Sukses

Vale Indonesia Kantongi Pendapatan Setara Rp 19,24 Triliun pada 2023

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat pendapatan naik 4,48 persen dan laba tumbuh 36,89 persen pada 2023.

Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut Vale Indonesiaberhasil membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (12/2/2024), perseroan membukukan pendapatan USD 1,23 miliar atau sekitar Rp 19,24 triliun (kurs Rp 15.611,45 per USD).

Pendapatan itu naik 4,48 persen dibandingkan pendapatan pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 1,18 miliar. Bersamaan dengan naiknya pendapatan, beban pokok pendapatan pada 2023 naik menjadi USD 885,24 juta dari USD 865,89 juta pada 2022.

Dengan begitu, perseroan membukukan laba bruto USD 347,02 juta pada 2023, masih naik 10,67 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD 313,57 juta. Pada 2023, perseroan membukukan laba usaha sebesar USD 302,16 juta. Naik 11,08 persen dari laba usaha 2022 yang tercatat sebesar USD 272,03 juta.

Setelah dikurangi biaya keuangan dan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 274,33 juta atau sekitar Rp 4,28 triliun.

Laba ini naik 36,89 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 200,4 juta. Dari sisi aset perseroan sampai dengan 31 Desember 2023 tercatat sebesar USD 2,93 miliar, naik dari USD 1,66 miliar pada akhir 2022. Liabilitas naik menjadi USD 361,46 miliar pada 2023 dari USD 303,34 miliar pada 2022. Bersamaan dengan itu, ekuitas pada 2023 juga naik menjadi USD 2,56 miliar dari USD 2,35 miliar pada 2022.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kinerja Produksi

Sebelumnya diberitakan, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan pencapaian produksinya sepanjang 2023. Pada periode tersebut, perseroan berhasil memproduksi 70.728 metrik ton (t) nikel dalam matte, naik 18 persen dari produksi 2022 yang sebesar 60.090 t.

Produksi pada kuartal IV 2023 saja mencapai 19.084 t nikel dalam matte, lebih tinggi 18 persen dibandingkan dengan volume produksi pada kuartal IV 2022 yang sebesar 16.183 t.

Secara kuartalan, volume produksi pada kuartal IV naik 6 persen dibandingkan kuartal III 2023 yang tercatat sebesar 17.953 t.

CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy mengatakan kenaikan ini adalah hasil dari strategi pemeliharaan yang efektif serta peningkatan kinerja di area tambang dan pabrik pengolahan perseroan sepanjang tahun. Upaya tersebut mendorong produksi lebih tinggi dari kuartal ke kuartal pada tahun lalu.

“Kami sangat bersyukur dengan pencapaian ini. Meskipun menghadapi berbagai tantangan di sepanjang tahun, kami berhasil melampaui target produksi untuk tahun 2023. Ini tentu saja merupakan bukti dari dedikasi, komitmen, dan semangat kolaborasi yang tinggi dari seluruh karyawan di Perseroan”, ujar Febriany dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (30/1/2024).

Menyusul pengumuman tersebut, saham Vale Indonesia ditutup turun 3,02 persen ke posisi 3.860 pada perdagangan Senin, 29 Januari 2024. Saham INCO dibuka pada posisi 3.980 dan bergerak pada rentang 3.830-4.000.

Melansir data RTI, Frekuensi perdagangan saham INCO tercatat sebanyak 13,94 juta lembar senilai Rp 54,41 miliar. Dalam sepekan, harga saham INCO susut 4,46 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham INCO turun 46,20 persen.

 

3 dari 4 halaman

Jurus Vale Indonesia Raup Cuan saat Harga Nikel Melemah

Sebelumnya diberitakan, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) optimistis bisa meraup keuntungan di tengah kondisi pelemahan harga nikel. Bahkan, harga nikel turun hingga menyentuh level USD 16 ribu. 

Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto menuturkan, penurunan harga nikel tersebut sejalan dengan penurunan biaya produksi perusahaan. 

"Tetapi unit cost kami juga menurun, bahkan pada tiga bulan terakhir sudah berada di bawah USD 10 ribu jadi kalau mau breakeven harga nikel harus USD 12-13 ribu," kata dia dalam Public Expose 2023, Selasa (29/11/2023). 

Meski demikian, ia melihat harga nikel tidak akan jatuh di bawah USD 13 ribu.Alhasil, Vale Indonesia masih bisa membukukan kinerja yang positif. 

"Margin masih cukup aman dan saya tidak perkirakan harga nikel akan jatuh di bawah USD 13 ribu dengan melihat faktor yang ada saat ini," kata dia. 

Dalam rangka menjalankan bisnisnya, Vale Indonesia pun berkomitmen untuk terus mencapai pertumbuhan secara berkelanjutan. Perseroan melakukan beberapa efisiensi dalam kegiatan produksinya. 

4 dari 4 halaman

Kurangi Konsumsi Energi

"Utamanya adalah inisiatif yang terkait dengan energy cost. Kami mengoptimalkan blending energy sources yang ada, dari minyak, batu bara, dan lain sebagainya," kata Irmanto. 

Selanjutnya, Vale Indonesia juga juga secara bertahap mengurangi konsumsi energi yang ada. Terakhir, adalah bagaimana mendapatkan sumber energi yang lebih kompetitif. 

"Jadi, dari tiga inisiatif ini tentu saja kami mengharapkan biaya produksi kami, terutama energy cost, yang representing sekitar 30-35 persen dari biaya produksi, itu betul-betul bisa kami jaga dalam level yang efisien, sehingga margin yang ada itu masih bisa tetap dijaga ke depannya," ujar dia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini