Sukses

CEO Twitter 'Tampar' Bos Facebook Terkait Kebebasan Berpendapat

Dalam ajang Twitter News Summit, CEO Twitter Jack Dorsey mengkritik pesaing beratnya yaitu CEO Facebook Mark Zuckerberg.

Liputan6.com, Jakarta - Twitter News Summit baru saja digelar. Dalam acara tersebut, CEO Twitter Jack Dorsey 'menampar' pesaing beratnya yaitu CEO Facebook Mark Zuckerberg lewat kritik.

Mengutip wawancara dengan pemimpin redaksi BuzzfeedNews, Ben Smith, yang dicuitkan secara langsung oleh jurnalis Sarah Frier, Dorsey mengkritik Zuck atas komentarnya soal kebebasan berpendapat.

"Kami banyak berbicara tentang ekspresi dan pendapat, namun kami tidak berbicara soal jangkauan, dan kami tak berbicara soal pengembangannya. Jangkauan dan pengembangan tidak direpresentasikan di komentarnya (Zuckerberg)," ujar Dorsey sebagaimana dilansir Business Insider dari Merdeka.com, Minggu (27/10/2019).

Hal ini mengacu pada komentar Zuck untuk tidak menyensor iklan politik dan menggambarkan Facebook sebagai tempat yang menawarkan kebebasan berpendapat dan juga platform untuk membangun lingkungan yang makin terbuka.

Hal ini ia contohkan dengan salah satu motivasi didirikannya Facebook adalah sebagai reaksi perang Irak, di mana ia menyebut bahwa jika lebih banyak orang memiliki 'suara' atau pendapat untuk berbagi pengalaman, mungkin sesuatu yang berbeda akan terjadi. Itulah mengapa Facebook ada.

Dorsey tak setuju akan hal ini. Ia menyebut bahwa dalam komentarnya, Zuckerberg banyak menyatakan sesuatu yang menyimpang dari sejarah. Hal ini Dorsey sebut sebagai hal yang menghilangkan keaslian dan kemurnian motivasi dari apa yang para pendiri jejaring sosial ingin lakukan dari awal.

Dorsey tentu mengecam keputusan Facebook untuk membuat platform media sosial jadi tempat yang teralalu 'powerful' untuk berkampanye, mengingat basis pengguna dan kemudahan persebaran berita palsu yang sungguh besar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Khawatir Tentang Erosi Kebenaran

Kebebasan berpendapat sendiri menjadi salah satu hal yang tengah menjadi sorotan sejak penggunaan media sosial untuk berbagai keperluan kian masif.

Terkini, CEO Facebook Mark Zuckerberg, menegaskan soal kebebasan berpendapat di jejaring sosial itu.

Dalam sebuah wawancara dengan The Washington Post yang Tekno Liputan6.com kutip pada Sabtu (19/10/2019), Zuckerberg mengatakan bahwa di satu sisi, dia mengaku khawatir "tentang erosi kebenaran", yang mungkin ditimbulkan oleh kebebasan berpendapat.

Namun di sisi lain, dia mengatakan, "Saya tidak berpikir orang ingin hidup di dunia di mana Anda hanya bisa mengatakan hal-hal yang diputuskan perusahaan teknologi adalah seratus persen benar. Dan saya pikir ketegangan itu adalah sesuatu yang harus kita jalani."

Terkait isu ini, Facebook beberapa waktu lalu dikritik lantaran iklan politik yang dinilai menyesatkan.

Partai Demokrat telah memberi perhatian khusus atas sikap Facebook yang mengizinkan iklan kampanye Donald Trump untuk Pemilihan Presiden 2020 yang di dalamnya dinilai memuat misinformasi. 

Bahkan gara-gara hal ini, secara satiris Senator Elizabeth Warren mengatakan bahwa Zuckerberg mendukung Trump untuk dipilih kembali.

3 dari 3 halaman

Dorsey Juga Kerap Dikritik

Terkait penggunaan jejaring sosial, terutama di ranah politik, CEO Twitter juga sering tersandung masalah. Terakhir adalah soal pemblokiran akun presiden AS Donald Trump.

Hal ini dilakukan oleh salah satu senator yang juga calon Presiden AS dari Partai Demokrat, yakni Kamala Harris. Sang senator mengirim surat ke sang CEO.

Harris mengutip deretan kebijakan Twitter soal pelecehan, ancaman, dan hasutan yang mengarah pada kekerasan, yang kesemuanya dilanggar oleh Trump dalam cuitannya.

Harris juga menyebut, Trump melakukan "ancaman terang-terangan" di dalam cuitannya.

Menanggapi hal tersebut, juru bicara Twitter menyebut bahwa mereka telah menerima surat dari Harris dan berencana menanggapi Harris.

Jika melihat rekam jejak masa lalu, Twitter tak pernah mengambil tindakan soal politisi yang melanggar kebijakan Twitter.

Meski demikian, Twitter akhirnya mengungkap kebijakan barunya di posting blog resminya. Ini adalah kebijakan moderasi khusus untuk para pemimpin dunia dalam memanfaatkan platform berlogo burung tersebut.

Twitter menyebut bahwa mereka ingin menjelaskan secara lebih baik mengapa mereka membuat keputusan untuk meregulasi hal ini, mengingat banyak sekali posting kontroversial dari deretan tokoh politik dunia lewat Twitter.

Reporter: Indra Cahya

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.