Kisah Sandera Selamat Teror Prancis: Aku Sembunyi di Kotak Kardus

Dua teror 'berdarah' yang melanda Prancis menyisakan trauma tersendiri bagi korban selamat. Kisah mereka pun mengemuka.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Jan 2015, 17:41 WIB
Polisi di lokasi penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo Paris (Reuters)

Liputan6.com, Paris - Dua teror 'berdarah' yang melanda Prancis menyisakan trauma tersendiri bagi korban selamat. Kisah bagaimana bisa melalui insiden mengerikan tersebut pun mengemuka.

Pada tragedi pembantaian di Majalah Charlie Hebdo yang terjadi Rabu 7 Januari 2015, seorang sandera mengaku selamat karena bersembunyi di dalam sebuah kotak kardus ketika sekelompok orang bersenjata memberondong tembakan. Dari sana ia juga memberikan informasi penting terkait aksi para teroris itu kepada polisi.

Lilian Lepere yang merupakan seorang desainer grafis mengirim pesan singkat kepada polisi, ketika Said dan Cherif Kouachi membantai 12 orang di kantor majalah Charlie Hebdo dan menyandera direktur perusahaan, Michael Catalano.

"Pria itu berkomunikasi dengan pihak kepolisian selama tiga jam sebelum muncul tanpa mengalamu luka sedikitpun," kata polisi seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu (10/1/2015).

Lepere menuturkan, saat Kouachi bersaudara menyerbu kantor majalah Prancis itu, dirinya langsung berlari mencari tempat persembunyian. "Aku bersembunyi di lantai pertama. Aku pikir mereka telah membunuh semua orang," ucap dia. "Aku memberi tahu polisi untuk segera bertindak," sambung Lepere.

Berkat kotak kardus itu, ia selamat dari maut. Para pembantai itu tak tahu ada seseorang yang bersembunyi di dalamnya. Dan kabur begitu saja.

Para penyerang kembali ke jalanan melompat masuk ke mobil mereka. Lebih banyak aparat yang ada di sana. Baku tembak pun terjadi.

Dua teroris itu menembaki mobil polisi. Lalu berlalu dengan kendaraannya. Di tengah jalan mereka berpapasan dengan mobil polisi -- yang akhirnya menabrak kendaraan lain yang terparkir. Petugas yang terluka terhuyung-huyung keluar dari mobil.

Dua Hari setelahnya, kakak-beradik Cherif dan Said Kouachi tewas karena tempat persembunyian mereka di kawasan Dammartin-en-Goele -- sekitar 40 kilometer arah timur laut Paris -- diserbu polisi.

"Mereka tewas saat diserbu polisi," ungkap Walikota Othis, Bernard Corneille, seperti dimuat CNN.

>>> Berikutnya kisah dari teror 'berdarah' di supermarket Prancis

2 dari 2 halaman

Penyanderaan di Supermarket

Sementara itu, ditempat terpisah. Para pengunjung di Supermarket Hypercacher yang berada di timur Prancis, ketakutan bersembunyi di dalam sebuah lemari pendingin selama insiden mengerikan terjadi.

Ketika pria bersenjata Amedy Coulibaly melepaskan tembakan di lingkungan Porte de Vincennes di Paris pada tengah hari, sekitar 30 pembeli bergegas menyelamatkan diri dengan bersembunyi di lemari pendingin toko itu.
 
Dikutip dari News.com.au, saat itu mereka ketakutan ditembak jika keluar. Sehingga berkumpul menjadi satu selama 5 jam, saling merapatkan tubuh, di dalam lemari pendingin agar tak terkena hiportemia.

Menurut cerita korban selamat Johan Dorre, ia sempat menelepon teman dan pamannya, Haim ketika terjadi penyanderaan.

"Keponakanku dan pembeli lain terpaksa meringkuk bersama-sama seperti binatang yang ketakutan untuk menghindari hipotermia," kata paman Dorre lainnya, Jacob Katrzona.

"Dia tengah berbelanja kue dan daging lezat untuk merayakan hari suci agama Yahudi, ketika ia mendengar tembakan di lantai atasnya dan segera bersembunyi dengan pembeli lain di ruang bawah tanah," beber Katrzona.

Katrzona menceritakan, ia takut kehilangan keponakannya itu.

"Kemudian kami hanya berdiri selama lima jam dan menunggu berita. Itu mengerikan -- lima jam terpanjang dalam hidup saya," jelas Katrzona.

Empat orang sandera dilaporkan tewas dalam insiden yang terjadi di pasar swalayan Yahudi di Porte de Vincennes. Pelaku juga tewas dalam baku tembak. (Tnt/Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya