Sukses

Google, Meta, OpenAI, dan Raksasa Teknologi Lainnya Teken Pakta Melawan Deepfake di Pemilu AS 2024

Google, Meta, OpenAI, dan 17 perusahaan teknologi lainnya sepakat untuk memerangi deepfake menjelang Pemilu AS 2024. Pakta ini fokus pada pengembangan teknologi deteksi deepfake, edukasi publik, dan penelitian.

Liputan6.com, Jakarta - Google, Meta, OpenAI, dan beberapa perusahaan teknologi ternama lainnya telah menandatangani pakta kerjasama, dalam upaya memerangi disinformasi dan manipulasi informasi menjelang Pemilu AS 2024.

Terhitung ada 20 raksasa teknologi ikut menandatangani pakta untuk memerangi deepfake jelang hingga saat Pemilu Amerika Serikat (AS) 2024 digelar.

Bernama "Tech Accord to Combat Deceptive Use of AI in 2024 Elections", pakta ini mencakup perusahaan-perusahaan yang membuat dan mendistribusikan model AI.

Tak hanya itu, terdapat pula platform media sosial di mana besar kemungkinan deepfake marak bermunculan.

Selain Google, Meta, OpenAI, perusahaan seperti Adobe, Amazon, Anthropic, Arm, ElevenLabs, IBM, Inflection AI, LinkedIn, McAfee, Microsoft, Nota, Snap Inc., Stability AI, TikTok, Trend Micro, Truepic dan X (sebelumnya Twitter) juga ikut teken pakta ini.

Deepfake adalah teknologi mampu manipulasi video dan audio untuk meniru wajah dan suara seseorang, dan dikhawatirkan dapat digunakan untuk menyebarkan informasi palsu, dan merusak reputasi kandidat politik.

Mengutip Engadget, Sabtu (17/2/2024), berikut adalah isi dari pakta fokus pada beberapa langkah strategis menangani penyebaran deepfake saat Pemilu AS 2024.

  • Mengembangkan dan menerapkan teknologi untuk memitigasi risiko terkait konten AI Pemilu yang Menipu, termasuk alat sumber terbuka jika diperlukan.
  • Menilai model-model dalam cakupan perjanjian ini untuk memahami risiko yang mungkin ditimbulkan terkait Konten Pemilu AI yang Menipu.
  • Berusaha mendeteksi distribusi konten ini di platform mereka.
  • Berusaha untuk mengatasi dengan tepat konten yang terdeteksi di platform mereka.
  • Menumbuhkan ketahanan lintas industri terhadap konten pemilu AI yang menipu.
  • Memberikan transparansi kepada masyarakat mengenai cara perusahaan menyikapinya.
  • Terus terlibat dengan beragam organisasi masyarakat sipil global, akademisi.
  • Mendukung upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat, literasi media, dan ketahanan seluruh masyarakat.

Kesepakatan ini berlaku untuk audio, video, dan gambar yang dihasilkan beragam tool AI, baik itu buatan OpenAI, Google, atau perusahaan teknologi lainnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dampak Besar Deepfake di Pemilu AS 2024

Komitmen yang lahir pada bulan Juli itu bertujuan untuk memastikan kekuatan AI tidak digunakan untuk tujuan yang merusak. Google, OpenAI dan Microsoft telah menandatanganinya lebih dahulu pada bulan Juli. (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Kebijakan ini merujuk konten “dapat menipu, memalsukan, atau mengubah penampilan, suara, atau tindakan kandidat politik, petugas pemilu, dan pemangku kepentingan utama lainnya dalam pemilu demokratis."

Selain itu, kebijakan tersebut juga meliputi, "memberikan informasi palsu kepada pemilih tentang kapan, di mana, dan bagaimana mereka dapat memilih.”

20 perusahaan teknologi juga setuju, mereka akan bekerja sama untuk membuat dan berbagi alat untuk mendeteksi dan mengatasi distribusi deepfake secara online.

Selain itu, mereka berencana untuk mendorong kampanye pendidikan dan “memberikan transparansi” kepada pengguna.

Dampak Besar bagi Demokrasi

Deepfake telah menjadi ancaman serius bagi demokrasi karena dapat digunakan untuk memanipulasi opini publik dan merusak kepercayaan pada proses pemilu.

Dengan memerangi deepfake, perusahaan teknologi dapat membantu melindungi demokrasi dan memastikan bahwa pemilu berlangsung dengan adil dan transparan.

 

3 dari 3 halaman

Dukungan dari Berbagai Pihak

OpenAI. (Pexels)

Pakta ini disambut baik oleh berbagai pihak, termasuk pakar teknologi, politisi, dan organisasi masyarakat sipil.

“Kami berkomitmen untuk melindungi integritas pemilu dengan menegakkan kebijakan mencegah penyalahgunaan dan meningkatkan transparansi seputar konten yang dihasilkan AI,” tulis Anna Makanju, Wakil Presiden Urusan Global di OpenAI.

Dia juga mengatakan, “Kami berharap dapat bekerja sama dengan mitra industri, pemimpin masyarakat sipil, dan pemerintah di seluruh dunia untuk membantu menjaga pemilu dari penggunaan AI yang menipu.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini