Sukses

Ketahuan, Meta Ogah Hapus Akun Instagram Palsu Meski Berpotensi Penipuan

Meta dinilai gagal menangani akun Instagram palsu meskipun ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa suatu profil telah menyalahgunakan foto dan identitas orang lain.

Liputan6.com, Jakarta Segala bentuk penipuan seperti romance scammer yang menyalahgunakan media sosial untuk menipu orang bukanlah hal baru.

Masalahnya bahkan makin buruk di Instagram (IG) selama setahun terakhir. Namun perusahaan induknya, Meta, gagal memberantas akun palsu secara efektif meskipun ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa suatu profil telah menyalahgunakan foto dan identitas orang lain.

Dalam penyelidikan BleepingComputer, dikutip Selasa (23/1/2024), banyak kasus di mana pelaporan akun palsu yang menyamar sebagai influencer atau tokoh masyarakat yang disimpulkan dalam laporan tersebut ditutup setelah diproses, setidaknya sebagian, melalui apa yang tampaknya merupakan sistem pengambilan keputusan otomatis.

Namun, BleepingComputer terkejut setelah mengetahui akun palsu itu mengajukan banding, hasilnya mereka tetap eksis sehingga profil Instagram palsu tersebut masih belum dihapus dari platform.

Instagram Jadi Surga Bagi Penipu

Peneliti keamanan sekaligus reporter teknologi BleepingComputer, Ax Sharma, kemudian menemukan sebuah cerita yang menampilkan video selfie saat menelusuri feed Instagram.

"Sebuah percakapan pun terjadi. Pria bernama Santiago Scott (@91.santiagoscott), yang ada di daftar pengikut saya, memberi tahu saya bahwa dia berasal dari Brasil dan tinggal di Spanyol," kata Ax Sharma.

Setelah melakukan pencarian gambar melalui Google Lens, dengan cepat Sharma diarahkan ke akun Twitter Thiago Qualhato, pemilik profil Instagram asli dengan hampir 18.000 pengikut yang disalahgunakan oleh Santiago Scott (akun Instagram palsu).

Ternyata, Thiago, pria sebenarnya di balik foto-foto tersebut, berbasis di Brasil, berkomunikasi terutama dalam bahasa Portugis--bukan bahasa Inggris dan menurut profil Instagram-nya, ia bergabung dengan platform tersebut pada tahun 2013.

Bandingkan dengan akun Santiago Scott yang dibuat pada tahun 2022, dengan nama pengguna yang telah diubah setidaknya tujuh kali.

Selain itu, setiap foto atau reel di profil Santiago Scott telah diposting hanya beberapa hari usai postingan asli Thiago. Ini adalah tanda kuat adanya penyalahgunaan foto dan identitas orang lain di IG.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Tindakan Instagram Tak Berguna

Untuk diketahui, seseorang dapat membuat dua profil karena berbagai alasan, seperti untuk mengisolasi kehadiran media sosial pribadinya dari profil profesional.

Untuk lebih yakinnya, Sharma memberikan pesan kepada Thiago. Dia kemudian membalas, "Mohon bantuannya. Tolong laporkan. Dia (Santiago Scott) telah memblokir saya.”

"Tanpa membuang waktu, saya langsung melaporkan @91.santiagoscott ke Instagram, dengan tepat menunjukkan bahwa akun tersebut meniru @thiago_qualhato dalam formulir pelaporan. Beberapa menit kemudian, saya memantaunya kembali," Sharma menceritakan.

Sayangnya, Instagram memutuskan untuk tidak menghapus akun palsu tersebut setelah dilakukan peninjauan yang tampaknya sebagian dilakukan oleh teknologi kecerdasan buatan (AI), mengingat waktu penyelesaian permintaan yang relatif cepat.

"Kami menggunakan kombinasi teknologi dan peninjau manusia untuk memproses laporan dan mengidentifikasi konten yang melanggar Pedoman Komunitas kami. Dalam hal ini, kami tidak menghapus konten yang Anda laporkan," demikian bunyi tanggapan dari Instagram.

Bahkan setelah mengajukan banding atas keputusan tersebut dan meminta peninjauan selanjutnya (kemungkinan dari manusia), keputusan tersebut tetap tak berubah.

BleepingComputer kemudian menghubungi tim komunikasi Meta, namun tidak ada tanggapan.

 

3 dari 5 halaman

Kritik Pengguna Instagram

Kejadian seperti ini terlalu umum terjadi di Instagram. Para penipu tampaknya secara khusus menargetkan profil autentik dari tokoh masyarakat yang diinginkan, seperti personel militer berseragam (tentara dan polisi), influencer, dan pembuat konten dewasa.

Para penipu itu kemudian mulai "mengikuti" pengikut akun asli, dengan harapan dapat diikuti kembali dan menjadikan diri mereka dapat dipercaya di platform, sekaligus memblokir profil asli yang fotonya mereka salahkan.

Cara ini bisa memutus kemungkinan kontak dan dilihat oleh pengguna asli.

Tahun lalu, penulis yang berbasis di Inggris, Jendella Benson, menggunakan X (sebelumnya Twitter), menyuarakan kekesalannya atas keengganan Instagram untuk menghapus penipu yang menyalahgunakan fotonya.

“Instagram tidak akan menghapus akun palsu yang menggunakan gambar saya,” kata Benson.

"Entah mereka mencoba memaksa saya untuk membeli tanda centang biru dengan harapan akan memberikan perlindungan lebih atau mereka tidak bertindak terhadap spam atau akun palsu. Mungkin keduanya," ia menambahkan.

4 dari 5 halaman

Akun Instagram Lebih Terlidungi Jika Langganan Meta Verified?

Pada awal 2023, tak lama setelah X memperkenalkan program verifikasi berbayar, menjual centang biru dengan biaya bulanan, Meta mengikutinya dengan layanan 'Meta Verified' seharga $11,99 dan $14,99.

Biaya bulanan memungkinkan pembuat konten dan bisnis memverifikasi akun Facebook dan Instagram mereka untuk menampilkan tanda centang biru di profil.

Layanan ini juga mengklaim memberikan "perlindungan akun proaktif" terhadap peniruan identitas.

Hal ini masih menimbulkan pertanyaan, apakah keengganan pengguna untuk berlangganan layanan berbayar dirasa tak berguna, mengingat tetap saja akan menjadi korban peniruan identitas?

"Menjengkelkan ketika Instagram tidak menghapus akun palsu yang menyalahgunakan foto milikku," tulis pengguna lain di X.

5 dari 5 halaman

Infografis Journal_Fakta Tren Istilah Healing Bagi Pengguna Media Sosial (Liputan6.com/Abdillah)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini