Sukses

Duh, Ada 17.000 Aplikasi Android yang Diam-Diam Kumpulkan Data Penggunanya

Institut Ilmu Komputer Internasional Amerika Serikat (AS) mengungkap sebanyak 17.000 aplikasi Android telah mengumpulkan informasi dan aktivitas penggunanya.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak aplikasi di smartphone telah membantu berbagai aktivitas penggunanya. Namun, tak sedikit pula aplikasi yang diam-diam menggali dan mengumpulkan informasi pemiliknya.

Dilaporkan CNET, Institut Ilmu Komputer Internasional Amerika Serikat (AS) mengungkap sebanyak 17.000 aplikasi Android telah mengumpulkan informasi  dan aktivitas penggunanya. 

Upaya menggali data pengguna diketahui dengan cara menghubungkan ID iklan, kode unik yang dapat diatur ulang untuk menyesuaikan iklan.

ID iklan itu nantinya akan terhubung ke perangkat, alamat MAC, IMEI dan Android ID.

Kepala penelitian Serge Egelman menyebut, karena sistem dari aplikasi ini, privasi yang dimiliki pengguna telah menghilang. Dia mengatakan, timnya akan melaporkan temuannya ke Google pada September 2019.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kebijakan dari Google

Kebijakan perusahaan yang dibuat Google memungkinkan pengembang untuk mengumpulkan identifikasi pengguna, tetapi melarang pengembang menghubungkan data identifikasi ke ID iklan dengan ID ponsel tanpa persetujuan eksplisit dari pengguna.

Dalam sejarahnya, perilaku semacam ini ada muncul di sejarah panjang industri teknologi. Adobe, misalnya, terpaksa menangani cookie Flash pada 2011 setelah keluhan 'residu' perangkat lunak yang dapat bertahan di laman perambah, meski telah dilakukan penghapusan.

Keluhan serupa juga muncul pada 2014 atas penggunaan "supercookies" Verizon dan AT&T. Sistem itu melacak pengguna di berbagai perangkat dan tidak dapat dihapus.

Tim Egelman, yang sebelumnya menemukan sekitar 6.000 aplikasi anak-anak yang mengumpulkan data secara tidak benar. 

Aplikasi yang Egelman temukan yaitu, Angry Birds Classic, gim gawai populer, serta buku audio oleh Audible dan Flipboard.

Clean Master, Battery Doctor dan Keyboard Cheetah, semua utilitas yang dikembangkan oleh Cheetah Mobile, juga ditemukan mengirim info permanen ke jaringan iklan.

Semua aplikasi ini telah diinstal pada setidaknya 100 juta perangkat. Clean Master, aplikasi berisi antivirus dan layanan pengoptimalan smartphone, telah diinstal di 1 miliar perangkat.

3 dari 3 halaman

Tanggapan Google

Google mengatakan telah menyelidiki laporan Egelman dan akan mengambil tindakan pada beberapa aplikasi. Dia menolak berapa banyak aplikasi yang akan ditindaklanjuti atau tindakan apa yang diambil.

Google juga mengatakan, dapat memberlakukan kebijakannya hanya ketika aplikasi Android mengirim pengidentifikasi ke jaringan iklan Google sendiri, seperti AdMob.

Jika aplikasi mengirim data ke jaringan luar, Google mengatakan itu tidak dapat memonitor mereka untuk pelanggaran.

"Kami menangani masalah ini dengan sangat serius," kata juru bicara Google dalam sebuah pernyataan.  

"Menggabungkan ID iklan dengan pengidentifikasi perangkat untuk tujuan personalisasi iklan dilarang keras. Kami terus-menerus meninjau aplikasi--termasuk yang tercantum dalam laporan peneliti, dan akan mengambil tindakan ketika mereka tidak mematuhi kebijakan kami," tambahnya.

Pada Januari 2019, Facebook dan Google telah menggunakan alat pengembang untuk menghindari aturan privasi Apple dan membangun aplikasi iOS yang mengumpulkan informasi pengguna.

Skandal Cambridge Analytica di Facebook pada 2018 dan kontroversi privasi lainnya, telah memicu pengawasan yang lebih besar tentang bagaimana data dikumpulkan dan digunakan.

Reporter: Maulana Kautsar

Sumber: Dream.co.id

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.