Sukses

Pembangunan Infrastruktur Internet Harus Dibarengi Literasi Digital

Selain membangun infrastruktur TIK, meningkatkan literasi digital agar layanan internet dapat berguna untuk produktivitas masyarakat juga dibutuhkan.

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti internet, juga harus dibarengi oleh literasi digital di masyarakat, agar layanan ini bisa digunakan untuk hal yang produktif.

Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Fadhilah Mathar, mengatakan, di daerah-daerah yang masyarakatnya baru mendapatkan akses internet, literasi digital malah sudah harus dilakukan terlebih dulu.

"Kami mengharapkan saat infrastruktur digital dibangun, terutama di daerah-daerah yang menjadi first mover, orang-orangnya pertama kali mendapatkan internet, memang seharusnya literasi digitalnya duluan," kata Fadhilah.

Dalam konferensi pers di kantor BAKTI Kominfo, Jakarta, Jumat (15/12/2023), Fadhilah mengatakan di beberapa daerah yang literasi digitalnya kurang, akses internet yang mereka bangun malah mengarah ke hal-hal yang tidak produktif.

"Di beberapa daerah kami menemukan ketika kita tidak membekali dengan pengetahuan tentang literasi digital, yang terjadi akses internet yang dibangun oleh BAKTI tidak mengarah ke produktivitas yang seperti kita harapkan."

Fadhilah pun menegaskan, dibutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak seperti media dan akademisi, untuk mendukung literasi digital di daerah-daerah.

Senada dengan Fadhilah, Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, juga menegaskan pentingnya membangun sumber daya manusia di samping membangun infrastruktur TIK.

"Jangan sampai infrastrukturnya digunakan untuk hoaks, ujaran kebencian, itu yang tidak kita harapkan," kata Heru dalam kesempatan yang sama. Selain itu menurutnya, media lokal juga punya peran dalam literasi digital di daerah.

"Tinggal bagaimana media-media tersebut juga memberdayakan masyarakat, sehingga tidak sia-sia sudah bangun ini. Pembiayaannya kan juga tidak murah, kalau misalnya tidak dimanfaatkan untuk kebaikan masyarakat sayang sekali," ujar Heru.

Sementara menurut Wenslaus Manggut mewakili Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), dibutuhkan "trainer" untuk literasi digital di level lokal, apabila ingin menjadikan internet sebagai sebuah alat yang mendorong ekonomi.

"Harusnya memang kita punya trainer di level lokal, yang secara terus-terusan melakukan literasi publik di level daerah, bagaimana memakai internet untuk produktif," kata Wens pada acara tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BAKTI Sebut 2023 Bukan Tahun yang Mudah

Dalam acara yang sama, Fadhilah juga mengakui bahwa 2023 bukan merupakan tahun yang mudah buat BAKTI.

Seperti diketahui, awal tahun ini, BAKTI tersandung kasus korupsi pengadaan Base Transceiver Station (BTS) 4G di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar), yang membuat mantan Dirut Anang Latief dan Menkominfo Johnny G. Plate jadi tersangka.

"Ombaknya sangat besar, memang bukan tahun yang mudah buat kami di direksi, di manajemen, untuk menyelesaikan target-target di tahun 2023," kata Fadhilah.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa tahun ini dirinya juga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, khususnya saat ia menjadi pimpinan BAKTI, termasuk dari media dan industri.

"Walaupun memang ada tetap kritik, itu menurut saya menjadi bagian dari dinamika pembangunan. Saya tahu, kita semua mengharapkan penggunaan uang negara menjadi efisien," katanya.

"Jadi beberapa kritik, beberapa solusi yang menurut teman-teman di industri, ini harusnya lebih baik dibanding yang satu, itu juga tetap kami perhatikan."

 

3 dari 3 halaman

Media Berperan Jadi Pengawas

Lebih lanjut, di 2024, Fadhilah berharap agar lokasi-lokasi BTS yang sempat bermasalah dengan hukum, juga dapat dilanjutkan lagi pembangunannya dan dapat memberikan manfaat dengan masyarakat.

"Karena memang berbeda dengan penyediaan akses internet, untuk lokasi BTS ini benar-benar dibangun di wilayah yang sangat tertinggal, terluar, terpencil, perbatasan, dan terdepan," kata Fadhilah.

"Jadi memang desa-desa yang selama ini mungkin di antara mereka ratusan penduduknya adalah orang-orang yang menerima layanan seluler atau internet."

Fadhilah menambahkan, BAKTI juga mengapresiasi dukungan maupun kritik yang diberikan oleh media terhadap kinerja mereka. Ia berharap agar ke depannya, kerja sama antara BAKTI Kominfo dan media dapat terus diperkuat.

"Peran media sebagai pengawas dan juga sebagai lembaga yang memberikan langkah-langkah antisipatif kepada BAKTI Kominfo itu sangat membantu kami untuk meluruskan niat awal BAKTI," kata Fadhilah.

"Bahwa kita memang menuju suatu kondisi di mana digital divide ini akan kita selesaikan melalui pembangunan infrastruktur TIK."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.