Maria Kristin: Enak Menjadi Pemain Ketimbang Pelatih

Maria Kristin menjadi pelatih untuk kategori putri U-13.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 02 Sep 2015, 16:55 WIB
Pebulutangkis nasional Maria Kristin lebih memilih jadi pemain dibanding pelatih.

Liputan6.com, Jakarta Usai pensiun sebagai pebulu tangkis akibat cedera lutut berkepanjangan pada akhir 2012, Maria Kristin Yulianti kembali ke PB Djarum Kudus. Bukan kembali sebagai pemain, tetapi sebagai asisten pelatih di klub yang membesarkan namanya itu.

Kini, Maria menjadi pelatih untuk kategori pemain putri usia 13 (U-13). Tetapi, peraih medali perunggu Olimpiade 2008 Beijing tersebut mengaku lebih enak jadi pemain ketimbang pelatih.

"Jadi pelatih itu susah, lebih enak pemain. Kalau yang dilatih hanya satu orang mungkin beda, tetapi ini banyak," kata Maria di GOR Djarum, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (2/9/2015).

Meski terlihat kalem, Maria mengaku sangat tegas dalam melatih. "Memang galak, tapi saya bilang jangan salah kalau tidak mau diomelin," ucapnya.

Melatih anak-anak membuat Maria harus lebih sabar dan tahan emosi. Bahkan, kejenuhan kadang menderanya.

"Jenuh pasti pernah, waktu jadi pemain saja juga pernah jenuh. Tetapi, senangnya menjadi pelatih karena yang dilatih anak kecil jadi ikut bercanda. Bisa awet muda, tetapi kadang bisa juga darah tinggi," ujarnya sambil tertawa.

"Kalau pemain kalah bertanding juga ikut pusing," tambahnya. "Namun yang lebih pusing jika pemain kalah, setelah itu dia malah bercanda dan tertawa-tawa, tidak pusing seperti saya."

Meski sudah menggeluti bulu tangkis saat masih duduk di sekolah dasar, Maria tidak berencana untuk terus menjadi pelatih. "Saya mau urus rumah," tuturnya tersipu saat ditanya calon suaminya. (Bog/Rco)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya