Sukses

Ogoh-Ogoh Koruptor Ramaikan Pawai Sambut Hari Raya Nyepi di Banyuwangi

Ogoh-ogoh berbentuk patung koruptor mewarnai pawai ogoh- ogoh yang digelar menyambut Hari Raya Nyepi Tahun baru saka 1946 di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi.

Liputan6.com, Banyuwangi - Ogoh-ogoh berbentuk patung koruptor mewarnai pawai ogoh-ogoh yang digelar menyambut Hari Raya Nyepi Tahun baru Saka 1946 di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi.

Ogoh-ogoh tersebut berbentuk cukup unik, berperawakan tubuh seperti manusia, berpakaian rapi, menggunakan setelan celana dan jas warna hitam kombinasi pekaian putih, serta memakai dasi. Meski berpakaian rapi bak pejabat, akan tetapi patung ogoh- ogoh itu mempunyai kepala berbentuk babi.

Ogoh-ogoh tersebut sedang memanggul tumpukan uang seratus ribuan dan memegang koper warna hitam.

Kepala Desa Sumbermulyo Banyuwangi Suhardi mengatakan, ogoh-ogoh merupakan simbol dari bhuta kala.

“Kata ogoh-ogoh sendiri berasal dari Bahasa Bali ogoh-ogoh yang memiliki arti sesuatu yang digiyangkan,”ujar Suhardi.

Kata itu juga memiliki makna yang mencerminkan sisi negatif dari manusia atau sifat keburukan manusia di bumi.

“Maka biasanya dipresentasikan dengan penampilan yang seram, tubuh besar, kuku panjang bertaring, dan rambut berantakan,”tambah Suhardi.

Kata dia, ogoh-ogoh juga dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk cara menunjukkan nilai-nilai keagamaan dan ruang-waktu yang sakral berdasarkan literatur keagamaan.

Masing-masing ogoh-ogoh itu memiliki filosifi tersendiri. Rata-rata adalah simbol yang wajib bagi manusia untuk menjaga alam dan sumber dayanya agar tidak merusak lingkungan.

Khusus ogoh-ogoh manusia berkepala babi, disebut sebagai bagian dari harapan masyarakat agar mempunyai pimpinan maupun pemerintah yang bersih dan tidak korup.

“Ada 15 ogoh-ogoh yang ditampilkan dalam menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946 di sini,”tutur Suhari.

Ogoh -ogoh tersebut diarak keliling kecamatan mulai dari Lapangan Desa Sumbermulyo, berkeliling di jalan kecamatan hingga kembali ke lapangan Desa Sumbermulyo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bersihkan Diri dari Sifat Negatif

Sementara itu, Penasehat Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Lumajang Edy Sumianto menjelaskan, ogoh-ogoh bukan semata simbol sifat-sifat negatif yang ada di dalam diri manusia, tetapi juga di alam semesta.

Pawai Ogoh-ogoh, yang diakhiri dengan pembakaran patung ogoh-ogoh, bermakna untuk membersihkan diri dari segala sifat negatif tersebut.

"Ogoh-ogoh yang diarak sebelum akhirnya dibakar adalah simbol dari pemusnahan segala sifat negatif yang menghambat kehidupan. Harapannya, setelah dibakar, manusia dapat memulai kehidupan baru tanpa terbebani oleh sifat negatif," paparnya.

Edy menambahkan, bahwa Pawai Ogoh-ogoh menjadi ritual wajib yang harus dilakukan sebelum menyambut Hari Raya Nyepi, menegaskan kesucian dan kebersihan jiwa sebagai persiapan menghadapi tahun baru saka.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.