Pedagang Curhat ke Mendag Soal Lonjakan Harga Bawang

Harga bawang naik karena kurangnya pasokan dan tingginya biaya distribusi.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 10 Jul 2015, 06:01 WIB
Aktifitas para pedagang bawang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Jumat (19/6/2015). Bawang merah mengalami kenaikan dari harga Rp 20 ribu/kg saat ini mencapai Rp 22 ribu hingga 25 ribu/kg. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kunjungan ke Pasar Induk Kramat Jati, Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel menerima keluhan dari beberapa pedagang.  Salah satu pedagang Anas Sarnil (48) yang meminta pemerintah memperkuat pasokan bawang putih.

Dia bilang, selama ini  bawang putih diperoleh berasal dari impor. Sehingga, jika pasokan impor berkurang maka terjadi lonjakan harga.

"Kita 10 persen lokal, 90 persen dari impor. Kalau pasokan kurang ya harga naik," kata dia di Jakarta, Jumat (10/7/2016)

Masalah lain ialah karena bongkar muat untuk bawang putih dilakukan di Surabaya. Maka dari itu, harga bawang melonjak karena terdongkrak biaya distribusi.

"Bawang putih dibongkar dulu di Jakarta, Tanjung Priok. Sekarang Surabaya memperpanjang mata rantai," ujarnya.

Dengan kondisi demikian, dia berharap bongkar muat dikembalikan seperti semula. "Tolong dikembalikan ke Jakarta," tuturnya.

Selain itu, dia juga meminta pemerintah lebih cermat dalam mengatur distribusi bawang merah. Pasalnya, dalam beberapa kasus bawang merah yang dikirim dari Brebes tak sampai ke Pasar Induk. Alhasil, minimnya pasokan mengerek harga bawang merah.

"Bawang merah nggak sampai yang dari Brebes. Kami minta untuk bawang merah diawasi supaya sampai Induk," terangnya.

Tak berhenti di sana, dia juga meminta pemerintah meningkatkan produktivitas bawang bombay. Selama ini, bawang bombay lokal masih minim sehingga harganya cukup mahal.

"Bawang bombay, panen paling 5 persen sisanya India, Selandia Baru dan sebagainya," tandas dia. (Amd/NDw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya