Liputan6.com, Rangoon - 9 Oktober 1983 atau tepat 31 tahun silam, Presiden Korea Selatan (Korsel) Chun Doo-hwan menjadi target pembunuhan agen Korea Utara (Korut) ketika sedang berada di Myanmar. Doo-hwan lolos dari serangan. Namun beberapa pejabat Korsel di sekelilingnya tewas.
Kala itu, Doo-hwan tengah melakukan kunjungan kenegaraan ke Rangoon untuk meletakkan karangan bunga di Martyrs Mausoleum yang merupakan makam Aung San, pendiri Burma (kini Myanmar) yang tewas dibunuh pada 1947 silam.
Saat beberapa staf Presiden Doo-hwan baru masuk area pemakaman, satu dari tiga bom yang dipasang di atap pemakaman meledak. Mengenai puluhan orang yang berada di sekitar.
Menurut sumber BBC yang dikutip Liputan6.com, Kamis (9/10/2014), sebanyak 21 orang tewas dan 46 lainnya mengalami luka-luka. Tiga di antara korban tewas adalah menteri kabinet pemerintahan Doo-hwan, yakni Menteri Luar Negeri Korsel Lee Beom-seok, Menteri Perekonomian yang juga Wakil Perdana Menteri Suh Suk Joon, dan Menteri Perdagangan dan Industri Kim Dong Whie.
Korban jiwa lain adalah 14 penasihat Presiden Doo-hwan, beberapa wartawan dan petugas keamanan. Empat warga Myanmar, termasuk tiga wartawan juga menjadi korban tewas.
Presiden Doo-hwan selamat karena mobilnya terlambat sampai di pemakaman. Dia tiba beberapa menit kemudian setelah bom meledak. Bom meledak lebih cepat karena terompet sambutan kedatangan Doo-hwan dibunyikan lebih awal sebelum sang presiden datang.
Setelah melalui penyelidikan selama beberapa pekan, Kepolisian Myanmar mengidentifikasi tiga tersangka, yang adalah agen dari Korea Utara. Dua di antaranya adalah seorang tentara Korean People's Army, satu lagi seorang kapten.
Hasil penyelidikan menyebutkan bahwa ketiga pelaku masuk ke Myanmar melalui Pelabuhan Rangoon. Mereka dikabarkan menerima bahan peledak itu dalam misi diplomatik Korut.
Tersangka Kang Min-chul mencoba bunuh diri setelah ledakan terjadi. Dia mencoba meledakkan diri dengan granat, tapi gagal. Ia selamat dari ledakan dan ditangkap polisi Myanmar dalam kondisi kehilangan lengan akibat granat.
Sementara itu, pelaku lain, Zin Bo kabur dan langsung diburu tentara Myanmar. Dalam upaya pelarian, Zin sempat menembak tiga tentara Myanmar sebelum ia pada akhirnya ditembak mati.
Kepada aparat Myanmar, Kang Min-chu mengakui bahwa aksinya memang terkait dengan pemerintah Korut. Atas pengakuannya itu, hukumannya diperingan dari vonis mati menjadi penjara seumur hidup. Sementara tersangka lain dihukum mati. Otoritas Korut membantah pengakuan Kang, dan menegaskan tak punya hubungan dengan orang itu.
Pada 9 Oktober 1983, Malala Yousafzai, murid sekolah dan aktivis pendidikan dari Kota Mingora, Distrik Swat, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa ditembak oleh anggota Taliban saat berada di dalam bus selepas pulang sekolah. Ia selamat dari upaya pembunuhan militan di Pakistan tersebut. (Ans)
9-10-1983: Presiden Korsel Jadi Target Pemboman Agen Korut
Bom meledak ketika suara terompet sambutan kedatangan Presiden Doo-hwan dibunyikan.
diperbarui 09 Okt 2014, 06:00 WIBPeringatan tragedi bom di Rangoon (Yonhap)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Saat Kiamat Orang-Orang Ini akan Disapu Angin yang Sangat Lembut
Profil dan Karya Chairil Anwar, Sosok di Balik Lahirnya Hari Puisi Nasional 28 April
Bunga Zainal Pamer Koleksi Tas Hermes Sambil Berbaring Pakai Selang Oksigen dan Diinfus
Amalan Ringan Agar Mendapat Istighfar Para Malaikat hingga Hari Kiamat
Prabowo-Gibran Akan Pimpin Pemerintah Indonesia ke Depan, PGRI Ingatkan Ini
Mengenang 6 Fashion Fantastis Kim Ji Won di Drakor Queen of Tears, Pakai Korset Seharga Rp34 Juta
2 Debt Collector di Palembang yang Ribut dengan Aiptu FN Ditangkap, Satunya Menangis
6 Manajer Terbaik Arsenal Sepanjang Masa, Bawa Banyak Trofi ke London Utara
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Senin 29 April 2024
BMKG Imbau Warga Cek Kondisi Bangunan Pasca Gempa Garut, Ini Alasannya
Isak Tangis Keluarga Pecah Saat Jenazah Anggota Polresta Manado Tiba Rumah Duka
Kisah Mbah Kholil Bangkalan Menertawai Kiainya saat Sholat, Ternyata karena Ini