Sukses

Ternak di 3 Daerah Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku, DKPP Jabar Ambil Tindakan

DKPP Jabar langsung mengeluarkan surat edaran pada kepala dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di kabupaten/kota Jawa Barat untuk mewaspadai penyebaran PMK.

Liputan6.com, Bandung - Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat membentuk unit respons cepat terkait munculnya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di sejumlah daerah.

Kepala DKPP Jabar M Arifin Soedjayana mengemukakan, usai Dinas Peternakan Jawa Timur melaporkan adanya kasus PMK pada Gubernur Jawa Timur, pihaknya langsung berkoordinasi dengan kabupaten/kota untuk mencegah dan mewaspadai adanya temuan kasus PMK, serta membentuk tim unit respons cepat PMK

“Jawa Timur melaporkan tanggal 5 Mei, dari informasi tersebut, kami langsung koordinasi dengan daerah agar meningkatkan kewaspadaan, juga membentuk Tim Unit Respons Cepat PMK. Ada laporan dari Garut diduga ada kasus PMK di sana,” kata Arifin di Kota Bandung, Rabu (11/5). 

Menurut Arifin, pada 7 Mei, DKPP Jabar bersama Tim Balai Veteriner Subang langsung mengambil sampel terduga PMK di Garut. Selain di Garut, pada hari berikutnya sampel juga diambil di lokasi terduga di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, dan Kota Banjar. 

“Sejumlah sampel terkonfirmasi 100 persen positif PMK,” ucapnya.

Arifin merinci, temuan kasus PMK positif ada di Leles, Garut sebanyak 25 ekor sapi potong, 3 ekor sapi perah dan 5 ekor domba. Sementara di Tasikmalaya 18 sampel sapi dinyatakan positif PMK,  dan 11 ekor sapi di Kota Banjar dinyatakan positif 100 persen PMK. 

Pihaknya langsung mengeluarkan surat edaran pada kepala dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di kabupaten/kota Jawa Barat untuk mewaspadai penyebaran PMK. 

“Kami juga menggelar rapat koordinasi dengan stakeholder peternakan di Jabar, sekaligus inspeksi ke Pasar Hewan Tanjungsari Sumedang dan Manonjaya, Tasikmalaya,” ujarnya.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Strategi

Arifin menyatakan pihaknya menyiapkan strategi dan rencana penutupan jalur pengeluaran ternak dan pasar ternak. Selain itu juga penutupan pemasukan media pembawa dan melakukan pengawasan lalu lintas ternak terutama di dua checkpoint Losari dan Banjar. 

“Dari 1 April sampai 10 Mei ada 5.025 ekor sapi potong, 294 domba, 578 kambing, dan 11 kerbau masuk lewat dua checkpoint itu yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali,” tuturnya.

Hingga Selasa (10/5/2022), pihaknya juga aktif melakukan penelusuran dan pencegahan di sejumlah titik, sekaligus memperkuat informasi dan sosialisasi terkait PMK,  hingga vaksinasi dan pengobatan suportif. “Strategi lain adalah biosecurity dan dekontaminasi,” ucapnya.

Guna memperkuat pencegahan dan kewaspadaan PMK di Jabar, pihaknya tengah menyusun surat edaran Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk bupati dan wali kota terkait penanganan PMK. “Selanjutnya akan ada rapat koordinasi penanganan PMK dengan bupati dan wali kota,” ujarnya. 

Arifin juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak panik berlebihan dengan PMK. "PMK bukan zoonosis, jadi penyakit ini tidak bisa menular dari hewan ke manusia. Aman mengonsumsi produknya selama dimasak dengan benar," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Kota Bandung Perketat Jalur Ternak

Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung akan lebih memperketat jalur masuk hewan ternak dari wilayah yang terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Wali Kota Bandung Yana Mulyana meminta masyarakat melaporkan kepada instansi terkait jika menemukan hewan ternak yang terkena penyakit tersebut. Serta tidak mengonsumsi hewan ternak yang terkena penyakit tersebut

Selain itu, dia juga meminta aparat kepolisian dan dinas terkait untuk mengawasi jalur masuk hewan ternak. 

"Kami minta teman dari Dinas Pertanian dan Peternakan untuk mengawasi jalur masuk suplai dari daerah-daerah yang memang terkena penyakit mulut dan kuku ternak. Meskipun secara teori, tidak menular ke manusia," ujarnya.

Meski demikian, jika hewan ternak yang terjangkit penyakit kuku dan mulut dimakan dikhawatirkan berpengaruh negatif. Yana menambahkan, masyarakat pun diminta segera melaporkan apabila menemukan hewan ternak yang terjangkit penyakit itu.

"Intinya mari kita awasi penyebarannya supaya tidak masuk sampai ke Bandung. Kita harus hati-hati lebih ketat," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.