Sukses

Jiwa Indonesia dalam Monumen

"Untuk pembentukan mental suatu bangsa, penting bagi suatu bangsa untuk memiliki sebuah monumen," ungkap Soekarno.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia pada era 1960-an adalah negeri yang sedang bangkit sejak Ibukota Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta. Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah Monumen Nasional (Monas) dekat Istana Negara yang setara Menara Eiffel di Paris.

17 Agustus 1961, Monas mulai dibangun dengan diarsiteki oleh Fredrich Silaban dan RM Soedarsono. Tugu Monas dibuat untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan.

Monas sendiri baru diresmikan di era Presiden Soeharto pada 12 Juli 1975. Dalam prosesnya, pembangunan Monas memunculkan banyak kritik, apalagi ketika itu Indonesia sedang dalam kesulitan keuangan sehingga Sukarno dituding lebih mementingkan monumen ketimbang rakyat.

Dalam sebuah wawancara dengan Cindy Adams dari Amerika Serikat, Bung Karno menegaskan alasannya membangun Monas. "Untuk pembentukan mental suatu bangsa, penting bagi suatu bangsa untuk memiliki sebuah monumen," ungkap Sukarno.

Dengan monumen dan berbagai bangunan di masa kepemimpinannya, Sukarno ingin menggaungkan eksistensi Indonesia kepada dunia. Menurut pakar arsitek, dengan berbagai bangunan dan monumen, Bung Karno telah berhasil menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar.

Pembangunan Stadion Gelora Bung Karno (GBK) di Senayan, Jakarta Pusat, juga sarat dengan sejarah diplomasi Indonesia. Stadion GBK dibangun dalam rangka penyelenggaraaan Asian Games IV.

Pembangunan Hotel Indonesia dan Patung Selamat Datang di Bundaran HI adalah bagian dari penyelenggaraan Asian Games. Meski berprestasi berada di peringkat 2 perolehan medali di bawah Jepang, Indonesia dicoret sementara dari keanggotaan Komite Olimpiade Internasional (IOC) ini karena Indonesia tidak mengikutsertakan Israel dan Taiwan sebagai pembelaan terhadap rakyat Palestina dan Republik Rakyat Tiongkok.

Indonesia pun membalas dengan keluar dari IOC dan menganggap IOC kepanjangan tangan kepentingan neo-kolonialisme dan imprealisme. Selanjutnya Indonesia menggelar event olahraga internasional yang menjadi tandingan olimpiade yaitu Games of New Emerging Forces (Ganefo) pada November 1963.

Ajang Ganefo ini berlangsung gegap gempita di GBK. Indonesia berprestasi dengan menempati peringkat ketiga di bawah Tiongkok dan Uni Sovyet. Selain Monas, Stadion GBK, Hotel Indonesia, dan Patung Selamat Datang, masih banyak patung-patung yang dibangun pada era Sukarno. Di antaranya adalah Tugu Pancoran, Masjid Istiqlal, dan lain-lain.

Menurut sejarawan, ini adalah bagian dari visi Bung Karno untuk mengangkat kebesaran Indonesia.Dan kenyataannya, berbagai monumen dan gedung-gedung yang dibangun zaman Soekarno telah menjadi sebuah bahasa yang menyuarakan kebesaran Indonesia.

Saksikan beragam monumen dan bangunan yang berhasil dibuat Soekarno selengkapnya dalam Jejak Indonesia, yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Jumat (14/8/2015) dalam tayangan berikut ini. (Vra/Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini