Sukses

Dinilai Langgar Perjanjian UAW, Begini Respons Stellantis

Terjadi permasalahan antara pihak Stellantis dengan UAW atau serikat pekerja otomotif. Masalah itu dilatarbelakangi kesepakatan atau perjanjian antar kedua belah pihak.

Liputan6.com, Jakarta - Konflik verbal terjadi antara Stellantis dan UAW (United Automobile Workers) atau pekerja serikat otomotif terkait produksi mobil dan perjanjian kesepakatan. Hal ini disebabkan karena pihak Stellantis mengklarifikasi kesepakatan yang telah dibuat atau “meluruskan keadaan”.

Dilansir dari Carscoops pada (26/9/2024), Chief Operating Officer Stellantis Amerika Utara, Carlos Zarlenga, telah mengirim email kepada Presiden UAW, Shawn Fain. Surat terbuka juga sudah disampaikan kepada perusahaan itu untuk meluruskan perjanjian dengan UAW.

Situasi memanas diakibatkan oleh beberapa permasalahan, salah satunya Stellantis dianggap tidak menepati komitmen yang sudah tertulis di perjanjian.

Serikat pekerja sudah melakukan aksi unjuk rasa di Belvidere Assembly. Aksi tersebut ditunjukkan sebagai bentuk protes terhadap perusahaan Stellantis, dan serikat pekerja akan melakukan mogok kerja untuk beberapa produksi mobil.

"Tidak akan meluncurkan Belvidere Consolidated Mopar Mega Hub pada tahun 2024, tidak memulai operasi pembuatan stempel untuk Belvidere Mega Hub pada tahun 2025, dan tidak memulai produksi truk ukuran sedang di Belvidere pada tahun 2027," ancaman para pekerja serikat saat demo.

Sementara itu, Stellantis merespons aksi yang dilakukan UAW dengan mengungkapkan tidak gentar dengan gertakan yang diberikan dan akan berupaya mengubah investasi produk serta jumlah ketenagakerjaan.

Perusahaan itu yakin tidak melanggar komitmen kepada UAW dan akan melakukan penundaan untuk menjaga 'daya saing dan keberlanjutan'.

Stellantis menegaskan ulang poin terakhir dalam surat terbuka yang diberikan, menerangkan bahwa “investasi dan alokasi yang ditetapkan dalam 311 harus tunduk pada persetujuan Komite Alokasi Produk Stellantis dan bergantung pada kinerja pabrik, perubahan kondisi pasar, serta permintaan pelanggan yang terus menghasilkan volume yang berkelanjutan dan menguntungkan untuk fasilitas terkait," tegas pihak Stellantis.

2 dari 2 halaman

Persoalan Perjanjian antara Stellantis dan UAW

Perusahaan tersebut melanjutkan bahwa “investasi dan perjanjian ini bukanlah jaminan mutlak,” meskipun Fain “secara keliru dan berulang kali” menyatakan bahwa hal tersebut adalah jaminan mutlak.

Perusahaan tersebut juga menunjukkan adanya "ketidakstabilan yang jelas di pasar, terutama saat industri beralih ke penggunaan listrik."

Mereka mencatat bahwa banyak perusahaan lain telah membatalkan rencana untuk elektrifikasi dan menunda tujuan untuk hanya menggunakan kendaraan listrik.

Selain merespons persoalan Belvidere Assembly, Stellantis juga menjelaskan belum mengumumkan mengenai alokasi produksi mobil Dodge Durango generasi berikutnya.

Secara perjanjian, mobil itu seharusnya diproduksi di Detroit mulai 2026. Namun, menurut informasi yang beredar, mobil itu akan diproduksi di Windsor Assembly, bersama dengan Charger dan Charger Daytona.

Stellantis kemudian menyebutkan investasi bernilai miliaran dolar dan mengatakan bahwa pihaknya tidak seperti apa yang diklaim oleh Presiden UAW itu.

“Kami sebenarnya telah mengumumkan sekitar 30 persen dari hampir Rp 285 triliun yang tercakup dalam perjanjian tahun 2023, bukan hanya 2 persen seperti yang diklaim oleh Fain,” ujar pihak Stellantis.

Perusahaan ini juga menambahkan bahwa mereka “telah mematuhi, dan akan terus mematuhi, perjanjian yang telah disepakati pada tahun 2023.”

Meskipun mengkritik Fain, perusahaan tersebut menyatakan bahwa CEO Carlos Tavares dan tim di Amerika Utara siap bertemu dengan serikat pekerja untuk melakukan diskusi dan kesepakatan bersama.

"Bagaimana tindakan ini sesuai dengan CBA (Collective Bargaining Agreement) atau Perjanjian Perundingan Bersama," jelas perusahaan Stellantis.

Video Terkini