Sukses

Truecaller Akan Rilis Senjata Rahasia Berbasis AI untuk Lawan Spam

Truecaller meluncurkan fitur baru bernama "Max" yang menggunakan AI untuk memblokir panggilan spam secara otomatis.

Liputan6.com, Jakarta - Truecaller mengungkap bakal meningkatkan teknologi filter di aplikasi buatannya, dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI).

Rencananya, peningkatan fitur berbasis teknologi AI di Truecaller ini akan diberi nama "Max" dan saat ini tersedia untuk pelanggan premium di Android.

Mengutip TechCrunch, Rabu (20/3/2024), Truecaller akan menggunakan AI untuk memblokir setiap panggilan tidak tersimpan dari kontak disetujui atau spam.

Sebelumnya, pemblokiran dan aksi lainnya di aplikasi hanya bagaimana nomor ponsel dicantumkan di database, dan disaring proaktif individu.

Sayang, fitur ini baru tersedia di perangkat Android. Apple sendiri tidak mengizinkan Truecaller (atau layanan lainnya) untuk memeriksa status pengirim spam di iPhone.

Karena fitur ini tidak bisa aktif di iPhone, maka panggilan spam atau tak dikenal ini tidak bisa secara otomatis terblokir di iOS.

Disebutkan, peluncuran fitur berbasis AI ini dilakukan saat perusahaan di masa kritis.

Pada Q4, pendapatan Truecaller mengalami penurunan sebesar 4 persen dari tahun ke tahun dengan penjualan sebesar USD 41,52 juta.

Perusahaan menggarisbawahi fitur AI di aplikasi Truecaller, akan ada peluang bisnis mengandalkan orang-orang sudah muak dengan cara-cara berbahaya.

Orang Indonesia Terima 18 Kali Panggilan Spam Per Bulan

Panggilan spam di Indonesia ternyata masuk dalam salah satu yang terbesar di Asia, bahkan di dunia. Hal itu diketahui dari data Truecaller Insight 2020.

Berdasarkan data tersebut, rata-rata panggilan spam di Indonesia mencapai 18 kali per orang setiap bulan. Jumlah itu membuat Indonesia menghadapai ancaman panggilan spam terbesar di Asia dan menempati peringkat enam dunia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Kesadaran Publik Terhadap Ancaman Telepon Meningkat

Truecaller luncurkan Kampanye #KnowYourCaller di Indonesia untuk mewaspadai penipuan via telepon. (Foto: dokumen/Truecaller)

Dengan adanya data tersebut, Truecaller sebagai aplikasi smartphone identifikasi nomor telepon pun menjadikan Indonesia sebagai pasar prioritas dengan meluncurkan kampanye edukasi #KnowYouCaller.

"Sebagai platform global verifikasi kontak dan memblokir komunikasi tidak diinginkan, kami berharap kampanye ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya keamanan berkomunikasi," tutur Global Head of Corporate Communication Truecaller, Hitesh Raj Bhagat dalam keterangan resmi yang diterima, Rabu (10/11/2021).

Lebih lanjut, Hitesh menuturkan, peningkatan kesadaran publik terhadap ancaman telepon dinilai penting karena potensi kerugian yang ditimbulkan. Menurut laporan Polri, aksi kejahatan siber umumnya berasal penipuan yang dilakukan lewat beberapa metode, salah satunya telepon.

Untuk itu, Truecaller memiliki kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan dalam lingkungan digital. Platform ini mengklaim telah mengidentifikasi 31,1 miliar panggilan spam dan 12,8 miliar SMS spam di seluruh dunia.

Sebagai bagian dari kampanye ini, Truecaller meluncurkan video bertema Serigala Berbulu Domba yang diperankan oleh tiga artis ternama, seperti Yayan Ruhiyan, Dinda Kanya, dan Billy Boedjanger. Masing-masing dari mereka memerankan tokoh fiktif penipuan yang banyak menargetkan pengguna di Indonesia.

3 dari 5 halaman

Truecaller Catatkan Saham di Bursa Nasdaq Stockholm

Truecaller baru saja mengumumkan kampanye untuk meningkatkan kesadaran mengenai panggilan spam ke masyarakat. (Foto: Truecaller)

Di sisi lain, Truecaller baru saja menggelar initial public offering (IPO) di bursa Nasdaq Stockholm.

Saham Truecaller melantai dengan harga 60 Krona Swedia atau setara Rp 97.631 per lembar saham. Harga saham Truecaller naik 15,4 persen dari harga IPO sehingga kapitalisasi pasar perusahaan mencapai USD 2,5 milliar atau lebih dari Rp 35 triliun. Penawaran saham perdana Truecaller terdiri dari 53.414.532 saham seri B.

Sejumlah 19.230.770 merupakan saham Kelas B yang baru saja diterbitkan. Sementara 34.183.762 saham Kelas B lainnya diperuntukkan bagi para pemegang saham utama, antara lain Co-founder Alan Mamedi dan Nami Zarringhalam, Sequoia Capital India, Atomico, Kleiner Perkins.

"Hari ini (Selasa-12 Oktober 2021) menandai tonggak bersejarah bagi Truecaller. Perjalanan yang memuaskan dimulai sejak 12 tahun lalu sehingga Truecaller menjadi platform verifikasi nomor telepon dan spam blocking terkemuka di dunia," ujar Co-founder dan CEO Truecaller Alan Mamedi dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (13/10/2021).

4 dari 5 halaman

Komitmen Buat Komunikasi Masa Depan Lebih Cerdas

Ia menambahkan, Truecaller memiliki hampir 280 juta pengguna aktif dari seluruh dunia. Dengan jumlah pengunduh lebih dari 500 miliar kali.

Alan menambahkan babak baru bagi Truecaller adalah upaya konsistensi perusahaan. Komitmennya dalam membuat komunikasi masa depan lebih cerdas, aman, dan efisien. Alan dan Nami berharap dapat melanjutkan momentum perjalanan pertumbuhan Truecaller baik bersama pemegang saham lama maupun baru.

Perusahaan asal Swedia ini memungkinkan pengguna berkomunikasi dengan aman dan efisien. Hal ini dengan adanya layanan identifikasi penelpon (caller ID) dan deteksi spam (spam blocking).

Selain itu, Truecaller juga memfasilitasi solusi komunikasi lainnya bagi 280 juta pengguna individu dan 500 klien perusahaan. 

5 dari 5 halaman

Indonesia Jadi Pasar Utama

Aplikasi Truecaller melakukan sebuah studi yang menunjukkan 80% perempuan di 5 negara pernah mengalami pelecehan melalui telepon.

Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, pasar Indonesia menjadi fokus utama Truecaller di kawasan ini. Berdasarkan riset terbaru Truecaller, Indonesia menghadapi ancaman spam terbesar keenam di dunia.

Kehadiran Truecaller diharapkan membantu para pengguna di Indonesia menangani masalah ini sehingga komunikasi menjadi lebih aman dan efisien.

Truecaller memiliki kapasitas dan keahlian yang tepat untuk mengukur dan memenuhi permintaan pengguna.

Khususnya di era digital dengan penipuan terhadap transaksi elektronik semakin merajalela. Di Amerika Serikat diperkirakan telah merugi senilai USD 30 miliar atau setara Rp 426,6 triliun per tahun  Jumlah ini diperkirakan akan terus berlipat ganda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.