Tak Disukai Importir, Kementerian ESDM Jamin Mandatori BBM Jalan

Kementerian ESDM memastikan akan tetap menjalankan mandatori bahan bakar nabati.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Apr 2014, 14:23 WIB
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan akan tetap menjalankan mandatori bahan bakar nabati (BBN) sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM nomor 25 tahun 2013, meskipun mengalami banyak kendala.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana mengakui banyak pihak yang tidak menyetujui mandatori pencampuran biodesel ke BBM solar ini, seperti para importir solar.

"Dengan adanya ini, pengimpor solar tidak senang, pasti ada pihak yang terganggu dengan mandatori ini. Tetapi saya yakin program ini akan lancar berjalan. Semua kebijakan memang tidak serta merta mulus dan lancar seperti yang diharapkan, masih ada kendala internal maupun eksternal," ujar di Kantor Direktorat Jenderal EBTKE, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (24/4/2014).

Selain itu, tantangan lain yang dihadapi dari mandatori ini yaitu keberadaan lokasi produsen biodiesel dengan pengguna yang berjauhan serta belum didukung kemampuan logistik yang baik sehingga menghambat penyaluran biodiesel.

"Produsen kebanyakan berada di sebelah barat (Indonesia), sementara yang membutuhkan itu di seluruh Indonesia. Belum lagi soal infrastruktur untuk mengangkut itu, tapi ini terus kita pantau agar terlaksana segera," lanjutnya.

Meski demikian, Rida menyatakan bahwa dirinya yakin pelaksanaan mandatori ini akan berjalan sesuai dengan target yang telah disusun oleh pemerintah. "Tidak ada keragu-raguan, kami akan tetap berjuang bahwa mandatori harus tetap berjalan," tandasnya.

Sekedar informasi, pada tahun lalu akibat pemanfaatan bioesel yang mencapai 1,05 juta KL atau mengalami kenaikan sebesar 57% dari 2012, terjadi penghematan devisa US$ 831 juta.

Pada tahun tersebut, produksi biodiesel mengalami kenaikan sebesar 24%, atau sebesar 2,8 juta kilo liter (KL) dari sebelumnya hanya sebesar 2,2 KL.

Sementara untuk tahun ini, Kementerian ESDM menargetkan kebutuhan biodiesel mencapai 3,96 juta KL sehingga bisa melakukan penghematan devisa sebesar US$ 3,6 miliar.

Sedangkan realisasi pemanfaatan biodiesel sampai Maret 2014 telah mencapai 350 ribu KL atau setara dengan penghematan devisa sebesar US$ 237 juta.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya