Sukses

Sektor Saham Keuangan dan Transportasi Bebani IHSG pada 20-22 Mei 2024

Sektor saham keuangan dan transportasi & logistic menyumbang masing-masing turun 3,07 persen dan 2,27 persen terhadap IHSG.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan 20-22 Mei 2024. Sektor saham keuangan dan transportasi bebani IHSG.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk, ditulis Sabtu (25/5/2024), sektor saham keuangan dan transportasi & logistic menyumbang masing-masing turun 3,07 persen dan 2,27 persen terhadap indeks saham.

Pada pekan ini, pelaku pasar menghadapi sejumlah rilis data inflasi dari beberapa negara. Kanada mencatat inflasi yang lebih lembut dan sesuai harapan pasar serta sejalan dengan target bank sentral.

Kanada mencatat inflasi 2,7 persen pada April 2024 dari periode bulan sebelumnya 2,9 persen, sejalan dengan harapan pasar. Hal ini seiring pertumbuhan harga konsumen yang mereda sejak Maret 2021.

Sementara itu, neraca perdagangan di Eurozone catat surplus yang mencapai 24,1 miliar euro pada Maret 2024, lebih lebar dari periode sama tahun sebelumnya sebesar 19,1 miliar euro. Surplus tersebut juga lebih tinggi dari prediksi 19,9 miliar euro. Surplus perdagangan zona euro itu terbesar sejak Desember 2020, di tengah impor turun 12 persen YoY menjadi 221,3 miliar euro.

Di sisi lain, Inggris mencatat inflasi yang melambat. Inflasi di Inggris menjadi 2,3 persen pada April 2024, level terendah sejak Juli 2021, dibandingkan posisi Maret sebesar 3,2 persen dan prediksi pasar sebesar 2,1 persen.

Di Asia, data utama telah dirilis antara lain defisit perdagangan yang lebih curam di Jepang seiring penguatan impor dan ekspor yang melemah. Di sisi lain, Bank Sentral China dan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan. The People’s Bank of China (PBOC) mempertahankan suku bunga acuan sesuai harapan pasar. Suku bunga pinjaman bertenor 1 tahun ditetapkan 3,45 persen.

Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan 6,25 persen sesuai harapan pasar. Keputusan tersebut setelah kenaikan mengejutkan pada April dan tertinggi sejak April 2016.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tekanan Inflasi

Volatilitas yang sedang berlangsung yang terlihat di pasar global seiring ketegangan geopolitik. Hal itu juga terus meningkatkan tekanan inflasi. Yang terbaru Presiden Iran Ebrahim Raisi yang meninggal dunia.

"The Fed terus berlanjut untuk mencari data inflasi yang baik selama beberapa bulan lagi sebelum suku bunga mulai diturunkan,” demikian dikutip.

Di sisi lain, Gubernur Fed Waller baru-baru ini mengindikasikan kemungkinan suku bunga akan turun pada akhir tahun ini, dan paling lambat awal 2025. Hal itu terjadi jika the Federal Reserve (the Fed) mendapatkan kepercayaan diri yang cukup.

"Berdasarkan data terbaru dari Bloomberg, ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga telah sedikit berkurang menjadi hanya 40 basis poin (bps) pada akhir tahun dan satu kali penurunan suku bunga telah dihargai penuh pada November,”

Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun dan dua tahun kembali naik di atas 4,8 persen dan 4,4 persen. Hal ini seiring harapan penurunan suku bunga terus bergeser.

 

3 dari 4 halaman

Pasar Cermati Pemulihan Ekonomi China

Selain Amerika Serikat, Ashmore melihat ekonomi China masih melemah terutama karena sektor properti. “Namun, pemerintah China terus aktif mendukung sektor properti dengan mengurangi dasar hipotek, rasio uang muka minimum, dan pengurangan suku bunga pinjaman,”

Selain itu, pemerintah China juga mendukung perusahaan milik negara untuk membeli rumah yang tidak terjual dengan anggaran 300 miliar renminbi.

"Pasar masih mengamati langkah pemulihan China seiring makin banyak inisiatif yang dilakukan untuk mendorong ekonomi,"

Secara keseluruhan, ketidakpastian global masih menjadi tema utama. “Kami merekomendasikan untuk tetap terdiversifikasi di antara reksa dana saham dan pendapatan tetap,”

4 dari 4 halaman

Kinerja IHSG pada 20-22 Mei 2024

Sebelumnya,  laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan 20-22 Mei 2024. Pergerakan IHSG itu dipengaruhi sejumlah faktor, salah satunya nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (23/5/2024),  IHSG merosot 1,3 persen ke posisi 7.222,38 dari pekan lalu di posisi 7.317,23.

Kapitalisasi pasar saham juga merosot 0,45 persen menjadi Rp 12.363 triliun dari Rp 12.420 triliun pada pekan lalu. Rata-rata transaksi harian saham susut 9,82 persen menjadi Rp 12,16 triliun dari Rp 13,48 triliun pada penutupan pekan lalu.

Selain itu, rata-rata volume transaksi harian anjlok 17,72 persen menjadi 15,42 miliar saham dari 18,74 miliar saham pada pekan lalu.

Di sisi lain, rata-rata frekuensi transaksi harian selama sepekan naik 2,92 persen menjadi 1,14 juta kali transaksi dari 1,11 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Investor asing menjual saham Rp 560,54 miliar pada Rabu, 22 Mei 2024. Selain itu, selama sepekan, investor asing melepas saham Rp 1,39 triliun. Sepanjang 2024, investor asing jual saham Rp 1,43 triliun.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini