Sukses

Nasib Malang Buaya di Mamuju Tengah, Mati dengan Rahang Terikat Erat

Buaya berukuran 3 meter itu kemudian mati sebelum sempat dievakuasi oleh BKSDA Mamuju. Penyebab matinya buaya itu adalah karena tali yang mengikat rahangnya terlalu erat.

Liputan6.com, Mamuju Tengah - Rusli, pawang buaya asal Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat kembali beraksi dengan menangkap buaya di Sungai Budong-budong. Kali ini buaya yang ditangkap oleh Rusli dan warga berukuran 3 meter.

Pada 13 Februari 2020 lalu, Rusli menangkap buaya raksasa berukuran 4,5 meter bersama anaknya. Induk buaya itu kemudian dibunuh dan dikuliti oleh warga. Kejadian itu kemudian viral setelah foto warga yang tengah menguliti buaya tersebar luas di media sosial.

"Pada hari ini selasa tanggal 18 Februari 2020 sekitar pukul 12.30 Wita telah tertangkap seeokor buaya di RT 2 Desa Babana Kecamatan Budong-Budong Kabupaten Mamuju Tengah oleh saudara Rusli," kata Kapolsek Budong-budong, AKP Suparman kepada Liputan6.com, Selasa (18/02/2020) siang.

Suparman juga mengatakan, bahwa pihak Balai Konservasi Sumbar Daya Alam (BKSDA) Mamuju telah ke lokasi penangkapan. Rencananya, BKSDA Mamuju akan mengambil alih buaya yang ditangkap oleh Rusli tersebut.

"Info dari warga bahwa tadi tim dari BKSDA Mamuju sudah melihat buaya tersebut dan rencananya besok akan diambil alih oleh BKSDA," Suparman menjelaskan.

Sementara itu, Kepala BKSDA Mamuju, Ardi, mengatakan, ia sudah mengetahui soal penangkapan buaya yang kembali dilakukan oleh warga di Babana. Ia pun meminta agar buaya itu diamankan, karena ia sedang mengevakuasi buaya yang beberapa hari lalu ditangkap warga.

"Saya suruh warga dulu amankan, karena saya sementara evakuasi ini buaya yang kemarin di Budong-budong, karena rencana mau saya evakuasi ke Palopo di kantor bidang wilayah satau mau dikarantinakan dulu," kata Ardi.

Ardi juga menjelaskan bahwa buaya sepanjang 3 meter itu ditangkap karena telah meresahkan warga. Buaya itu diduga masuk ke permukiman warga dan hendak memangsa ternak.

"Buaya itu ditangkap warga karena masuk ke permukiman untuk memangsa ternak warga berupa seekor anak sapi. Buaya itu masuk ke parit sawit yang biasa ditempati oleh anak-anak untuk mandi," Ardi menjelaskan.

Saksikan video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Buaya Mati, Rahangnya Diikat Terlalu Erat

Belum sempat dievakuasi, keesokan harinya buaya tersebut mati. Kabar kematian buaya itu disampaikan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada BKSDA Mamuju. Penyebabnya adalah karena buaya itu diikat terlalu erat di bagian rahangnya oleh warga.

"Jadi saya minta tolong kepada warga dan masyarakat di sana, agar saya difotokan itu bukti-bukti matinya, kemudian juga pada saat dikuburkan, karena pimpinan minta bukti fisik matinya itu buaya," Ardi melanjutkan.

Untuk mengantisipasi agar penangkapan buaya di sekitar Sungai Budong-budong tidak terjadi lagi, pihak BKSDA Mamuju akan memasang papan informasi mengenai larangan membunuh satwa yang dilindungi utamanya buaya, karena lokasi itu merupakan habitat asli satwa itu.

"Selain itu, ke depan harus ada konfirmasi dulu kepada BKSDA jika ingin menangkap buaya, jika ada gerakan massa harus dulu melapor, sehingga tim BKSDA bisa turun memantau bagaimana keadaan sebenarnya," ujar Ardi.

Ardi menjelaskan penangkapan buaya baru boleh dilakukan jika buaya tersebut sudah meresahkan warga, seperti memangsa ternak atau menyebabkan kematian terhadap penduduk yang tinggal disekitar sungai tersebut. Namun, jika belum terlalu membahayakan maka buaya itu tidak perlu ditangkap.

"Perintah pimpinan jika sudah terjadi konflik antara warga dan buaya di sana, maka buaya itu harus ditangkap dan dibawa ketempat penangkaran," jelas Ardi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.