Sukses

Wijaya Karya Raih Kontrak Rp 5,68 Triliun pada Kuartal I 2024

Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Agung Budi Waskito mengatakan, kontrak baru tersebut terdiri dari berbagai proyek termasuk dari Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengantongi kontrak Rp 5,68 triliun pada kuartal I 2024. Realisasi kontrak itu setara 15,4 persen dari target nilai kontrak tahun ini di kisaran Rp 37 triliun.

Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Agung Budi Waskito mengatakan, kontrak tersebut terdiri dari berbagai proyek termasuk dari Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

"Proyeknya ada beberapa, termasuk di anak perusahaan. Tapi untuk yang di pekerjaan infrastruktur kita saja, kita ada proyek RDF Plant Rorotan itu sebesar Rp 1,5 triliun. Kemudian ada beberapa proyek lain di IKN," ujar dia dalam konferensi pers usai RUPST Wijaya Karya, Rabu (15/5/2024). 

RDF Plant Rorotan, Jakarta Utara dikerjakan bersama dengan Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (Jakon) dalam skema konsorsium (KSO). Proyek yang diusung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup ini bertujuan untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi jumlah sampah di Jakarta.

Melalui teknologi RDF ini sampah akan diolah menjadi bahan bakar alternatif yang akan dapat bermanfaat untuk industri semen dan kelistrikan dengan emisi karbon lebih rendah. RDF Plant Rorotan akan memiliki kapasitas pengolahan sampah yang mencapai 2.500 ton per hari.

Pengolahan dengan proses homogenizers tersebut akan menghasilkan RDF Baller sebanyak 875 ton per hari. Sembari melakukan 8 stream penyehatan dan transformasi, perseroan juga memperbaiki Penganggaran berbasis aktivitas (Activity-Based Budgeting/ABB) serta melakukan efisiensi maupun inovasi di lapangan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Harga Saham WIKA

"Dengan ABB yang lebih efisien tentunya akan menghasilkan laba kotor yang lebih baik dibanding yang sebelumnya," kata dia.

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatat pendapatan bersih Rp 3,53 triliun hingga kuartal I 2024, turun 18,7 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,34 triliun. Dari raihan itu, perseroan membukukan rugi yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk membengkak 117,31 persen menjadi Rp 1,13 triliun hingga kuartal I 2024. Pada kuartal I 2023, rugi Perseroan tercatat Rp 521,25 miliar.

Berdasarkan data RTI, pada penutupan perdagangan saham Rabu, 15 Mei 2024, harga saham WIKA stagnan di posisi Rp 135 per saham. Harga saham WIKA berada di level tertinggi Rp 139 dan terendah Rp 133 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.949 kali dengan volume perdagangan 142.921 saham. Nilai transaksi Rp 1,9 miliar.

3 dari 6 halaman

Rombak Susunan Pengurus

Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) baru saja merampungkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada hari ini, Rabu 15 Mei 2024.

Pada rapat tersebut, pemegang saham menyetujui perubahan manajemen perseroan. Adapun perubahan terjadi di jajaran Direksi. Di mana sebelumnya perseran memiliki 7 Direksi, kini jumlahnya dipangkas menjadi hanya 6 direksi. Selain itu, ada pula pergantian personil Direksi Perseroan.

"Pertama, kita memisahkan Direktur Risiko yang sebelumnya dirangkap oleh Direktur Keuangan. Yang kedua adalah Direktur Operasi yang sebelumnya adalah 3, sekarang kita hanya 2 Direktur Operasi. Yakni  yang membidangi infrastruktur dan gedung, serta Direktur Operasi yang membidang EPC," kata Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Budi Agung Waskito dalam konferensi pers usai RUPST perseroan, Rabu (15/5/2024).

Sehingga, jumlah direksi dari yang sebelumnya 7, saat ini menjadi 6 direksi. Adapun Direktur Operasional yang diberhentikan yakni Rudy Hartono yang semula menjabat Direktur Operasi III. Sementara yang menduduki jabatan Direktur Manajemen Risiko dan Legal adalah Sumadi. Sementara, tidak terjadi perubahan susunan pada Dewan Komisaris perseroan.

Dengan demikian, susunan manajemen PT Wijaya Karya (Persero) Tbk menjadi sebagai berikut:

Susunan Komisaris

  • Komisaris Utama: Jarot Widyoko
  • Komisaris Independen: Harris Arthur Hedar
  • Komisaris Independen: Suryo Hapsoro Tri Utomo
  • Komisaris Independen: Adityawarman
  • Komisaris Independen: Rusmanto
  • Komisaris: Firdaus Ali

Sementara untuk Dewan Direksi:

  • Direktur Utama: Budi Agung Waskito
  • Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia dan Transformasi: Hajar Setiaji
  • Direktur Keuangan: Adityo Kusumo
  • Direktur Operasi I: Hananto Aji
  • Direktur Operasi II: Harum Akhmad Zudi
  • Direktur Manajemen Risiko dan Legal: Sumadi
4 dari 6 halaman

Wijaya Karya Bakal Bangun Sport Center Senilai Rp 249 Miliar

Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dipercaya Kementerian PUPR untuk membangun Cibubur Youth Elite Sport Center (CYESC) di Ciracas, Jakarta. Dengan nilai proyek sebesar Rp 249 Miliar, WIKA akan membangun fasilitas olahraga baru sekaligus merenovasi fasilitas yang sudah lebih dulu ada. 

Proyek ini dibangun sebagai wujud dukungan Pemerintah terhadap kesiapan atlet yang akan bertanding pada olimpiade. CYESC akan menjadi pusat pelatihan sejumlah cabang olahraga yaitu panahan, panjat tebing, renang, gymnastic, dan cabang lainnya.

Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito mengatakan perolehan kontrak CYESC ini menjadi kesempatan bagi WIKA untuk berkontribusi terhadap peningkatan fasilitas olahraga tanah air. 

"WIKA berkomitmen untuk melaksanakan proyek CYESC sesuai target yang disepakati sehingga dapat menunjang kesiapan atlet dengan lebih optimal," kata Agung dalam siaran pers, dikutip Jumat (4/4/2024).

WIKA sendiri telah memiliki portofolio panjang untuk proyek fasilitas olahraga termasuk pembangunan fasilitas olahraga Asian Games 2018 yang meliputi Jakarta International Velodrome, Jakarta International Equestrian Park, Stadion Madya dan fasilitas olahraga lainnya di Kawasan Gelora Bung Karno Jakarta. 

Selain itu, WIKA juga telah berhasil menyelesaikan pembangunan Multi Sport Complex di Negara Solomon, Kepulauan Pasifik. 

Pemerintah telah memberikan tambahan modal untuk memperbaiki struktur modal dan meningkatkan kapasitas usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dalam rangka penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN).

Seiring hal itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) tentang pemberian tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk Wijaya Karya senilai Rp 6 triliun.

5 dari 6 halaman

Wijaya Karya Rugi Parah, Tembus Rp 7,1 Triliun

Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) telah merilis laporan keuangan tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, Wijaya Karya rugi perseroan bengkak hingga Rp 7,13 triliun, meski pendapatan naik tipis.

Melansir laporan keuangan perseroan, Selasa (2/4/2024), perseroan membukukan pendapatan Rp 22,53 triliun. Pendapatan itu naik 4,89 persen dibandingkan pendapatan pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 21,48 triliun.

"Dalam kondisi penyehatan, WIKA masih mampu mencatatkan penjualan sebesar Rp 22,53 Triliun, mengalami peningkatan 4,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sekaligus memperoleh laba kotor sebesar Rp 1,86 Triliun," ungkap Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Agung Budi Waskito dalam keterangan resmi, Selasa (2/4/2024).

Beban Perusahaan

Sepanjang 2023, perseroan membukukan beban penjualan Rp 10,27 miliar, beban umum dan administrasi Rp 973,99 miliar, penghasilan lain-lain Rp 697,84 miliar, dan beban lain-lain Rp 5,4 triliun.

Pada periode yang sama, perseroan membukukan beban keuangan Rp 3,21 triliun, beban pajak penghasilan final Rp 500,56 miliar, bagian rugi entitas asosiasi RP 91,14 miliar, dan bagian rugi ventura bersama Rp 139,28 miliar.

Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 7,13 triliun. Rugi itu naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, di mana rugi perseroan mencapai Rp 59,6 miliar.

6 dari 6 halaman

Aset Juga Turun

Aset perseroan sampai dengan akhir 2023 turun menjadi Rp 65,98 triliun dari Rp 75,07 triliun pada 2022. Liabilitas pada 2023 turun menjadi Rp 56,41 triliun dari Rp 57,58 triliun pada 2022. Sementara ekuitas pada 2023 turun signifikan tersisa Rp 9,57 triliun dari Rp 17,49 triliun pada 2022.

"2023 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi Perseroan di mana tahun tersebut, Perseroan melakukan restrukturisasi keuangan dan transformasi yang menjadi bagian dalam 8 metode stream penyehatan yang telah disetujui pemegang saham dengan tujuan untuk mempercepat pemulihan sekaligus memperkuat fundamental WIKA guna menjalankan bisnis secara berkelanjutan," imbuh Agung.

Sekalipun masih membukukan hasil usaha yang belum menggembirakan, namun upaya penyehatan yang berjalan beriringan dengan sejumlah langkah transformasi yaitu fokus terhadap arus kas, keunggulan eksekusi proyek dan penyeimbang portofolio yang didasarkan pada pendekatan organisasi lean, manajemen risiko dan digitalisasi mulai memberikan hasil progresif sesuai dengan inisiasi yang telah dijalankan oleh Perseroan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.