Liputan6.com, Jakarta - Industri penerbangan Indonesia dinilai perlu bangkit dari keterpurukan, mulai dari sisi regulasi sampai pola perlindungan penumpang apabila terjadi kecelakaan. Dalam hal ini, Indonesia harus belajar dari Jepang.
Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo mengungkapkan, kasus kecelakaan AirAsia menambah daftar kelam industri penerbangan nasional, setelah sebelumnya dialami Mandala Airline, Adam Air, dan Sukhoi.
"Ini bisa terulang karena kita nggak punya pola ideal perlindungan konsumen. Harusnya di tengah pertumbuhan airlines yang begitu pesat, kita butuh regulator yang full power. Menetapkan sanksi keras bagi maskapai yang melanggar," ujar dia kepada wartawan di Jakarta, Minggu (25/1/2015).
Sudaryatmo mencontohkan, kecepatan penanganan pihak Jepang saat maskapai penerbangan domestik negeri Sakura mengalami kecelakaan 12 menit setelah lepas landas. Tragedi ini menelan korban meninggal dunia 520 orang dan 4 orang selamat.
"Setelah itu, investigasi dilakukan terbuka dan pihak yang mengetahuinya (saksi) dijamin bebas dari tuntutan hukum. Beda dengan Indonesia, pilot bisa dipidana, makanya pada takut jadi saksi," terangnya.
Pihak Japan Airline, lanjut dia, juga melakukan beberapa hal sebagai tindaklanjut dari kecelakaan tersebut. Pertama, membentuk paguyuban ahli waris untuk memastikan tak ada satupun ahli waris terlantar paska kecelakaan yang merenggut nyawa ratusan penumpang.
"Kedua, Japan Airlines membentuk Japan Airline Safety Training Center dan disebut-sebut menjadi salah satu yang terbaik di dunia," ucapnya.
Ketiga, sambung Sudaryatmo, mereka membangun monumen yang bertuliskan nama-nama korban dan komitmen mereka untuk tidak mengulangi kesalahan dengan tulisan never again," jelasnya.
"Yang paling membanggakan, CEO Japan Airline langsung meminta maaf atas kejadian tersebut, sambil membungkukkan badan, mengundurkan diri. Ini menurut saya cara penanganan kecelakaan yang elegan," tegasnya.
Akibat peristiwa nahas itu, kata dia, seluruh maskapai penerbangan dan regulator di Jepang berbenah diri sehingga industri penerbangan di Negeri Sakura itu kembali bangkit dan mendapat kepercayaan masyarakat. "Di Indonesia saya nggak menjamin itu," cetus Sudaryatmo. (Fik/Ahm)
RI Perlu Belajar dari Jepang Benahi Industri Penerbangan
Industri penerbangan Indonesia dinilai perlu belajar dari Jepang untuk bangkit mulai dari sisi regulasi hingga pola perlindungan penumpang.
diperbarui 25 Jan 2015, 14:02 WIB Koreksi tarif penerbangan murah tersebut muncul setelah tragedi pesawat AirAsia QZ8501 pada 28 Desember 2014, Jakarta, Jumat (23/1/2014). (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
VIDEO: Resmi! Irlandia Akui Negara Palestina
Melihat Pengaruh Penggunaan Teknologi dalam Pertumbuhan Usaha Kecil
Daftar Univeritas Terbaik di Asia 2024, Adakah dari Indonesia?
KPK Kumpulkan Bukti Dugaan Korupsi Telkom Grup, Geledah Rumah dan Kantor di Jakarta
Program Mandiri Sahabat Desa: Jurus Bank Mandiri Berdayakan Masyarakat Pedesaan di Morowali
Adi Pradita Menyesal Teror Teman SMP Selama 10 Tahun, Ini Pengakuannya
780.679 Mobil Bakal Tinggalkan Jabotabek Lewat Tol saat Libur Panjang Waisak 2024
Sinopsis 'The Operative', Film Aksi Diane Kruger dan Martin Freeman
Pabrikan Cina Diprediksi Kuasai Sepertiga Pasar Mobil Listrik Global pada 2030
Sinopsis Boss Level, Film Aksi Ketika Seorang Pria Mencari Jawaban di Lingkaran Waktu
VIDEO: Pusing! Jukir Liar Ngumpet di WC Minimarket Saat Razia Dishub di Duren Sawit
Unair Pastikan UKT 2024 Tidak Naik, Maksimalkan Badan Usaha Kampus