Liputan6.com, Jakarta - PDIP memandang koalisi harus dilakukan dengan partai yang memiliki visi-misi dan ideologis serupa agar presiden terpilih tak terjebak oleh partai-partai yang diajak kerjasama. Pandangan demikian lahir setelah melihat pengalaman SBY membentuk koalisi gemuk saat periode pemerintahannya.
"Apakah kita perlu koalisi gemuk model SBY? Yang mencoba menempatkan gambaran kekuasaan di parlemen. Itu mimpi kekuasaan 5 tahun lalu. Kerja sama yang dibangun malah terjebak," ujar Wasekjen PDIP Hasto Kristanto dalam diskusi Rumah Kebangsaan, di Jakarta, Rabu 23 April 2014.
Guna melancarkan koalisi gemuk itu, Hasto melihat, secara tak sadar terbentuk budaya politik transaksional. Partai dengan perolehan suara yang cukup berkontribusi diberikan jabatan kekuasaan. Hal inilah yang juga sedang dihindari PDIP.
"Itu jadinya berlaku hukum 4 persen suara itu sama dengan 1 kursi menteri. Ada yang pakai pendekatan itu. Nanti karena kami dapat 8 persen, kami harus dapat 2 kursi menteri," tuturnya.
Dengan koalisi berlandaskan bagi-bagi jabatan, partai yang mengajak koalisi itu seakan terjebak.
"Presiden yang seharusnya pemegang mandat denga legitimasi besar, tapi dilegitimasi oleh kekuasaan politik. Ada atraksi politik, di mana PKS nggak diundang pada rapat paripurna. Presiden yang kedudukannya sangat kuat dan menteri kedudukannya kuat, tapi ini tak terjadi selama 10 tahun terakhir," tandas Hasto.
Dalam beberapa kali kesempatan, Capres PDIP Jokowi mempersilakan bila ada partai yang berminat berkoalisi dengan PDIP. Tapi dengan syarat, kesamaan prinsip untuk tidak melakukan lobi-lobi politik seperti pembagian kursi kabinet.
"Silakan bergabung, perlu. Kita mau cari kawan sebanyak-banyaknya. Tapi dengan catatan tidak bagi-bagi kursi menteri. Kita bicara selesaikan masalah bangsa dan negara," tegas Jokowi.
PDIP Tak Mau Ulangi Pengalaman `Koalisi Gemuk` a la Demokrat
Dengan koalisi berlandaskan bagi-bagi jabatan, partai yang mengajak koalisi itu seakan terjebak.
diperbarui 24 Apr 2014, 07:37 WIBKelima tokoh ini bisa dipasangkan menjadi capres-cawapres alternatif untuk menyaingi koalisi 3 partai poros.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Kabar Baru, Konsumsi Avokad Tiap Hari Ternyata Baik untuk Diet Sehat
Sentimen Ini Bayangi Laju IHSG pada 22-26 April 2024
Ini yang Akan Dibahas PDIP dalam Rakernas Mendatang
Doa Lepas dari Kesulitan dari Gus Qoyyum Ijazah Mbah Kholil, Pendek Mudah Dihafal
Start Mulus Indonesia di Piala Thomas dan Uber 2024
Jadwal, Hasil, dan Klasemen PLN Mobile Proliga 2024: Siapa Lolos ke Final Four?
Jadwal, Hasil, dan Klasemen Piala Thomas dan Uber 2024: Siapa Lolos ke Babak 8 Besar?
Harga Kripto Hari Ini 28 April 2024: Ethereum Pimpin Penguatan, Bitcoin Lesu
Jadwal dan Hasil Piala Asia U-23 2024: Siapa Lolos ke Semifinal?
Ilmuwan Temukan Bakteri Vampire yang Mampu Pengaruhi Darah Manusia Hingga Sebabkan Kematian
Ledakan Amunisi di Pangkalan Militer Kamboja Bunuh 20 Tentara
Bayer Leverkusen Vs Stuttgart: Robert Andrich Cetak Gol Penyeimbang di Menit Akhir