir," ujar Darmin.
Sayangnya, kata Darmin, Pertamina merasa keberatan dengan permintaan Saudi Aramco. Sebab selama ini, sambungnya, bisnis penjualan BBM sampai ke tangan konsumen sudah dilakoni Badan Usaha Milik Negara (BUMN) migas itu.
"Pertamina masih keberatan, karena selama ini kan itu areanya Pertamina," tegasnya.
Namun Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu enggan menyebut jika Pertamina takut bersaing dengan Saudi Aramco. "Bukan pesaing lah, kan (kalaupun menjual BBM), harga tidak boleh beda, harus sama," cetus Darmin. (Fik/Gdn)
Pemerintah Diminta Tak Buka Peluang Saudi Aramco Jualan BBM di RI
Saudi Aramco pernah meminta insentif tax holiday kepada pemerintah Indonesia selama 30 tahun.
diperbarui 24 Sep 2015, 10:10 WIBAdvertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Top 3 Islami: Ciri Mimpi yang Bukan Bunga Tidur Menurut Gus Baha, Kejutan usai Orang Arab Kritik Bacaan Sholat Mbah Kholil Bangkalan
KAI Daop 1 Jakarta Sempat Hentikan 5 Kereta Api Akibat Gempa Magnitudo 6,5 di Garut
Viral! Ghea Indrawari Dicecar Anang Hermansyah Soal Kapan Nikah dan Suka Laki-Laki, Warganet Minta Suami Ashanty Ngaca
Menikmati Perjalanan Keindahan Alam di Sungai Dua Rasa Deli Serdang
Cara Mengatur Tabungan Pendidikan Anak: Investasi Masa Depan Mereka
Trivia Saham: Mengenal Instrumen EBA Ritel, Apa Untungnya?
Disanksi AS, Perusahaan Minyak Venezuela Mau Dibayar Pakai Kripto
3 Varian Resep Praktis Paru Sapi yang Enak dan Anti-Bau
28 April 1978: Tragedi Pembunuhan dan Kudeta Kekuasaan Presiden Afghanistan Sardar Mohammed Daoud
Gempa Bumi M 6.5 di Garut Terasa hingga Jakarta, Ini Pemicunya
Hasil Liga Inggris: Chelsea Beri Sedikit Pertolongan pada Manchester United
Gus Baha Ungkap Kualitas Khusyuk Tingkat Tinggi, Kisahkan Umar bin Khattab Dicabut Anak Panahnya saat Sholat