Sukses

BCA Tebar Dividen Rp 170 per Saham, Simak Jadwalnya

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) akan membagikan dividen sebesar Rp 170 per saham. Sisa dividen yang dibagikan itu setara Rp 20,95 triliun. Berikut jadwal pembagian dividennya.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) akan membagikan dividen tunai Rp 20,95 triliun untuk periode tahun buku 2022. Dividen tersebut setara dengan Rp 170 per saham.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, ditulis Selasa (21/3/2023), pembagian dividen tersebut sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada16 Maret 2023. 

Adapun rincian pembagian dividen BBCA tersebut, yakni jumlah dividen untuk tahun buku 2022 sebesar Rp 205 per saham atau setara dengan Rp 25,27 triliun. Lalu, jumlah dividen interim sebesar Rp 35 per saham atau setara Rp 4,31 triliun dan jumlah dividen yang dibayarkan Rp 170 per saham atau setara Rp 20,95 triliun. 

Sementara itu, hingga 31 Desember 2022, laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk sebanyak Rp 40,73 triliun, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya Rp 198,13 triliun serta total ekuitas senilai Rp 221,18 triliun.

Jadwal

  • Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi: 28 Maret 2023
  • Ex dividen di pasar reguler dan negosiasi: 29 Maret 2023
  • Cum dividen di pasar tunai: 30 Maret 2023
  • Ex dividen di pasar tunai: 31 Maret 2023
  • Recording date: 30 Maret 2023
  • Pembayaran Dividen: 14 April 2023

 

Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memutuskan membagikan dividen tunai sebesar Rp 205 per saham untuk tahun buku 2022. Angka dividen tersebut meningkat 41,4 persen dibandingkan dividen tunai yang dibagikan untuk tahun buku 2021.

"Sehubungan dengan laba bersih perseroan selama tahun buku 2022 yang sebesar Rp 40,7 triliun, RUPST memutuskan penggunaan laba bersih perseroan antara lain untuk dibagikan sebagai dividen tunai sebesar Rp 205 per saham, meningkat 41,4 persen dibandingkan dividen tunai yang dibagikan untuk tahun buku 2021," kata Presiden Direktur Bank Central Asia atau BCA Jahja Setiaatmadja dalam keterangan resminya, Kamis, 16 Maret 2023.

2 dari 4 halaman

Dividen Rp 205 Sudah Termasuk Dividen Interim

Dividen tunai tersebut sudah termasuk dividen interim tunai tahun buku 2022 sebesar Rp 35 per saham yang telah dibayarkan oleh perseroan kepada para pemegang saham pada 20 Desember 2022, sehingga sisa yang akan dibayarkan perseroan pada tanggal yang akan ditetapkan oleh direksi perseroan adalah sebesar Rp170 per saham.

"Kami berterima kasih atas kepercayaan nasabah serta dukungan dari seluruh stakeholders, termasuk pemerintah dan otoritas perbankan, sehingga BCA dapat menutup tahun 2022 dengan kinerja yang solid," kata dia.

Meskipun menghadapi ketidakpastian perekonomian global, BCA melihat momentum bisnis di Indonesia kembali bertumbuh. Hasil keputusan RUPST, termasuk pembagian dividen tunai ini, merupakan komitmen Perseroan untuk senantiasa memberikan nilai tambah yang berkesinambungan kepada pemegang saham. 

"Seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi nasional yang positif, kami optimistis atas prospek bisnis ke depan dan melangkah secara pruden di tahun 2023, sekaligus konsisten mendukung pemulihan ekonomi di berbagai sektor,” kata Jahja Setiaatmadja.

 

3 dari 4 halaman

Bos BCA Ungkap Apa Kesalahan Silicon Valley Bank hingga Jadi Bangkrut

Sebelumnya, Silicon Valley Bank (SVB) mengalami keruntuhan pada Jumat, 10 Maret 2023 akibat krisis modal. Menanggapi hal tersebut, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melihat ada kesalahan yang mengakibatkan SVB bangkrut.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebutkan, terdapat tiga kesalahan yang membuat SVB mengalami kebangkrutan, salah satunya hanya menerima nasabah besar. 

"Pertama mereka menerima hanya nasabah besar, artinya kalau nasabah besar ini keluar mereka harus menyediakan dana yang besar mereka harus menyediakan dana yang besar," kata Jahja di The Tribrata Darmawangsa Jakarta, ditulis Kamis (16/3/2023). 

Kedua, kesalahan Sillicon Valley Bank adalah menerima dana maupun simpanan dari startup maupun fintech. Jahja menilai startup dan fintech secara perusahaan belum stabil. 

 

 

 

4 dari 4 halaman

Kesalahan Silicon Valley Bank Lainnya

"Kalau Anda terima cash flow dari usaha yang ada ketidakstabilan itu salah satu kesalahan SVB," kata dia.

Ketiga, Jahja bilang, kesalahan SVB terlalu percaya kepada obligasi terpercaya (trusted bond), yakni US Treasury. Lantaran, dari risiko kredit memiliki risiko nol.

"Mereka terlalu percaya yang disebut trusted bond yaitu US Treasury, gak salah dari segi kredit risk itu zero. Tetapi yang mereka lupa mereka terima funding beaar dari wholesale. Wholeseale itu kalau taro duit enggak mungkin ngarep bunga kecil," ujar dia. 

Jahja menjelaskan, celakanya pada saat suku bunga bank sentral AS atau the Fed naik, maka akan berdampak bagi treasury bills SVB. "Bond ini rumusannya kalau interest naik, harga bond turun," imbuhnya.