Iran Gerah Melihat Pemberontakan di Irak dan Suriah

Perang sipil di Suriah dan Irak memancing reaksi dari Iran yang kegerahan melihat perkembangan terkini di dua negara tetangganya itu.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 12 Jun 2014, 10:31 WIB
Perang sipil di Suriah dan Irak memancing reaksi dari Iran yang kegerahan melihat perkembangan terkini di dua negara tetangganya itu.

Liputan6.com, Teheran - Situasi keamanan di Timur Tengah masih jauh dari harapan. Sementara Suriah sedang sibuk memerangi pemberontakan dalam negeri, sekarang Irak juga dikoyak oleh serangan-serangan kelompok militan yang mazhabnya berbeda dengan pemerintahan Irak sekarang. Negara tetangga Irak, yaitu Iran, gerah melihat perkembangan itu.

Sekretaris Dewan Kehormatan Keamanan Nasional (Supreme National Security Council—SNSC) Iran, Laksamana Muda Ali Shamkhani, pada hari Rabu lalu mengutarakan keprihatinan Teheran tentang merebaknya ekstremisme di kawasan, khususnya di Irak dan Suriah, dan menyerukan penghentian segera segala dukungan keuangan dan militer yang diberikan oleh beberapa negara di kawasan itu kepada kelompok-kelompok militan. Demikian yang dikutip dari Fars News Agency (11/06/2014).

Berbicara dalam suatu pertemuan dengan Duta Besar Suriah untuk Iran, Adnan Mahmoud, petinggi keamanan Iran itu mengatakan bahwa meluasnya keberadaan kelompok teroris di Irak, terutama para petempur dari Negara Islam Irak dan Levant (ISIL), telah mengancam perdamaian dan ketenangan kawasan.

Petinggi lawas Iran itu juga menekankan bahwa penyebaran terorisme merupakan buah dari kebijakan-kebijakan tidak masuk akal yang diteladani oleh para pengikutnya. Ia menambahkan bahwa keberlanjutan kebijakan yang salah kaprah itu juga akan memberi dampak kepada para penyokong terorisme.

Hari Selasa lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Iran Urusan Arab dan Afrika, Hossein Amir Abdollahian dan Jurubicara Kementerian Luar Negeri Iran, Marziyeh Afkham, mengutuk dengan keras serangan-serangan teroris terkini di kota-kota dan desa-desa di Irak yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstremis. Mereka juga menyampaikan dukungan penuh Teheran kepada pemerintah dan pasukan keamanan Irak dalam memerangi ISIL.

Hari Selasa itu juga, Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, meminta kepada parlemen untuk memberlakukan keadaan darurat setelah teroris sempalan Al-Qaeda, yakni Negara Islam Irak dan Levant (ISIL), merebut kendali atas kota terbesar nomor dua di negeri itu, Mosul. (Baca juga PM Irak Tuding Ada Konsiprasi Jatuhnya Mosul ke Kelompok Ekstrem)

Para militan ISIL dan sekutu mereka mencaplok markas militer dan membebaskan ratusan narapidana di awal hari Selasa lalu. (Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya