Sukses

Tenun Badui, Bentuk Kearifan Lokal Sekaligus Penggerak Ekonomi Masyarakat Badui

Salah satu keunggulan kain tenun khas Badui adalah banyaknya corak warna dan motif.

Liputan6.com, Banten - Tenun badui merupakan salah satu warisan lokal yang terus dilestarikan. Bahkan, para perempuan Badui menjadikan kesenian menenun sebagai mata pencaharian untuk membantu ekonomi keluarga.

Mereka akan menenun setiap hari, sedangkan para laki-laki Badui lebih banyak bekerja di sektor pertanian ladang. Aktivitas menenun para perempuan Badui bisa dilihat di Kampung Kadu Ketug, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Tak hanya perempuan tua, para penenun di wilayah tersebut juga ada yang masih remaja. Mengutip dari indonesia.go.id, menenun memang menjadi andalan ekonomi di permukiman kampung adat tersebut.

Tenun yang dijual pun memiliki harga bervariasi hingga ratusan ribu rupiah. Harga tersebut bergantung dari jenis dan motif dari kain tenun.

Tenun tersebut dijual melalui media sosial maupun lokapasar (marketplace). Tak heran jika pembeli tenun badui berasal dari berbagai daerah.

Selain dipasarkan secara online, para perajin juga menjual karyanya di bale-bale rumah. Mereka mengandalkan pembeli dari kalangan wisatawan yang mengunjungi permukiman Badui.

Salah satu keunggulan kain tenun khas Badui adalah banyaknya corak warna dan motif, seperti poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, magrib, capit hurang, susuatan, suat songket, dan semata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka). Selain itu, ada juga motif adu mancung dan motif aros, yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus.

Kain tenun Badui memang unik karena merupakan wujud kearifan lokal masyarakat Badui. Dengan menenun, anak-anak perempuan di Badui pun akan terus melestarikan aturan adat yang mereka dapatkan secara turun-temurun.

Tak hanya sebagai sumber penghasilan, melalui menenun mereka juga ikut memelihara dan melestarikan filosofi adat masyarakat Badui yang berpegang teguh pada komitmen menjaga alam di Kawasan Gunung Kendeng. Motif pada tenun badui pun menggambarkan kecintaan terhadap hutan dan alam.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.