Informasi Klub
- NamaComo 1907
- JulukanI Lariani
- Tanggal Berdiri1907
- KandangGiuseppe Sinigaglia (13.602)
- PemilikDjarum Group
- ManajerGiacomo Gattuso
- LigaSerie B
- Manufaktur SeragamLegea
- Sponsor SeragamMola
- Pemain BintangAlessandro Gabrielloni, Ismail H'Maidat, Filippo Scaglia
Musim 2020-2021
- Peringkat Liga1 (38 main, 23 menang, 6 seri, 9 kalah. 75 poin)
- PelatihGiacomo Gattuso
- JuaraComo 1907
Prestasi
- Juara Serie B3 kali; 1948-49; 1979-80; 2001-02
- Juara Serie C4 kali; 1930-31; 1967-68; 1978-79; 2020-21
- Juara Serie D2 kali; 2007-08; 2018-19
- Juara Coppa Italia Serie C1 kali; 1996-97
- Juara Coppa Italia Serie B1 kali; 2007-08
Como 1907 merupakan klub sepak bola profesional asal Italia. Bermarkas di Kota Como, Lombardia, klub ini masih kokoh berdiri hingga lebih dari satu abad lamanya. Terhitung, hingga tahun 2022, Como telah berumur 115 tahun.
Meski bukan klub kemarin sore, Como bukanlah klub yang kaya akan prestasi di kasta tertingi sepak bola Italia. Como bisa dibilang ‘hanya’ pernah mentas di Serie A tanpa pernah merasakan gelar juara atau setidaknya bersaing di papan atas klasemen liga.
Maklum, Como adalah klub kecil yang tidak memiliki banyak investor layaknya klub-klub legendaris asal Italia seperti Juventus, AC Milan, AS Roma, bahkan Inter Milan. Apalagi performa Como yang lebih banyak menghabiskan waktu di kasta kedua dan kasta ketiga Liga Italia, hal ini tentunya membuat Como tidak dilirik para investor kelas kakap di daratan Eropa.
Disisi lain, perjalanan Como dalam mengarungi kompetisi profesional dimulai pada tahun 1929. Waktu itu, Como mengawali petualangannya di Serie C. Bahkan, tak butuh waktu lama bagi Como untuk promosi, tercatat pada tahun 1931 tim ini berhasil melesat ke Serie B usai mengunci gelar juara musim itu.
Bermain di kasta kedua Liga Italia membuat Como harus menambah banyak amunisi untuk mengarungi satu musim yang sengit. Walau tak sempurna, Como setidaknya mencoba bertahan agar tidak terdegradasi dengan cepat.
Namun, usai empat musim berlaga di Serie B, Como harus menelan pil pahit bahwa klub ini harus berlaga kembali di Serie C. Bahkan, keterpurukan ini terus berlanjut, Como tercatat turun kasta ke Serie D berkat beberapa masalah internal yang dihadapi.
Untungnya, penurunan yang begitu signifikan ini membuat manajemen sadar bahwa ada sesuatu yang harus dibenahi. Akhirnya dengan segala daya upaya mengembalikan kejayaan Como, tim ini sukses naik kasta kembali ke Serie C pada musim 1938.
Tak berhenti sampai di sana, Como juga melanjutkan tren positifnya dan berhasil naik kelas usai delapan musim berjibaku di Serie C. Promosi kedua Como ke kasta kedua Liga Italia membuat tim ini lebih mempersiapkan diri agar tidak mudah terdepak.
Hal ini dibuktikan Como dengan tampil lebih garang sejak laga pertama di musim 1946. Tim ini bahkan menunjukan grafik peningkatan setiap tahunnya kala mengarungi Serie B. Sehingga, tak butuh waktu lama bagi Como untuk mencicipi ajang Serie A untuk pertama kalinya.
Benar saja, tiga musim berselang, Como sukses promosi ke kasta tertinggi kompetisi sepak bola di Italia. Como berhak berlaga di Serie A usai menduduki peringkat teratas pada klasemen akhir Serie B 1949.
Mengarungi musim perdananya di Serie A dengan percaya diri, Como berhasil menunjukan kemampuan terbaiknya sebagai tim yang memegang predikat juara Serie B. Saat itu, tim ini juga sukses bersaing di papan atas klasemen Serie A 1950 dan finis di peringkat keenam klasemen akhir.
Jatuh Bangun Como 1907
Walau berhasil tampil impresif pada musim perdananya di ajang Serie A, tetapi Como gagal mempertahankan ritme kemenangan yang telah dibangun. Como berangsur-angsur mengalami kemunduran ketika berlaga di Serie A.
Puncaknya terjadi pasa musim 1953. Como yang tampil kurang menggigit dan kalah bersaing dengan tim lainnnya di Serie A, akhirnya harus menerima kenyataan pahit bahwa tim ini harus kembali turun kasta ke Serie B usai tak mampu bangkit dari papan bawah klasemen akhir.
Bisa dibilang, sejak klub ini berdiri pada tahun 1907, Como selalu tampil inkonsisten dan kerap naik-turun kasta kompetisi usai beberapa musim menetap. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya Como berlaga kembali di Serie A pada musim 1974/1975, 1979/1980, 1983/1984, dan 2001/2002.
Namun, keberhasilan Como menembus kompetisi terbaik di Italia ini biasanya tidak diimbangi dengan sumber daya yang mumpuni. Sehingga, Como tidak mampu mempertahankan posisinya di kasta tertinggi Liga Italia dan selalu terdegradasi pasca beberapa musim berlaga.
Walaupun, mayoritasnya hanya turun hingga Serie C, tetapi Como juga merasakan keterpurukan kembali pada musim 2004/2005 dan 2016/2017. Dimana pada kedua musim tersebut, tim ini harus menerima kenyataan pahit untuk berlaga di Serie D.
Kebangkitan Como dan Datangnya Investor Asal Indonesia
Pada 2015, Como mulai mengalami permasalahan keuangan. Pemilik klub yang diketahui berasal dari Amerika Serikat angkat kaki tanpa adanya alasan. Disisi lain, banyak tunggakan serta tagihan yang dimiliki klub ini dan membuat Como semakin terpuruk.
Hal ini juga yang menjadi salah satu faktor utama Como harus kembali turun kasta ke Serie D akibat tidak memiliki keuangan yang stabil. Berlaga di Serie D pada tahun 2016 membuat Como bagaikan diujung kematian, banyaknya hutang serta para pemain yang tak profesional membuat tim ini semakin hilang arah.
Untungnya, pada tahun 2017, ada eks pemain Persib Bandung, Michael Essien, yang membeli klub ini. Melalui sang istri, Akousa Puni Essien, mantan pemain Timnas Ghana ini mencoba menyelamatkan Como beserta sejarahnya.
Namun, sama seperti investor sebelumnya, tampanya Puni Essien tak serius membenahi Como. Alhasil, Como tidak mampu beranjak ke Serie C akibat minimnya finansial yang saat itu turut menjadi salah satu persyaratan untuk melakukan promosi.
Tapi, pada tahun 2019, tim ini sukses kembali berlaga ke Serie C berkat bantuan para suporter dan masyarakat Kota Como yang begitu mencintai klub ini. Mereka menarik beberapa investor guna membiayai Como berlaga di Serie D hingga berhasil promosi kembali ke Serie C.
Selain itu, berkat promosinya ke Serie C, Como juga menjadi klub yang dilirik salah satu orang terkaya Indonesia, yakni Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Kakak beradik yang masuk ke dalam 100 orang terkaya di dunia versi Forbes ini akhirnya memutuskan untuk menjadi investor anyar dan mengakhiri kepedihan Como sebagai salah satu klub yang memiliki sejuta cerita.
Melalui perusahaan SENT Entertainment yang berdomisili di London, Inggris, Bambang dan Budi Hartono mengakuisisi Como dengan harga yang relatif murah bila dibandingkan dengan pasar yang ada di Liga Indoensia. Diketahui, mereka membeli mayoritas saham Como senilai Rp 5 miliar.
Akuisisi ini menjadikan Bambang dan Robert Hartono sebagai orang kedua yang berhasil membeli saham mayoritas klub sepak bola di Italia setelah Erick Thohir membeli saham klub Serie A Italia, Inter Milan. Berdasarkan laporan Il Sole 24 Ore, Erick Thohir membeli 70 persen kepemilikan klub Inter seharga 250 juta euro pada 2013.
Banyak Pekerjaan Rumah
Usai diakuisisi, beberapa perwakilan Bambang dan Robert Hartono mengaku banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di klub ini. Como memiliki stadion yang kurang terawat, fasilitas yang kurang memadai, hingga hutang klub yang cukup tinggi.
Sehingga, memang perlu banyak pembaharuan yang dilakukan guna mempercantik Como layaknya tim profesional. Seperti yang diungkap perwakilan Mola TV (anak perusahaan Djarum), Mirwan Suwarso yang mengatakan, perencanaan jangka panjang tengah diusung pihaknya demi membangkitkan Como, termasuk menunjuk Dennis Wise menjadi Direktur Teknik klub itu.
"Jadi yang dilakukan Dennis Wise adalah mengeluarkan pemain mahal yang sudah tidak produktif dan memberikan kesempatan pemain muda dan mendatangkan pemain pinjaman, kami ambil dari QPR, Watford, Napoli, Atalanta," beber Mirwan Suwarso dalam keterangan resmi serial dokumenter MolaTV berjudul Como 1907 The True Story di Jakarta.
"Itu yang kami lakukan supaya tidak jor-joran membuang uang, jadi kami buat Como bisnis yang masuk akal lah," tambahnya.
Melebihi Target
Langkah Grup Djarum untuk mengembalikan Como sebagai klub terpandang di Italia berjalan lebih cepat. Pasalnya, Como berhasil meraih tiket promosi ke Serie B di tahun kedua setelah diakuisisi oleh Grup Djarum. Pada kompetisi Serie C musim 2020/2021, Como sukses menempati posisi pertama dengan 75 poin sehingga berhak mengikuti kompetisi Serie B musim 2021/2022.
Padahal, Grup Djarum memiliki target dalam kurun waktu 3 tahun agar Como mampu promosi ke Serie B. Tapi, untungnya, hanya dalam waktu dua tahun, Como berhasil mencapai target lebih cepat dibanding apa yang direncanakan.
Dibalik kesuksesan ini, Mirwan Suwarso mengungkap ada strategi khussu yang diterapkan. Salah satunya perubahan besar di internal tim dan perubahan besar-besaran yang dilakukan sejak tahun kedua akuisisi.
"Di bawah kendali Dennis Wise yang menjabat Direktur Teknik, Como membuat kebijakan melepas pemain mahal yang sudah tidak produktif dan mendatangkan pemain muda potensial dari klub lain dengan status pinjaman," kata Mirwan.
Para pemain-pemain yang direkrut Como juga harus memiliki intelegensi level yang di atas rata-rata. Bahkan Dennis mengutamakan pemain yang memiliki pendidikan S1 dan S2. "Di Como itu, kita mungkin salah satu klub Italia yang punya 3 pemain lulusan S2. Itu sesuatu yang langka. Salah satunya Alessandro Gabrielloni," kata Mirwan.
Adapun rencana dan persiapan Como untuk mengarungi kompetisi Serie B musim 2021/2022, Mirwan mengatakan sepenuhnya sedang ditangani oleh Dennis Wise. Ia pun berharap jika suatu saat nanti Como bisa tampil lebih baik lagi, bahkan bisa menembus kasta sepak bola tertinggi di Italia, yakni Serie A.
"Seperti sebelumnya, dari Serie C ke B kita punya target 3 tahun. Kita juga punya target 3 tahun dari Serie B untuk bisa naik ke Serie A. Bagaimana rencana dan persiapan, semuanya diserahkan kepada Dennis Wise. Apakah tahun 1 pembangunan tim, tahun 2 pematangan, dan baru tahun 3 benar-benar all out. Semua strategi ditentukan oleh Dennis," ujarnya.
Pelatih Indonesia Berkesempatan Menimba Ilmu di Como 1907
Pelatih sekaligus eks penyerang Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto berkesempatan menjadi pelatih pertama yang menimba ilmu bersama Como. Si Kurus, sapaan akrabnya, mendapat tawaran sebagai pelatih Como.
Dalam wawancara dengan Akurasi TV, Kurniawan bercerita tidak segera menerima tawaran dari Como. Sebab saat kesempatan pertama datang, dia masih menangani klub Malaysia, Sabah FA.
"Enggak kebayang (jadi asisten pelatih Como), enggak punya mimpi juga. Tahun lalu saat mereka promosi ke Serie B, saya dihubungi Pak Mirwan (Suwarso, Como)," ujar Kurniawan.
"Dia ingin ada pelatih asal Indonesia untuk jadi asisten. Tapi saat itu saya masih ada kontrak dengan Sabah. Ya alhamdulillah, mungkin sudah jalannya. Saat saya komunikasi lagi, mereka masih memberikan kesempatan," ujar Kurniawan menambahkan.
Namun, meski sudah memperoleh lampu hijau, Kurniawan tidak dapat langsung bergabung bersama Como. Ia harus mengurus izin kerja terlebih dahulu dan tentunya hal ini memakan waktu.
"Work permit di Italia lagi enggak ngeluarin, jadi saya masih menunggu. Karena Como satu (program) sama Garuda Select. Jadi sekarang saya lagi tunggu Visa di UK (Inggris) untuk diperbantukan dulu di sana," kata Kurniawan.
Hal ini dibenarkan Kurniawan saat dihubungi Liputan6.com. Dia mengaku masih menunggu visa.
Garuda Select memang program pembibitan pemain usia muda asal Indonesia yang menimba ilmu sepak bola di Inggris.