Liputan6.com, Jakarta Pilkada Jakarta 2024 bakal menghangat dengan munculnya potensi tiga poros. Kuncinya, jika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyatakan diri untuk maju dan mencalonkan kandidatnya sendiri.
Menanggapi hal itu, Analis Politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Dedi Kurnia Syah mengatakan mungkin saja hal itu terjadi. Dia pun sepakat dengan penilaian PDIP adalah kunci dari terciptanya koalisi di poros ketiga.
Baca Juga
"Jika PDIP usung sendiri kandidat, maka peluang tiga poros membesar. Tetapi, jika PDIP menyokong kandidat partai lain, maka lebih mungkin terjadi dua poros," kata Dedi saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (2/7/2024).
Advertisement
Dia mencatat, dari sisi sebaran tokoh, sangat memungkinkan bagi PDIP mencipatakan poros ketiga. Dia memetakan, saat ini sudah ada uda poros yang hampir pasti.
Pertama, Poros Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang bisa usung Ridwan Kamil, Ahmad Riza Patria, Ahmed Zaki, Erwin Aksa hingga Siti Nur Azizah.
Kedua, Poros Perubahan yang akan memasangkan Anies Baswedan dengan Sohibul Iman atau Ahmad Sahroni hingga Ida Fauziah dari PKB.
"Kemudin poros PDIP ini bisa munculkan Tri Rismaharini, Andika Perkasa, dan lainnya sepanjang miliki unsur menguntungkan," ungkap Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini.
Dedi percaya, akan selalu ada Partai yang berkenan bila bekerja sama dengan PDIP. Walaupun situasi PDIP hari ini dalam keadaan sulit mencari mitra yang harus dibawah kendalinya kecuali berani bertindak rasional.
"PDIP harus rasional, PDIP tidak cukup kuat melakukan tawar menawar, sementara partai di bawah PDIP kian terbatas, maka PDIP seharusnya menyokong kandidat lain," kata dia.
Â
PKS Mengunci
Analis Politik Arifki Chaniago menilai, PKS melakukan strategi cepat untuk memastikan langkah Anies Baswedan di Pemilihan Gubernur Jakarta tidak bersama PDIP.
Menurut Arifki, hal itu terbaca usai PKS yang awalnya hendak memajukan nama Sohibul Iman sebagai kandidat bakal calon gubernur Jakarta, menjadi bakal calon wakil gubernur untuk Anies di Jakarta.
"Hadirnya PKS ke Anies seolah mengunci pertarungan, lalu apakah ini akan membuat PDIP mengusung sosok lain? Apakah Andika? Ahok atau yang lain? Maka itu PDIP sedang berhitung," kata dia melalui pesan suara usai dihubungi Liputan6.com, Selasa (2/7/2024).
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic ini memastikan, PDIP merasakan ketidaknyamanan usai PKS menyodorkan nama Sohibul ke Anies. Sebab, upaya PDIP yang hendak mendekat ke Anies secara otomatis terkunci.
"PDIP merasa tidak nyaman ketika Anies-PKS melakukan publikasi lebih awal untuk berduet (AMAN). Kenapa? Karena kepentingan PDIP adalah ingin jadi wakilnya Anies," ungkap Arifki.
Â
Â
Â
Advertisement
Tak Bisa Frontal
Arifki memahami, langkah PDIP untuk mendekat ke Anies tidak bisa frontal seperti PKS.
Selain belum punya rekam jejak kebersamaan, PDIP juga berpotensi kehilangan basis suara pendukungnya jika tiba-tiba memilih Anies sebagai kandidat calon gubernur Jakarta 2024.
Berbeda dengan PKS yang sudah membersamai Anies di Jakarta sejak Pilkada 2017 hingga Pilpres 2024.
"Ini momentum bagi Anies balas budi ke PKS salah satunya dengan menjadikan PKS wakilnya di Pilgub Jakarta 2024," Arifki menandasi.