Sukses

Cara Bijak Putus Cinta: Ini 3 Kalimat yang Harus Dihindari!

Putus cinta sering menjadi momen yang sulit bagi setiap pasangan. Saat hubungan yang telah dijalin dengan penuh kasih sayang harus berakhir, perasaan campur aduk sering kali tak terhindarkan.

Liputan6.com, Jakarta Putus cinta sering menjadi momen yang sulit bagi setiap pasangan. Saat hubungan yang telah dijalin dengan penuh kasih sayang harus berakhir, perasaan campur aduk sering kali tak terhindarkan.

Menentukan kata kata yang yang tepat untuk mengakhiri sebuah hubungan bisa jadi tantangan tersendiri.

Anda pasti ingin bersikap tegas namun penuh kasih sayang, lugas namun tidak kasar.

Menurut Lisa Marie Bobby, seorang psikolog dan pencipta Growing Self Counseling & Coaching, situasi ini sering kali sulit bagi mereka yang cenderung menghindari konflik. Melansir CNBC Ditulis, Rabu (12/6/2024) 

Alih-alih jujur tentang alasan ingin mengakhiri hubungan, mereka sering memberikan alasan yang terdengar paling tidak menyakitkan.

Namun, niat baik ini justru bisa membuat pasangan Anda merasa frustrasi dan merendahkan mereka.

"Ekspresi cinta dan kepedulian yang sejati adalah dengan melakukan percakapan yang otentik tentang apa yang terjadi di dalam diri Anda yang membuat Anda sampai pada kesimpulan ini," jelas Bobby.

Berikut adalah tiga kalimat yang sebaiknya dihindari saat Anda memutuskan hubungan dengan pasangan. 

 

2 dari 2 halaman

Hindari 3 Kalimat ini

1. "Saya tidak siap untuk menjalin hubungan saat ini."

Menghindari penggunaan alasan yang mengaburkan kebenaran adalah langkah pertama yang harus dilakukan.

Bobby menyarankan untuk tidak menggunakan pernyataan seperti "Saya tidak berada di tempat dalam hidup saya di mana saya bisa menjalin hubungan" atau "Saya tidak memiliki ruang gerak untuk menjalin hubungan." 

"Itu semua omong kosong. Alasan-alasan ini tidak masuk akal dan orang di seberang sana akan mengajukan banyak pertanyaan." jelas Bobby.

Alasan semacam ini juga dapat memberikan optimisme palsu kepada pasangan bahwa Anda mungkin ingin bersama mereka di masa depan.

"Hal ini membuat pintu kemungkinan terbuka di benak orang lain karena pesan meta-nya adalah 'Jika dan ketika keadaan saya berubah, maka hubungan ini bisa saja memiliki peluang,' padahal tidak," jelas Bobby.

2. "Saya harap kita masih bisa berteman."

Rachel DeAlto, pakar hubungan dan komunikasi di perusahaan induk Tinder, Match Group, juga turut menjelaskan bahwa menggambar ulang batasan-batasan adalah bagian dari proses putus cinta.

Menjanjikan atau sekadar menyarankan pertemanan bisa menyulitkan untuk menindaklanjutinya.

"Berusaha untuk langsung beralih ke pertemanan bisa jadi tidak realistis dan berpotensi membahayakan," tambah DeAlto.

Terutama bagi mereka yang memiliki harapan untuk rujuk.

3. "Kamu berhak mendapatkan yang lebih baik."

Saat putus cinta, cobalah untuk berbagi informasi yang akan membantu pasangan memahami apa yang Anda pikirkan.

Mengatakan kepada mereka bahwa mereka pantas mendapatkan yang lebih baik tidak mengungkapkan apa pun tentang proses berpikir Anda.

"Hal ini dapat terlihat tidak tulus, menggurui dan merupakan cara untuk mengalihkan tanggung jawab atas putusnya hubungan Anda. Ini juga tidak memberikan alasan yang jelas dan jujur untuk mengakhiri hubungan."  jelas DeAlto.

Menurut Bobby, alasan-alasan seperti ini juga menghalangi orang untuk belajar lebih banyak tentang diri mereka sendiri.

"Dalam percakapan ini, orang lain mungkin memiliki kesempatan untuk menyerap umpan balik atau wawasan tentang diri mereka sendiri yang akan membantu mereka tumbuh dan berkembang," katanya.

Meskipun diskusi putus cinta pada dasarnya memang tidak nyaman, bukan berarti harus dilakukan dengan cara yang menipu.

"Keaslian dan transparansi sangat penting. Hindari alasan-alasan yang basi." Bobby menegaskan.

Dengan bersikap jujur dan terbuka, Anda tidak hanya membantu diri Anda sendiri untuk move on, tetapi juga memberikan kesempatan kepada pasangan untuk belajar dan berkembang dari pengalaman ini. 

Â