Sukses

Penerbitan Waran Terstruktur Disebut Bakal Ramai, Investor Harap Perhatikan Hal Ini Sebelum Beli

Pasar modal Indonesia saat ini memiliki produk investasi baru yaitu waran terstruktur. Mau tahu apa saja risiko serta hal yang perlu diperhatikan investor saat beli waran terstruktur?

Liputan6.com, Jakarta - Penerbitan waran terstruktur disebut bakal ramai ke depannya. Pengamat pasar modal menilai, instrumen ini berpotensi diminati investor lantaran menawarkan imbal hasil yang cukup menjanjikan.

Meski begitu, seperti prinsip investasi pada umumnya, imbal hasil yang tinggi acap dibarengi dengan risiko yang tinggi pula, atau istilahnya high risk high return.

"Waran terstruktur akan diminati jika memang akan bisa dapat untung,” kata Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Budi Frensidy kepada Liputan6.com, Kamis, (22/9/2022).

Senada, Pengamat dan Praktisi Investasi Desmond Wira menilai instrumen ini membutuhkan modal yang relatif lebih kecil dibandingkan membeli langsung saham underlying-nya, yakni saham-saham yang masuk dalam konstituen Indeks IDX30.

“Menurut saya, waran terstruktur akan diminati karena dengan modal relatif kecil, investor akan bisa mendapatkan peluang profit lebih besar. Dibandingkan bila langsung membeli saham underlyingnya,” kata dia dihubungi secara terpisah.

Risiko, Harga Kemahalan hingga Potensi Nyungsep

Imbal hasil investasi umumnya berbanding lurus dengan risikonya. Budi mencermati, hasil yang didapat dari instrumen ini bisa saja lebih kecil dibandingkan harga yang ditawarkan.

Dia menjelaskan, harga wajar atau tolok ukur waran terstruktur dianggap kemahalan bisa dilihat dari harga yang ditawarkan, rasio konversi, dan harga exercise dibandingkan dengan harga saham aktualnya.

"Risiko utama adalah harga yang ditawarkan kemahalan dibandingkan dengan payoff yang akan didapat pemegang atau pembelinya. Sehingga menjadi out of the money saat jatuh tempo atau in the money tapi payoffnya kecil, tidak sebanding dengan harga yang dibayarkan,” ujar Budi.

Sementara dari cara kerjanya, Desmond menilai instrumen ini berpotensi fluktuatif lantaran tidak memiliki batas auto rejection seperti yang diberlakukan pada saham. Sehingga selain untung bisa terus meningkat, juga ada potensi boncos jika harga bergerak sebaliknya.

"Kalau ada peluang mendapatkan profit besar, juga bisa rugi besar kalau harga bergerak berlawanan. Lagipula waran terstruktur juga tidak ada batas auto rejection,” ujar dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa yang Perlu Diperhatikan Investor?

Lalu, Apa yang Perlu Diperhatikan Investor Sebelum Beli Waran Terstruktur?

Sebelum investor memutuskan untuk beli waran terstruktur, ada baiknya memperhatikan beberapa hal. Seperti yang sebelumnya dikatakan Budi, Budi menilai investor perlu menimbang apakah harga waran terstruktur kemahalan atau tidak.

"Jadi harus diperhatikan harga waran terstruktur, rasio konversi, harga exercise, harga sahamnya saat ini, dan periode hingga jatuh tempo,” ulang Budi menjelaskan.

Selain itu, Desmond menambahkan bahwa investor harus memperhatikan saham apa yang menjadi underlyingnya. Anggota bursa yang menerbitkan waran terstruktur juga patut untuk diulik. Kemudian likuiditas dan jatuh tempo waran terstruktur.

“Termasuk investor harus paham risikonya, karena membeli waran terstruktur walaupun punya peluang return besar, juga memiliki risiko jauh lebih besar daripada membeli sahamnya langsung,” tandasnya.

3 dari 4 halaman

BEI: Ada Lima Anggota Bursa dalam Pipeline Penerbitan Waran Terstruktur

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan telah berdiskusi bersama sejumlah anggota bursa (AB) terkait penerbit waran terstruktur. 

Direktur Perdagangan dan Pengaturan BEI, Irvan Susandy menuturkan, pihaknya telah melakukan penjajakan terhadap empat hingga lima anggota bursa (AB).

"Dalam pipeline ada 4 sampai 5 anggota bursa yang sedang berdiskusi dengan BEI. Kami juga melakukan pendekatan dengan beberapa anggota bursa yang punya kemampuan, yang regional office nya sudah menerbitkan waran terstruktur,” kata Irvan dalam konferensi pers, Senin (19/9/2022).

Sementara itu, hingga saat ini baru PT RHB Sekuritas Indonesia yang menerbitkan struktur waran dari saham sebagai underlyingnya. 

"Di pipeline bursa, masih ada anggota bursa yang berminat untuk menerbitkan waran terstruktur  lain. Selain itu, RHB Sekuritas sudah memiliki rencana waran terstruktur lain dengan underlying yang beda,” ujar dia.

Irvan juga berharap ada sekuritas lain yang bisa mengikuti jejak RHB Sekuritas, sehingga saat ini masih fokus untuk melakukan diskusi bersama AB. 

"Jadi nanti kita lihat perkembangannya di sisa tahun ini dan tahun depan, semoga ada sekuritas lain selain RHB Sekuritas yang bisa live dengan waran terstruktur lainnya, selain juga RHB Sekuritas yang akan menambah waran terstruktur lain dengan underlying yang berbeda,” kata dia.

4 dari 4 halaman

RHB Sekuritas: Waran Terstruktur Jadi Diversifikasi Investasi bagi Investor

Sebelumnya, PT RHB Sekuritas Indonesia menerbitkan tiga produk waran terstruktur yang diterbitkan dari PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

CEO PT RHB Sekuritas Indonesia, Thomas Nugroho mengungkapkan, produk waran terstruktur tersebut persiapannya cukup lama.

"Seperti yang kita dengar memang produk waran terstruktur persiapannya cukup lama, jadi ini sangat berharga bagi kami. Ini bukan satu dua tapi ada tiga seri waran terstruktur yang akan luncur hari ini yaitu dari saham UNVR,ADRO, BBRI," kata Thomas dalam Pembukaan Perdagangan dalam rangka Penerbitan Waran Terstruktur secara virtual, Senin (19/9/2022).

Thomas menuturkan, waran terstruktur ini bisa menjadi pilihan instrumen investasi bagi investor di Indonesia. Selain itu, produk ini juga diawasi oleh Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

“Produk ini merupakan jawaban untuk diversifikasi instrumen investasi bagi investor di Indonesia yang menginginkan harga saham yang lebih terjangkau kemudian volatilitas yang gesit dan tentunya yang paling penting ada dua hal, ini semua diawasi oleh IDX dan OJK,” kata dia.

Selain itu, saham yang menjadi underlying merupakan saham bluechip.

"Saham yang menjadi underlying nya saham-saham blue chip. Jadi dari industri, regulator pun ingin memotivasi semua untuk memiliki instrumen diversifikasi,” ujar dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.