Sukses

Pelaku Kejahatan Pakai Deepfake untuk Mencuri Rp 402 Miliar dari Perusahaan Multinasional

Pekerja keuangan di perusahaan multinasional itu ditipu untuk mengirimkan uang sebesar USD 25,6 juta atau sekitar Rp 402 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Penjahat siber semakin marak menggunakan teknologi deepfake untuk menipu korbannya, baik dari meniru identitas selebriti hingga mengelabui orang demi uang.

Salah satu kasus deepfake paling terkini terjadi di Hong Kong, di mana seorang pekerja di perusahaan multinational ditipu.

Mengutip Engadget, Rabu (8/2/2024), pekerja keuangan yang dirahasiakan itu ditipu untuk mengirimkan uang sebesar USD 25,6 juta atau sekitar Rp 402 miliar.

Menurut polisi Hong Kong, pelaku kejahatan siber ini menghubungi karyawan tersebut dengan menyamar sebagai kepala keuangan perusahaan berbasis di Inggris.

Disebutkan, korban sempat merasa curiga karena email tersebut meminta transaksi rahasia, di mana teknologi deepfake itu dipakai pelaku.

Karyawan itu diajak menghadiri video call dengan "CFO" dan anggota perusahaan lainnya yang dikenal.

Akan tetapi, pada kenyataannya setiap "orang" yang berinteraksi dengan korban adalah hasil teknologi deepfake.

Diyakini, video deepfake ini dibuat menggunakan klip video publik dari seseorang di dunia nyata.

Pelaku kejahatan siber meminta karyawan untuk memperkenalkan dirinya, dan kemudian menginstruksikan dia melakukan 15 transfer berjumlah USD 25,6 juta ke lima rekening bank lokal.

Untuk membuat korban lengah, pelaku kejahatan siber dengan sengaja menciptakan rasa urgensi untuk melakukan tugas tersebut, dan tiba-tiba memutus panggilan.

Selang seminggu berlalu, karyawan baru menindaklanjuti permintaan tersebut di perusahaan Hong Kong  dan menemukan kejanggalan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pelaku Sudah Dipantau Petugas

Hasil deepfake Luke Skywalker muda di serial The Mandalorian karya Youtuber Shamook (Tangkapan Layar Youtube Shamook)

Sejauh ini polisi Hong Kong telah menangkap enam orang terkait kasus penipuan ini, di mana tenyata mereka diketahui telah mencuri delapan kartu identitas.

Disebutkan, pelaku telah mengajukan 54 pendaftaran rekening bank dan 90 permohonan ke layanan pinjaman uman pada tahun 2023.

Selain itu, pelaku juga diketahui berhasil mengelabui software pengenalan wajah dalam setidaknya 20 kasus menggunakan deepfake.

Meluasnya penggunaan deepfake adalah salah satu kekhawatiran yang berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi AI.

 

3 dari 4 halaman

Deepfake Taylor Swift Beredar di Media Sosial

Taylor Swift di tahun 2023. (Jordan Strauss/Invision/AP)

Pada bulan Januari, Taylor Swift dan Presiden Joe Biden termasuk di antara mereka yang identitasnya dipalsukan dengan deepfake.

Dalam kasus Swift, yang terjadi adalah gambar pornografi dirinya yang tidak disetujui dan penipuan keuangan yang menargetkan calon pembeli Le Creuset.

Suara Presiden Biden terdengar dalam beberapa robocall kepada para konstituen di New Hampshire, yang mendesak mereka untuk tidak memberikan suara pada pemilihan pendahuluan di negara bagian mereka.

4 dari 4 halaman

Taylor Swift Akan Ambil Tindakan Hukum

Taylor Swift dalam Grammy Awards 2024. (Jordan Strauss/Invision/AP)

Foto-foto palsu ini segera menyebar di X, Facebook, Instagram, dan Reddit. X dan Reddit mulai menghapus unggahan tersebut pada Kamis pagi, 25 Januari 2024.

Seorang sumber yang dekat dengan Swift mengatakan pada Kamis, "Apakah tindakan hukum akan diambil atau tidak sedang diputuskan, tapi ada satu hal yang jelas: gambar-gambar palsu yang dihasilkan AI ini sangat kasar, menyinggung, eksploitatif, dan dilakukan tanpa persetujuan Taylor dan/atau pengetahuannya."

"Akun X yang mengunggahnya sudah tidak ada lagi. Sangat mengejutkan bahwa platform media sosial membiarkan mereka melakukan hal tersebut sejak awal," imbuhnya. "Gambar-gambar ini harus dihapus dari mana pun dan tidak boleh dipromosikan siapa pun."

"Keluarga dan teman-teman Taylor sangat marah, begitu pula para penggemarnya ... Pintunya harus ditutup. Perundang-undangan perlu disahkan untuk mencegah hal ini dan undang-undang harus diberlakukan," tegasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini