Sukses

Studi: Remaja Mulai Mengurangi waktu Bermain di Media Sosial, Apakah itu Cukup?

Remaja pengguna ponsel pintar dan media sosial secara berlebihan cenderung mulai mengurangi penggunaannya.

Liputan6.com, Jakarta Menurut sebuah studi baru-baru ini, lebih dari 33% remaja mengaku menggunakan ponsel secara berlebihan. Namun, generasi online ini mungkin mulai sedikit mengurangi hal tersebut.

Menurut studi Pew Research Center yang dirilis, sekitar 40% remaja mengatakan  mereka telah mengurangi jumlah waktu yang mereka habiskan di media sosial.

Melansir laman CNN, Kamis (14/3/2024), remaja yang mengaku menghabiskan "terlalu banyak" waktu di media sosial (27%) dan ponsel (38%) hampir terbagi rata, melansir studi tersebut.

Hasil penelitian ini bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran di kalangan orang tua, pendidik, dan legislator akan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan pengguna muda.

Tahun lalu, Ahli Bedah AS, Vivek Murthy, mengungkapkan pendapat bahwa usia 13 tahun - usia minimum untuk mendaftar di banyak platform.

Masih terlalu dini bagi anak-anak untuk menggunakan media sosial. Selain itu, sejumlah negara bagian di AS telah mencoba memberlakukan undang-undang yang dimaksudkan untuk mencegah anak di bawah umur 16 tahun menggunakan media sosial; namun, undang-undang ini mendapat tentangan hukum yang kuat.

Menurut survei Pew, beberapa remaja memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri dan memberlakukan aturan yang lebih ketat dalam penggunaan teknologi.

Jajak pendapat terpisah dari Pew pada bulan Desember menemukan bahwa sepertiga dari anak-anak mengatakan bahwa mereka menggunakan setidaknya satu dari lima platform media sosial utama - YouTube, TikTok, Snapchat, Instagram, atau Facebook - "hampir secara konsisten." Semua kecuali 5% remaja AS sekarang memiliki akses ke ponsel pintar.

Remaja perempuan lebih mungkin dibandingkan remaja laki-laki (33%), yang dianggap sangat rentan terhadap dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental dan citra tubuh mereka. Ini menunjukkan bahwa mereka menghabiskan terlalu banyak waktu dengan ponsel (44%).

Meskipun demikian, 51% remaja dari semua kelompok usia merasa bahwa mereka menggunakan ponsel mereka "dalam jumlah yang tepat".

Studi ini mencatat, "Remaja yang melaporkan pengguna ponsel pintar dan media sosial secara berlebihan cenderung melaporkan untuk mengurangi penggunaannya."

Pew melakukan jajak pendapat terhadap 1.453 remaja Amerika yang berusia antara 13 dan 17 tahun serta orang tua mereka untuk penelitian ini antara 26 September 2023 dan 23 Oktober 2023.

Para remaja juga ditanya dalam jajak pendapat tentang emosi mereka ketika mereka tidak memiliki akses ke ponsel mereka: Ketika mereka meletakkan layar ponsel mereka, 72% responden remaja menyatakan bahwa mereka "kadang-kadang" atau "sering" merasa ceria. Sementara itu, beberapa anak muda mengungkapkan perasaan yang bertentangan; 44% dari mereka yang disurvei menyatakan bahwa mereka mengalami kecemasan saat tidak menggunakan ponsel.

Namun, sebagian kecil anak-anak, dengan rentang usia 7% hingga 32%, mengatakan bahwa mereka sering merasa gugup, marah, atau kesepian saat "tidak menggunakan ponsel", menurut penelitian tersebut.

Selain itu, lebih dari dua pertiga remaja mengatakan bahwa mereka berpikir bahwa ada lebih banyak keuntungan dari ponsel pintar daripada kerugiannya bagi orang-orang seusia mereka. Menurut penelitian tersebut, "Lebih banyak remaja yang berpikir bahwa ponsel pintar membuat mereka lebih mudah, bukannya lebih sulit, untuk berkreasi, mengejar hobi, dan berprestasi di sekolah."

Namun, persentase yang lebih besar dari remaja yang disurvei (42%), menyatakan bahwa mereka berpikir bahwa ponsel pintar mempersulit mereka untuk mengembangkan keterampilan sosial.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perlunya Pelatihan dan Pengawasan Media Sosial untuk Remaja

Untuk mengurangi potensi risiko, American Psychological Association menyarankan tahun lalu agar para remaja mendapatkan pelatihan sebelum mulai menggunakan media sosial.

Organisasi ini menyatakan bahwa meskipun platform ini "tidak secara inheren berbahaya atau bermanfaat" bagi remaja, remaja harus menerima instruksi dalam literasi media sosial dan perkembangan psikologis.

Sejumlah besar orang tua, terutama yang memiliki anak remaja, mengakui bahwa mereka memantau penggunaan ponsel pintar dan media sosial oleh anak remaja mereka. Faktanya, setengah dari responden orang tua mengatakan bahwa mereka telah memeriksa ponsel anak-anak mereka. (Dan sebagian besar waktu, tampaknya anak-anak mereka juga menyadarinya: 43% dari responden remaja mengaku bahwa orang tua mereka telah memeriksa ponsel mereka).

Orang tua saat ini lebih siap dari sebelumnya untuk mengawasi aktivitas internet anak-anak mereka. Menanggapi kekhawatiran tentang keamanan siswa, sejumlah perusahaan media sosial telah memperkenalkan "pusat keluarga" dan alat lain yang memungkinkan orang tua memantau bagaimana anak remaja mereka menggunakan situs-situs tersebut sambil tetap memberi mereka privasi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini