Sukses

Jember Peringkat Pertama Stunting di Jatim, Ini Deretan Penyebabnya

Kabupaten Jember saat ini menduduki kasus tertinggi angka penderita stunting di Jawa Timur. Pemkab Jember sendiri mengungkap sejumlah alasan dalam penanganan stunting.

Liputan6.com, Jember - Kabupaten Jember menduduki kasus tertinggi angka penderita stunting di Jawa Timur. Pemkab Jember sendiri mengungkap sejumlah penyebab tingginya stunting. Mulai dari angka pernikahan dini, hingga budaya memberi asupan makanan pada bayi dianggap menjadi salah satu faktor penyebab kasus stunting.

Berdasarkan data terbaru dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan Menyebutkan kasus stunting balita di Jember tertinggi dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur, yaitu 24,9 persen di tahun 2022.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Jember Koeshar Yudyarto mengungkapkan faktor pertama yang menjadi sorotan yakni masih tingginya angka pernikahan dini. Kata dia, ibu yang hamil di usia dini, beresiko tinggi melahirkan anak kurang gizi, Sebab, secara fisik sang ibu belum siap untuk hamil.

“Jika ibu menikah belum waktunya, belum siap fisiknya untuk hamil. Sehingga saat hamil ibunya kurang gizi, akhirnya melahirkan anak kurang gizi,” Katanya, Kamis (2/2/2023).

Persoalan lain yaitu masih rendahnya pengetahuan ibu tentang makanan yang baik dikonsumsi untuk anak. Kata Koeshar, Pemkab Jember sudah mengintruksikan agar setiap daerah melarang pemberian makanan instan seperti biscuit, dan bubur kepada anak.

Pemkab Jember sendiri sudah mengintruksikan kepada OPD, Puskesmas dan rumah sakit agar memberi tambahan nutrisi yang tinggi protein.

“Untuk menjalankan  intruksi dari presiden. Agar memberi makanan tambahan yang tinggi protein kemarin itu jangan pakai biscuit lagi,” jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Presiden Larang Pemberian Makanan Instan Pada Bayi

Sebelumnya Presiden Jokowi sudah mengintruksikan agar setiap daerah melarang pemberian makanan instan seperti biscuit dan bubur kepada anak.

Kata dia, selain tingginya pernikahan dini, faktor penyebab tingginya angka stunting adalah karena kendala penanganan stunting yakni adanya budaya orangtua yang langsung memberikan makanan tambahan pada balita di bawah usia 6 bulan.

Padahal tumbuh kembang anak harus diperhatikan  lewat pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif.

“ASI ekslusif harus penuh, sementara di Jember ada pendapat orang tua memberi makanan tamabahn selain ASI sampai anak umur 6 bulan, dikasi bubur, air kelapa mei isntan,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.