Sukses

Pulau Simuk Nias Dilanda Cuaca Ekstrem, Warga Terancam Kelaparan

Pulau Simuk di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara (Sumut) dilanda cuaca ekstrem. Tingginya gelombang laut berdampak tidak bisanya kapal pengangkut bahan pokok masuk ke pulau. Akibatnya, warga di sana terancam kelaparan.

Liputan6.com, Medan Pulau Simuk di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara (Sumut) dilanda cuaca ekstrem. Tingginya gelombang laut berdampak tidak bisanya kapal pengangkut bahan pokok masuk ke pulau. Akibatnya, warga di sana terancam kelaparan.

Tokoh Masyarakat Sumut, Parlindungan Purba mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima, warga di Pulau Simuk sudah mulai kehabisan stok bahan pokok, karena pasokan terganggu.

"Harus ada solusi tepat dan cepat yang harus dilakukan pemerintah pusat," kata Parlindungan di Kota Medan, Rabu (20/9/2023).

Disebutkan Parlindungan, laporan dari warga di Pulau Simuk juga, sudah 3 minggu kapal dari Pulau Tello atau dari Teluk Dalam tidak bisa berlayar menuju Pulau Simuk akibat gelombang laut tinggi dan badai.

"Di Simuk saat ini sedang berlangsung cuaca buruk yang begitu ekstrem," sebutnya.

Biasanya, 2 minggu saja kapal tidak masuk Pulau Simuk, seluruh warga akan mulai cemas. Sebab jalur logistik hanya dari Pulau Tello atau dari Teluk Dalam. Mirisnya, kali ini sudah 3 minggu kapal pembawa logistik tidak masuk.

"Pastinya,warga terancam kelaparan. Sebagian besar warga di sana sudah memakan sagu karena beras sudah tidak ada," sebut Parlindungan, yang maju lagi menjadi calon anggota Dewan Perwakilan Darah (DPD) RI.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Desak Pemerintah Ambil Langkah Cepat

Parlindungan Purba berharap pemerintah bisa melakukan langkah tepat dan cepat menangani dampak cuaca ekstrem di Pulau Simuk. Salah satunya dengan mendistibusikan bantuan pangan melalui angkutan udara.

"Kondisi di Pulau Simuk sudah dilaporkan Pemkab Nias Selatan ke Basarnas. Saya juga sudah berkomunikasi dengan BPBD Sumut. Warga Pulau Simuk harus dibantu," kata Patlindungan, yang pernah menjabat Ketua Apindo Sumut dan anggota DPD RI.

Diharapkan cuaca juga membaik, sehingga Basarnas juga bisa melakukan bantuan lebih cepat melalui laut. Parlindungan menegaskan, Pulau Simuk adalah penghasil kopra.

"Di Pulau Simuk tidak ada persawahan. Pada umumnya warga berladang, khususnya untuk tanaman ubi untuk kebutuhan pakan ternak," sebutnya.

3 dari 4 halaman

Bencana Banjir di Wilayah Lain

Menurut laporan Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Nias Selatan, Epa Dekhi, seorang warga meninggal dunia terseret arus banjir yang terjadi di Kabupaten Nias Selatan, Sumut, Selasa, 19 September 2023.

Banjir itu terjadi setelah sebelumnya curah hujan tinggi dengan periode yang cukup lama mengguyur wilayah Nias Selatan. Korban yang merupakan mahasiswi itu terseret arus setelah menerobos banjir ketika hendak menuju kampus pada pukul 13.00 WIB.

"Korban adalah mahasiswi yang hendak berangkat ke kampusnya sekitar pukul 13.00 WIB. Namun dia nekat menerobos banjir yang arusnya memang pada saat itu cukup deras. Akhirnya korban terseret arus banjir," jelas Epa Dekhi.

Tim gabungan pencarian dan pertolongan dari BPBD Kabupaten Nias Selatan, Basarnas, TNI dan Polri kemudian berhasil menemukan jasad korban dalam jarak kurang lebih 100 meter dari lokasi kejadian.

Upaya pencarian dan pertolongan sempat terkendala karena arus banjir masih cukup deras sehingga dengan alasan keamanan, tim harus menunggu situasi sampai kondusif. Setelah berhasil ditemukan pada pukul 18.30 WIB, jasad korban kemudian diserahkan kepada pihak keluarga untuk dikebumikan.

"Korban berhasil ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Tim saat itu belum bisa serta merta langsung melakukan pencarian dan pertolongan karena memang arus banjir ini sangat deras dan kondisi masih hujan deras," kata Epa.

Lebih lanjut Epa merinci wilayah terdampak banjir mencakup empat kecamatan yakni Kecamatan Luahagundre, Fanayama, Teluk Dalam, Toma dan Onolalu. Selain banjir, Epa mengatakan bahwa cuaca ekstrem itu juga memicu terjadinya tanah longsor di dua titik, yakni di Kecamatan Onolalu dan Kecamatan Teluk Dalam.

Menurut Epa, material longsor di Onolalu sampai saat ini memutus akses lalu lintas, sedangkan yang ada di Teluk Dalam masih dapat dilalui kendaraan. Tim gabungan masih melakukan monitoring dan berjaga di lokasi longsoran untuk alasan keamanan. Adapun pembersihan material lumpur belum dapat dilakukan karena keterbatasan alat.

"Longsor ada dua titik di Onolalu. Saat ini material longsoran menutup jalan sehingga tidak dapat di lalui. Kemudian ada juga di jalan nasional yang menghubungkan Teluk Dalam menuju kota. Namun masih dapat dilalui," jelas Epa.

4 dari 4 halaman

Banjir Belum Surut

Adapun kondisi mutakhir saat ini, Rabu (20/9/2023), banjir masih belum surut. Tinggi Muka Air (TMA) banjir menurut pantauan di lapangan berkisar antara 20-150 sentimeter. Di samping itu hujan dengan intensitas sedang masih mengguyur di beberapa wilayah.

"Banjir masih bertahan. Saat ini masih hujan dengan intensitas sedang," kata Epa.

Sebagai upaya antisipasi bencana susulan, pihak BPBD Kabupaten Nias Selatan telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat yang merujuk dari laporan terkini prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bahwa hujan dengan intensitas sedang masih berpotensi terjadi hingga tiga hari kedepan.

Masyarakat diminta untuk tetap waspada dan meningkatkan kapasitas sebagai antisipasi adanya bencana susulan. Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai maupun dekat dengan tebing agar melakukan evakuasi mandiri sementara apabila masih terjadi hujan dalam durasi 2-3 jam.

Di samping itu, BPBD Kabupaten Nias Selatan juga meminta masyarakat untuk tetap memperbarui informasi prakiraan cuaca dari BMKG.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini