Marzuki Alie: Demokrat Terpuruk karena Lembaga Survei Abal-abal

Marzuki Alie menilai terpuruknya suara Partai Demokrat pada Pileg 9 April lalu lantaran persepsi yang dibentuk lembaga survei.

oleh Edward Panggabean diperbarui 23 Apr 2014, 17:41 WIB
Marzuki Alie (Antara/Wahyu Putro A)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Majelis Tinggi Partai Demokrat Marzuki Alie menilai terpuruknya suara Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif 9 April lalu lantaran persepsi yang dibentuk lembaga survei. Parahnya, kata Marzuki, lembaga survei itu bodong sehingga berdampak negatif kepada masyarakat.

"Kita terpuruk ini karena lembaga survei abal-abal. Kalau nggak jelas, bubarin saja lembaga survei ini," kata Marzuki saat menghadiri diskusi di Kebayoran, Jakarta Selatan, Rabu (23/4/2014).

Marzuki menjelaskan, hadirnya para peneliti dan lembaga survei dadakan terlihat jelas dalam penilaian serta analisisnya sebelum pemilu digelar. Analisis itu antara lain mengatakan merosotnya perolehan suara partai Islam.

"Buktinya, pernyataan partai Islam pada pemilu kali ini akan terpuruk, nyatanya pada naik semua. Hanya PKS yang merosot sedikit," ucapnya.

Namun, Marzuki yang juga Ketua DPR itu masih optimistis suara partainya bakal naik di atas 10%. Keyakinan itu lantaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum mengumumkan hasil perolehan suara secara nasional. Selain itu dia juga berkaca pada pengalaman pada Pemilu 2004.

"Referensi kan 2004. Tahun 2004 cuma 7 persen kok bisa jadi presiden, sekarang kan 10 persen," cetus dia.

Namun, saat ini dirinya mengaku belum melakukan manuver terkait pilpres mendatang. Marzuki beralasan, dirinya masih fokus mengikuti konvensi capres Partai Demokrat yang akan ditentukan pada debat konvensi terakhir pada Minggu 27 April 2014.

Hasil hitung cepat CSIS-Cyrus Network pada Pileg 9 April menempatkan Partai Demokrat berada di posisi ke-4 dengan perolehan suara 9,7%. Capaian ini memang jauh turun dibandingkan Pileg 2009 saat Demokrat meraih 20,85% suara dan berada di peringkat pertama.

(Shinta Sinaga)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya