Harga Emas Sulit Ditebak Seperti Mata Uang

Analis komoditas Morgan Stanley Jeremy Friesen menjelaskan, seperti mata uang, harga emas sulit diprediksi.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 29 Des 2014, 06:40 WIB
Ilustrasi Harga Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, New York - Setelah libur Natal, harga emas tercatat ditutup menguat sepanjang pekan lalu di level US$ 1.195 per ounce meski sebagian pasar emas masih belum dibuka karena libur. Namun begitu, analis komoditas Morgan Stanley Jeremy Friesen menjelaskan, seperti mata uang, harga emas sulit diprediksi.

"Sepanjang sejarahnya, harga emas bisa dipengaruhi tingkat inflasi barang dan jasa. Dalam jangka panjang, harga emas seringkali dihargai seperti dalam bentuk uang seperti dolar, yang nilainya tergantung permintaan dan pasokan," ungkap Friesen seperti dikutip dari laman Gulf News, Senin (29/12/2014).

Dia menjelaskan, emas sendiri seringkali bergerak seperti mata uang. Artinya, harga emas sulit diprediksi, bergerak dari satu level ke level lain dan dapat bertengger jauh dari fundamentalnya.

Pasokan emas dalam bentuk perhiasan, investasi atau cadangan harta seringkali ditetapkan berdasarkan produksi tambang dan persepsi para pelaku pasar.

Dalam situasi seperti sekarang, Friesen mengatakan, lonjakan pasokan dolar telah menekan harga emas di bawah harga standarnya. Tapi penguatan dolar sendiri mampu mengurangi tingkat inflasi dan juga permintaan terhadap mata uang tersebut.

Dalam jangka menengah, dengan pertumbuhan ekonomi yang bergantung pada produksi tambang, masih ada potensi bagi harga emas untuk kembali naik. Tapi lagi-lagi, pergerakan harga emas juga tergantung pada persepsi di para pelaku pasar termasuk para investor. (Sis/Ahm)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya