Sukses

Gelombang Panas Semakin Sering Terjadi, Apa yang Harus Kita Perbuat?

Di masa depan suhu ekstrem akan makin sering terjadi. Konsekuensi bagi kesehatan sudah terlihat sekarang.

Jakarta - Eropa kini dilanda gelombang suhu tinggi, dan kemungkinan tidak akan mengalami penurunan dalam waktu dekat.

Bahkan sebaliknya. Lebih banyak udara panas akan datang dari Afrika dalam waktu dekat, bahkan dengan membawa debu dari padang pasir.

Negara-negara Eropa di bagian Barat Daya terutama yang terkena dampaknya. Pemerintah di Portugal mengeluarkan peringatan di seluruh negeri, termasuk bahaya debu dari Sahara.

Di Spanyol, peringatan diberikan bagi 40 dari 50 provinsi Spanyol. Suhu di kota Beja di Portugal bahkan juga diperkirakan mencapai 47 derajat Celcius.

Bagi manusia, salah satu dampak suhu tinggi adalah kemampuan berpikir yang melambat sekitar 13 persen, demikian studi yang dilakukan Harvard Chan School of Public Health bulan Juli lalu.

Tapi bukan itu saja masalah yang ditimbulkan suhu tinggi. Suhu tinggi meningkatkan polutan di udara, karena suhu tinggi juga mempercepat reaksi kimia. Ini menyebabkan tingginya risiko serangan jantung dan penyakit pernapasan.

Selain itu, suhu tinggi mengganggu tidur yang tenang. Itu berarti tubuh tidak bisa memulihkan diri dari panas yang diderita sepanjang hari.

"Gelombang panas berakibat lebih fatal di Eropa dalam beberapa dekade terakhir, lebih tinggi daripada peristiwa cuaca lainnya," demikian dikatakan Vladimir Kendrovski, pejabat WHO yang mengurus dampak perubahan iklim di Eropa, seperti dilansir DW, Selasa (14/8/2018).

Kelompok-kelompok masyarakat yang lemah seperti anak kecil dan orang berusia lanjut juga menderita paling parah. Banyak korban tinggal di kawasan yang populasinya padat di kawasan perkotaan, dan di mana pergantian udara jarang terjadi.

Lantas, dengan fakta bahwa gelombang panas semakin sering terjadi, apa yang harus kita lakukan? Apakah berdiam diri merupakan cara terbaik? Tentu tidak. 

Untuk menghadapi suhu tinggi orang sebaiknya tidak berada di bawah pancaran matahari terlalu lama. Juga mengenakan baju yang ringan dan longgar, juga minum air cukup.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Yang Harus Dilakukan

Untuk menghadapi suhu tinggi, orang sebaiknya tidak berada di bawah pancaran matahari terlalu lama. Sebaiknya, kenakan baju yang ringan dan longgar, juga minum air yang cukup.

Pusing dan sakit kepala adalah reaksi normal atas suhu tinggi. Tetapi muntah-muntah, bernapas cepat dan denyut jantung yang tinggi, bisa jadi tanda serangan jantung.

Di masa depan, jumlah gangguan kesehatan fatal akan meningkat sebagai akibat gelombang panas, jika orang tidak mampu beradaptasi dengan suhu yang meningkat.

Peneliti dari universitas di Australia, Monash University, mengembangkan sebuah model untuk memperkirakan jumlah kematian yang berkaitan dengan gelombang panas di abad ke-20 untuk periode dari 2031 hingga 2080.

Di bawah skenario ekstrem, jumlah kematian akibat gelombang panas di kota Brisbane, Sydney dan Melbourne naik sekitar 471 persen dibanding dengan periode antara 1971 dan 2010.

Di lain pihak ada juga kabar baik. Spanyol berhasil beradaptasi dengan suhu yang tambah tinggi.

Walaupun suhu naik lebih dari 1 derajat Celcius sejak 1980, jumlah kematian akibat suhu tinggi menurun sejak itu. Demikian hasil studi Barcelona Institute for Global Health Found.

"Perbaikan dalam pendirian perumahan, penggunaan pendingin ruangan, membaiknya layanan kesehatan dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran jadi faktor bagi tren yang kita lihat sekarang," kata penulis senior Joan Ballester. "Tapi kita belum tahu apakah akan terus demikian, jika perubahan iklim menjadi jauh lebih intensif di masa depan," pungkas Kendrovski.

Reporter: DW Indonesia

Sumber: DW.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.