Pengamat: Lembaga Survei Kredibel Menangkan Jokowi-JK

Ada lembaga survei abal-abal yang diduga dipakai pihak tertentu untuk mempengaruhi pikiran publik.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 08 Jul 2014, 19:41 WIB
Ilustrasi Jokowi-JK (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak lembaga survei yang merilis penelitiannya pada Pilpres 9 Juli 2014. Hasilnya pun berbeda-beda, ada yang memenangkan Prabowo-Hatta dan ada pula yang memenangkan Jokowi-JK.

Dosen politik Universitas Indonesia Ade Armando menilai ada lembaga survei abal-abal yang dipakai pihak tertentu untuk mempengaruhi pikiran publik dalam menentukan pilihan.

"Ketika percaya hasil penelitan akan berdampak perilaku pemilih. Dari memotret hasil di lapangan, maka banyak lembaga penelitian pura-pura atau sebetulnya bohong," ujar Ade di Hotel Atlet Century, Jakarta, Selasa (8/7/2014).

Ade menjelaskan, bila lembaga survei abal-abal merilis Prabowo menang dalam Pilpres, maka pemilih yang bimbang dan belum ada keputusan akan mempengaruhi pilihannya untuk memilih Prabowo pula. Oleh karena itu, banyak lembaga survei lahir untuk menyenangkan hati yang membayarnya.

"Nama LSI, Indikator, SMRC, CSIS, kalau mereka lansir penelitian, bisa dipercaya. Tapi ada lembaga survei list di FB, 16 lembaga penelitian yang memenangkan Prabowo. Buat saya mengejutkan, lembaga penelitian kredibel mengatakan Jokowi di atas," papar dia.

Ade pun mengatakan, beberapa lembaga survei yang abal-abal. Penentuan abal-abal itu karena sudah ada pemeriksaan lebih dulu, dengan cara mewawancarai peneliti dan cara peneliti melakukan penelitian.

Dia mencontohkan 3 lembaga survei abal-abal yaitu INES, IRC, dan PDB. INES, lanjut Ade, tidak objektif karena didirikan oleh Ketua DPP Gerindra bidang buruh dan meneliti Gerindra. Lalu, IRC merupakan milik MNC dan menyurvei Hanura saat Hary Tanoesoedibjo masih kader partai yang didirikan Wiranto.

"Sedangkan PDB itu pakai telepon. Di Indonesia, survei tak boleh pakai telepon. Dia mewakili populasi pemilik telepon dan siapa yang jawab itu. Betapa akhirnya semua jadi joke dan yang kena lembaga penelitian serius. Publik pun tertipu juga," tegas Ade.

Guru Besar Psikologi Politik dari UI Hamdi Muluk juga mendorong mekanisme agar lembaga survei yang melansir penelitian itu diteliti mekanisme penelitiannya.

"Dicek dulu metodologinya seperti apa. Jadi tidak dia senang saja habis konferensi pers lalu diliput dan pulang dengan senyum-senyum," tandas Hamdi.

Baca juga:

Exit Poll: Jokowi-JK Menang di Singapura, Mesir, Hong Kong

(Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya