Sukses

Sentimen Risiko Global hingga Pemilu Bakal Bayangi IHSG

IHSG turun 0,05 persen ke posisi 7.235 selama sepekan. Sektor saham bahan baku dan teknologi mendorong IHSG melemah pada 5-7 Februari 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis pada perdagangan 5-7 Februari 2024. Koreksi IHSG terjadi di tengah hari perdagangan yang singkat pada pekan ini.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (11/2/2024), IHSG turun 0,05 persen ke posisi 7.235 selama sepekan. Sektor saham bahan baku dan teknologi mendorong IHSG melemah. Dua sektor saham itu turun masing-masing 3,29 persen dan 2,47 persen.

Namun, investor asing melakukan aksi beli saham selama sepekan senilai USD 17 juta atau sekitar Rp 266 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.641).

Di tengah hari perdagangan bursa yang pendek pekan ini, sejumlah data ekonomi global hadir. Dari Amerika Serikat, sektor jasa lebih kuat dari yang diharapkan. The ISM Services PMI naik menjadi 53,4 pada Januari 2024 dari posisi 50,5 pada Desember 2023. Data tersebut mengalahkan prediksi 52.

Demikian juga di Kanada. The Ivey Purchasing Managers Index di Kanada naik menjadi 56,5 pada Januari 2024, naik dari sebelumnya 56,3 pada Desember 2023 dan melewati prediksi pasar di 55.

"Ekonomi Indonesia juga tumbuh menjadi 5,04 persen pada kuartal IV 2023, lebih tinggi dari harapan 5 persen,” tulis Ashmore.

Indonesia akan menggelar pemilihan umum (Pemilu) pada 14 Februari 2024. Lalu bagaimana dampaknya ke bursa saham?

Berdasarkan data historis pada pemiluhsejak 1999, IHSG cenderung menguat dengan rata-rata sebesar 2,96 persen, 10,42 persen, dan 10,87 persen untuk periode 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan setelah tanggal pemilu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Risiko Global

Sementara itu, risiko global masih berupa ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Pemilihan presiden di Amerika Serikat juga akan berlangsung pada November 2024 dan ada potensi perubahan kebijakan di Amerika Serikat (AS).

“Sikap yang lebih agresif dari Amerika Serikat dapat memperburuk situasi di Iran dan berisiko memicu perang di sana yang dapat berdampak pada harga minyak,” tulis Ashmore.

Di sisi lain, efek risiko El Nino juga masih ada pada tingkat tertentu terhadap risiko inflasi dari sisi persediaan komoditas.

“Kami tetap merekomendasikan untuk tetap melakukan diversifikasi pada saham dan pendapatan tetap dengan kecenderungan ekstra di obligasi denominasi dolar AS untuk antisipasi suku bunga,” tulis Ashmore.

Ashmore menambahkan, untuk saham, pihaknya merekomendasikan prodik ASDN dan ADEN. Sedangkan pendapatan tetap, pihaknya merekomendasikan ADON dan ADUN untuk portofolio.

3 dari 4 halaman

BEI Minta Investor Rasional Hadapi Pemilu

Sebelumnya diberitakan, gelaran pesta demokrasi tahun ini rupanya ikut mempengaruhi pandangan investor pasar modal. Umumnya, investor melakukan wait and see terkait langkah investasi selanjutnya, memperhatikan kebijakan yang ditelurkan pemimpin baru. Sebagai gambaran, belum lama ini sejumlah perusahaan terafiliasi partai politik ramai melakukan IPO di Bursa.

Beberapa petinggi emiten juga tampak memiliki tendensi ke salah satu pasangan calon presiden (capres)-calon presiden (cawapres). Merujuk kondisi tersebut, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik mengimbau agar investor tetap rasional dalam memperhitungkan strategi investasinya.

"Kita sampaikan kepada publik untuk selalu mengambil keputusan investasi secara rasional, itu yang paling penting. Dan untuk bisa mengambil keputusan secara rasional tentu dibutuhkan skill dan dibutuhkan data,” kata Jeffrey dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal, Kamis (25/1/2024).

Rasionalitas, lanjut Jeffrey, harus tetap dijaga meski pasar dalam keadaan sideways, market bearish, maupun market bullish. Dalam catatannya, investor cenderung lengah saat market atau pasar sedang bullish.

Selain itu, investor juga harus memperhatikan pengumuman atau notifikasi khusus yang disampaikan bursa seperti unusual market activity (UMA) hingga pemberhentian perdagangan saham atau suspensi.

"Kalau memang para investor memutuskan mau wait and see, atau ada beberapa investor yang justru mengatakan ini adalah waktunya untuk mengambil keputusan dengan mengantisipasi apapun yang akan terjadi di depan, itu adalah keputusan masing-masing investor. Investor harusnya melihat prospek jangka panjang," kata Jeffrey.

 

4 dari 4 halaman

Kinerja IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara historis mencatatkan kinerja solid pada momentum pemilu. Sebagai gambaran, pada 1999 IHSG tumbuh 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar 157,11 persen. Pada pemilu selanjutnya yakni 2004, IHSG naik 44,56 persen dan 47,70 persen pada kapitalisasi pasar. Pada 20229, IHSG naik 86,98 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh 87,59 persen.

Pada 2014, IHSG naik 22,29 persen dengan kapitalisasi pasar tumbuh 23,92 persen. Terakhir, pada 2019 lalu IHSG naik tipis 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar 3,44 persen.

"Kegiatan pemilu adalah kegiatan yang sudah kita lakukan berkali-kali sepanjang keberadaan Bursa Efek Indonesia. Dan tetap banyak investor kita yang sukses sampai dengan hari ini. Artinya bagaimana investor melakukan analisis," tutup Jeffrey.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.