Jalan Panjang Jokowi Menuju Istana

Perjalanan Jokowi hingga terpilih menjadi Presiden ke-7 RI terbilang panjang. Mulai menapak sebagai pengusaha mebel hingga dunia politik.

oleh Anri Syaiful diperbarui 20 Okt 2014, 01:07 WIB
Jokowi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Jokowi kian populer hingga mancanegara. Wong cilik asal Solo, Jawa Tengah itu akhirnya melangkah ke Istana. Dalam hitungan beberapa jam ke depan, tepatnya Senin 20 Oktober 2014 pukul 10.00 WIB, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bernama lengkap Joko Widodo ini bersama pasangannya, Muhammad Jusuf Kalla atau JK, akan mengikuti pelantikan sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019.

Perjalanan Jokowi hingga terpilih menjadi Presiden ke-7 Republik Indonesia terbilang panjang. Ia mengawali karier sebagai pengusaha mebel. Selanjutnya ia terjun ke dunia politik dengan meraih jabatan Walikota Solo. Beberapa tahun kemudian ia terpilih sebagai Gubernur DKI hingga akhirnya menang Pemilihan Presiden 9 Juli 2014.

Berikut beberapa tonggak penting perjalanan karier Jokowi yang dirangkum Liputan6.com, Minggu (19/10/2014):

Foto dok. Liputan6.com


Anak Pinggir Kali Hingga Tukang Mebel

Seperti dikutip dari laman jokowicenter.com, sejak lahir pada 21 Juni 1961 di Rumah Sakit Brayat Minulyo, Jokowi tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah kontrakan yang berlokasi di bantaran sebuah sungai di Solo. Hidup mereka sangat sederhana. Ayah Jokowi yang sehari-hari menghidupi keluarga dengan berjualan kayu terpaksa membawa istri dan anak-anaknya hidup berpindah dari satu rumah sewa menuju rumah sewa lainnya.

Bahkan dengan kondisi tersebut, keluarga Jokowi harus rela digusur Pemerintah Kota Solo dari tempat tinggalnya di bantaran Kali Pepe dan tinggal menumpang di kediaman seorang kerabat di daerah Gondang. Namun, pengalaman masa kecil tersebut tidak dirasakan Jokowi sebagai sebuah penderitaan. Jokowi yang sewaktu kecil dipanggil Mulyono berkata bahwa waktu-waktu sulit tersebut merupakan cara Tuhan yang sangat tepat untuk membangun karakter dirinya di masa depan.

Selepas berkuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jokowi muda sempat mencicipi pengalaman kerja pada sebuah perusahaan BUMN di Aceh. Lokasinya yang berada di tengah hutan, kondisi kerja yang keras, dan rencana untuk mempunyai buah hati menuntun Jokowi dan istri untuk kembali ke Kota Solo pada 1988.

Ia kemudian bekerja sementara waktu pada pabrik milik pamannya, hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti dan memulai usaha mebelnya sendiri. Usaha yang mulanya berjalan dengan kondisi sederhana lambat laun berkembang. Dari ruang lingkup regional, usaha bapak 3 anak --Gibran Rakabuming Raka, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep-- ini tumbuh melingkupi pasar nasional, hingga kemudian merambah pasar mancanegara.

Foto dok. Liputan6.com


Menekuni Organisasi Hingga Jadi Walikota Solo

Kesuksesan atas bisnis mebel dan kemapanan finansial yang diraihnya menggerakkan Jokowi untuk mulai mencurahkan energi pada ranah lain, yaitu sosial. Ia melihat banyak usaha kecil masyarakat Solo yang sesungguhnya memiliki potensi untuk maju, tapi belum berkembang dengan baik.

Dengan latar belakang masa lalunya yang sulit di bantaran sungai, ia dan beberapa rekan pengusaha menggagas terbentuknya organisasi pengusaha mebel nasional cabang Solo yang bernama Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia atau akrab disebut Asmindo. Jokowi didaulat menjadi ketua organisasi dan memimpin berbagai kegiatan yang berhasil mengangkat daya usaha para pengusaha kecil dan menengah anggota Asmindo.

Setelah dua tahun suami Iriana ini memimpin Asmindo, para pengurus dan anggota serikat pengusaha tersebut mulai melontarkan ide pencalonan diri Jokowi pada Pilkada Kota Solo 2005. Saat ide itu muncul, Jokowi hanya menanggapinya dengan tawa dan secara halus menolaknya.

Namun, aspirasi tersebut bertambah kuat dan dorongan dari dalam organisasi untuk maju mencalonkan diri sebagai Walikota Solo terus meningkat. Joko Widodo kemudian maju dalam pilkada bersama FX Hadi Rudyatmo dan terpilih menjadi Walikota Solo periode 2005-2010.

Boleh dikatakan, Pilkada Solo 2005 adalah tonggak sejarah bagi Jokowi terjun ke dunia politik. Dan, amanah yang dipercayakan masyarakat Kota Solo pada Jokowi diemban dengan baik. Beberapa prestasi seperti tata lokasi pedagang kaki lima (PKL), efisiensi birokrasi kota, dan peremajaan pasar-pasar tradisional membuat dirinya menjadi sosok populer di kalangan warga Surakarta.

Pada pilkada langsung Walikota Solo periode 2010-2017, Jokowi terpilih kembali dengan persentase perolehan suara sebanyak 90,09%.

Jokowi mulai dikenal dalam lingkup nasional setelah ia secara resmi mengganti mobil dinasnya dengan mobil Esemka, yang merupakan buah karya para pelajar SMK 2 dan SMK Warga Surakarta, pada Januari 2012. Pemberitaan mengenai hal itu meluas dan menimbulkan berbagai tanggapan.

Salah satu komentar yang mendapat sorotan masyarakat ialah komentar Bibit Waluyo, yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, yang menyebut langkah Jokowi mengganti mobil dinasnya sebagai sesuatu yang sembrono. Hal ini justru membuat simpati publik atas Jokowi bertambah besar. Namanya kemudian semakin dikenal.

Foto dok. Liputan6.com


Maju Pilkada DKI dan Menang

Tak mengherankan, bila kemudian Jokowi diajak Jusuf Kalla (JK) ke Jakarta dicalonkan sebagai Gubernur DKI. Megawati setuju dengan usulan JK itu. Prabowo pun menawarkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai pasangan Jokowi untuk calon wakil gubernur.

Nasib baik seakan senantiasa bersama pria kelahiran 21 Juni 1961 ini. Pada Maret 2012, PDIP dan Partai Gerindra mengusung Jokowi-Ahok sebagai calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2012.

Pasangan calon ini berhadapan dengan 5 pasangan calon lain dan berhasil menduduki posisi teratas pada pilkada putaran pertama dengan persentase perolehan suara sebanyak 42,60 persen. Pada pilkada putaran kedua, Jokowi dan Ahok berhasil mengungguli pasangan calon Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli (Foke-Nara) dengan persentase perolehan suara 53,82% dan 46,18%.

Jokowi dan Ahok --mantan Bupati Belitung Timur-- akhirnya terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Hanya dalam tempo singkat, keduanya langsung menggebrak Ibukota. Di antaranya, penanganan banjir dengan menormalisasi waduk dan perbaikan drainase, serta perbaikan sarana angkutan dengan optimalisasi moda transportasi busway.

Foto dok. Liputan6.com


Menang Pilpres 2014

Jokowi, kian populer lewat kebiasaan, yang disebut blusukan. Tak mengherankan, bila PDIP kembali tak ragu memilihnya untuk bertarung dalam kancah persaingan di level yang lebih tinggi, yakni pemilihan presiden Republik Indonesia. Dan kembali, nasib baik terus mengiringi langkahnya. Berpasangan dengan Jusuf Kalla, Jokowi yang awalnya ragu melangkah, terpilih menjadi presiden ketujuh di negeri ini. Keduanya mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014.

JK sendiri bukan tokoh sembarangan. Lelaki asal Sulawesi Selatan berusia 72 tahun ini, selain dikenal sebagai pengusaha sukses, namanya telah lama melambung di pentas nasional sebagai wakil presiden 10 tahun lalu. Ia juga pernah memimpin partai terbesar di negeri ini, Partai Golkar, dan terakhir dipercaya menjadi Ketua Umum Palang Merah Indonesia.

Maka tak banyak yang menyangka, di usianya yang sudah 72 tahun, ia kembali terjun ke politik, dan meraih lagi kepercayaan masyarakat. Hasil survei menunjukkan tingkat keterpilihan mereka tinggi. Dan terbukti, JK bersama Jokowi, dipercaya membawa perubahan negeri ini, ke arah lebih baik lima tahun ke depan.

Kendati untuk menuju Istana, Jokowi-JK harus melalui proses panjang. Mulai dari penetapan hasil Pilpres 2014 oleh Komisi Pemilihan Umum yang berbuntut sengketa. Hingga akhirnya Mahkamah Konstitusi memutuskan menolak permohonan gugatan yang diajukan kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Namun dominasi Koalisi Merah Putih besutan Prabowo Subianto sempat menghadang langkah Koalisi Indonesia Hebat pendukung Jokowi. Pimpinan DPR dan MPR pun dikuasai oleh Koalisi Merah Putih.

Foto dok. Liputan6.com


Mencairkan Ketegangan Politik

Suhu politik dalam beberapa pekan silam sempat naik, tapi Jokowi tak kehilangan akal. Ia pun berhasil mendekati beberapa elite politik, termasuk sejumlah partai yang menjadi seteru koalisinya.

Beberapa hari menjelang pelantikan sebagai presiden, tepatnya Jumat 17 Oktober 2014, Jokowi akhirnya bisa mencairkan ketegangan politik.

"Dalam pertemuan yang penuh keakraban dan persahabatan ini, saya sampaikan ucapan selamat saya atas diangkat dan dilantik (Jokowi) menjadi Presiden RI," kata Prabowo yang didampingi Jokowi saat pertemuan di Jalan Kertanegara Nomor 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pujian terhadap mantan Walikota Solo juga dilontarkan Prabowo. Menurut Ketua Umum Partai Gerindra, Jokowi merupakan seorang patriot yang memiliki kesamaan dengan dirinya. "Keinginan kami sama, adalah keutuhan NKRI, Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI sebagai komitmen kita," tegas Prabowo.

Jokowi pun mengamininya. Menurut dia, apa yang disampaikan Prabowo sama persis dengan tujuan yang diinginkan koalisinya ke depan. "Semuanya adalah untuk kebaikan bangsa dan negara. Saya kira itu hal yang baik dan saya ucapkan terima kasih kepada Prabowo."

Foto dok. Liputan6.com


Menanti Kabinet Jokowi-JK

Suhu politik yang panas sejak kampanye Pilpres 2014, kini mencair. Usai pelantikan Jokowi-JK siang nanti, publik tentu menanti pengumuman mengenai menteri-menteri yang akan membantu keduanya menjalankan roda pemerintahan 5 tahun ke depan, seiring dengan harapan baru untuk Indonesia Hebat. (Ado)    

Baca juga:

Jokowi, Ramalan Suksesi dan Mitos Angka 7
Yang Ketu7uh: Jokowi dari Pinggir Kali
Jokowi Menuju Istana

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya