Sukses

Djarot: Sumatera Utara Istimewa Bagi Bung Karno

Sumut dibentuk pada era Presiden Soekarno lewat UU Nomor 10 Tahun 1948 yang terbit pada 15 April 1948.

Liputan6.com, Jakarta - Sumatera Utara (Sumut) adalah provinsi istimewa buat Presiden Pertama Indonesia Soekarno. Selain dibentuk oleh Presiden Soekarno, Sumut adalah provinsi yang mempunyai ikatan erat dengan sang proklamator, khususnya pada masa revolusi kemerdekaan.

Demikian disampaikan Calon Gubernur Sumatera Utara, Djarot Saiful Hidayat mengenang Hari Lahir Bung Karno ke-117 yang jatuh hari ini, Rabu (6/6).

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini mengenang, Sumut dibentuk pada era Presiden Soekarno lewat UU Nomor 10 Tahun 1948 yang terbit pada 15 April 1948. Sebelumnya, Sumut masuk Provinsi Sumatera bersama Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan.

"Pembentukan Provinsi Sumut yang hanya tiga tahun pasca-kemerdekaan membuktikan Bung Karno memberi perhatian khusus bagi pembangunan di Sumut," ujar Djarot.

Oleh karenanya, kata Djarot, mimpi Bung Karno agar Sumut maju harus terus diwujudkan oleh semua anak bangsa.

"Mimpi Bung Karno itu juga yang membuat hati saya tergerak untuk ikut memberi sumbangsih untuk Sumut," kata Djarot yang dua periode memimpin Kota Blitar, tempat Bung Karno dimakamkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pembuangan Soekarno oleh Belanda

Selain dibentuk oleh Bung Karno, Sumut juga menjadi provinsi tempat pembuangan sang presiden pertama saat masa revolusi kemerdekaan. Sejarah mencatat Bung Karno pernah dibuang Belanda ke Berastagi, Kabupaten Karo, pada Desember 1948 atau masih pada tahun yang sama terbentuknya Provinsi Sumut.

"Bayangkan saja, baru dibentuk April 1948, Provinsi Sumut langsung jadi tempat pembuangan Bung Karno delapan bulan selanjutnya," kata Djarot.

"Jadi bisa dibayangkan bagaimana kuatnya ikatan emosional Bung Karno dengan Sumut," imbuhnya.

Setelah di Berastagi, kenang Djarot, pengasingan Bung Karno lanjut ke Parapat, Kabupaten Simalungun, pada awal 1949. Rumah bergaya arsitektur Eropa di tepi Danau Toba menjadi saksi Bung Besar di saat-saat sepinya.

"Dari yang saya baca, Bung Karno sering menghabiskan waktu untuk sekadar memandang ke Danau Toba. Jadi sangat mungkin buku-buku hebat Bung Karno juga hasil permenungan beliau di Danau Toba," ujar Djarot.

Reporter: Ya'cob Billiocta

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini